Tatapan tak mengerti dan tatapan menggoda itu saling beradu hingga sebuah senyum tergambar di wajah ilham melihat meri yang tak bisa menangkap sinyal darinya.
"bukan apa-apa"
Mereka menghabiskan makanan dengan perbincangan ringan mengenai masa awal mereka bisa bertemu dan kekonyolan meri saat itu.
Jika meri menjaga jarak dengan andre yang selalu ramah kepada siapapun, meri justru bergelantungan seperti monyet kepada ilham yang terkesan dingin dan acuh kepada wanita lain. Dia terlalu manja bahkan terkesan meneror ilham setiap waktu.
"apa kau ingat dengan teman kuliahmu yang dulu selalu menggangguku karena mengira aku merebutmu. Dia sangat buruk, jauhi wanita seperti itu. Kau harus mencari wanita yang lain" meri menunjukkan raut tidak suka saat mengingat wanita yang dulu menamparnya karena selalu berada di samping ilham.
"aku sudah mendapatkan wanitaku, jadi tak ada lagi pencarian"
Meri tertawa mendengar perkataan ilham, dia merasa lucu karena di panggil wanitaku oleh banyak pria. Dulu jackob, andre dan sekarang ilham. Dia tidak tahu akan berujung bersama siapa takdirnya.
Malam itu berlalu begitu saja. Nostalgia di antara mereka membuat mata meri bahkan tidak merasa ngantuk sedangkan ilham memilih menahan kantuknya untuk bisa menemani meri dan menjadi pendengar setia.
"sudah jam satu, kau harus tidur sekarang" meri membantu membaringkan dan menyelimuti ilham tapi tak berniat untuk pergi. "aku akan di sini. Jadi tidurlah"
Ilham memandang wajah wanita di sampingnya itu. Dia begitu merindukannya selama dua tahun dan baru bisa menatapnya selama enam bulan belakangan ini. Dia tertidur dengan perasaan tenang karena di jaga oleh satu-satunya wanita yang dia inginkan.
Meri semalaman berada di samping ilham untuk menjaganya, dia hanya akan meninggalkan pria itu jika ke toilet atau untuk mengambil makanan ringan.
Mata yang menunjukkan lingkaran hitam di sekitarnya mulai tampak saat ilham bangun dan meri masih berada di sampingnya. Kepala meri mulai berat karena menahan kantuk. Saat melihat ilham sudah bangun, dia segera memeriksa suhu tubuhnya dan itu sudah tidak demam lagi.
"kau cepat sekali sembuh, aku baru berencana kabur hari ini" gurau meri sambil membuat wajahnya seolah tidak menyukai ilham sembuh dengan cepat namun tetap tersenyum.
Hanya suara tawa yang terdengar dari bibir mereka setelah gurauan sederhana itu.
Ilham bangkit untuk membersihkan diri, sedangkan meri bergegas keluar kamar untuk menyiapkan sarapan untuk ilham. Dia harus melihat sarapan yang akan di masak oleh para koki dan memastikan itu makanan sehat karena ilham baru saja sembuh.
Setelah melihat itu hanya croque madame, dia hanya perlu mengatakan minumannya jangan kopi atau susu tapi meminta teh lemon dengan di tambah daun mint.
Sibuk memperhatikan para koki memasak, ia sampai tak menyadari ilham menghampirinya dengan masih menggunakan pakaian mandinya.
Tubuhnya terangkat, melayang tak menginjak lantai dan berakhir di dekapan ilham.
"apa yang kau lakukan? Turunkan aku" meri meronta merasa tidak nyaman dengan tatapan para koki dan pelayan yang melihat kejadian itu.
"kau seharusnya tidur dan beristirahat di kamar mu. Mereka akan mengurusku jadi jangan membuat badanmu lelah"
"aku hanya memastikan mereka membuat makanan yang sehat dan bermanfaat untuk staminamu" kilah meri kemudian mengalungkan lengannya di leher pria itu.
"mereka sudah tahu, matamu mulai terlihat seperti panda saat ini" goda ilham
"benarkah?"
Meri memegang sekitar bola matanya dan tentu harus melepaskan tangannya yang tadinya melingkar di leher ilham.
"Mmm, wajahmu mulai kusam dan keriput. Itu sangat buruk"
"astaga, jangan melihatku" meri menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"jangan banyak bergerak, badan mu sungguh berat apa kau tahu itu?" ilham tak berniat berhenti mengerjai meri dengan hal-hal yang begitu di jaga oleh wanita itu. "sekarang tidurlah, aku akan meminta bibi grace dan lucee memeriksamu setelah kau bangun nanti"
Ilham berusaha menyingkirkan tangan meri yang terus menutupi wajahnya. Dia ingin mencium wanita itu tapi dia bahkan tak bisa melihat wajahnya dengan benar.
"apa kau akan menutup wajahmu terus?"
"Mmm, pergilah sarapan. Aku akan tidur setelah kau pergi"
"aku tidak mau pergi sebelum kau menatapku" ancaman itu sama sekali tak bekerja. "meri, singkirkan tanganmu itu" ilham terus mencoba tapi meri semakin merapatkan tangannya di wajahnya.
"meri, ada kecoak" teriak ilham berusaha mengelabuhi meri dan itu berhasil.
Meri membuka penutup wajahnya dan menatap ilham dengan cemas.
"di ma..."
Tak menyia-nyiakan kesempatan, ilham langsung mendaratkan ciuman di bibir dan dahi meri.
Senyum puas tergambar di wajahnya. "aku sudah mendapatkan sarapanku. Tidurlah"
"kau.."
Belum selesai ucapannya, ilham sudah melesat pergi dengan rona bahagia di pipinya karena berhasil mengerjai meri hanya untuk sebuah ciuman singkat.
Dia tidak akan meminta lebih dari sekedar ciuman singkat jika meri tak meminta atau mengizinkannya melakukan hal itu.
Saat meri tak sadar sekalipun, dia bahkan tidak berani menatap tubuh meri tanpa pakaian sehingga dia selalu meminta bibi grace yang mengganti pakaian meri.
Ketika dia menghukum meri karena berulah dan menghancurkan kamarnya, bibi gracelah yang melucuti semua pakaiannya dan menutupnya dengan selimut. Ilham hanya bisa menikmati lekuk tubuh sempurna wanita itu dan bagian dada yang terkadang sengaja meri tampakkan.
Sentuhan yang dia lakukan pada meri selalu terhalang kain, sehingga dia tak pernah menyentuh kulit mulus wanita itu secara langsung. Rasa hormatnya kepada wanita pujaannya itu menahan nafsunya sebagai pria. Dia tidak akan memancing atau memaksa meri melakukannya, dia hanya akan tetap menunggu.
Sementara itu, andre dan rekan tim yang menyelidiki kasus meri bekerja lembur untuk bisa mendapatkan petunjuk lebih lanjut. Andre memaparkan berbagai pandangan nya mengenai penemuannya dan kecurigaannya.
"pertemuan kemarin terkesan sudah direncanakan. Dia pulang lebih awal dari jam kerja biasanya. Semua yang ada di dalam rumah termasuk pernyataan pegawai terlalu rapi hingga menit dan jam sudah di atur tanpa ada yang merasa ragu atau terlupa. Alibi mereka terlalu jelas dan sikap tenang yang di tunjukkan bukan berarti mereka tidak menyembunyikan sesuatu tetapi mereka terlalu pintar menyebunyikannya.
"kepribadian dokter lucee dan isi ruangan kamarnya sangat tidak sinkron. Dia menggunakan warna lembut dan kesan tertutup selain itu dia cukup pendiam sedangkan pakaian yang berada di lemari pakaiannya terkesan berani dan lebih terbuka. Bukan berarti meri memakai pakaian itu, tapi ketidakselarasan itu bisa menjadi pertimbangan dan terlalu mencurigakan.
"kemudian sikap ilham. Dari semua perkataannya aku bisa menyimpulkan sikap tenang dan humorisnya karena dia menutupi rasa canggung, cemas dan tertekan yang nampak jelas di matanya. Saat aku menanyakan lucee, dia cenderung ragu mengatakan bahwa wanita itu pegawai kemudian dengan tegas mengatakan wanita itu berharga. Dia labil, saat mengatakan yang pertama itu artinya dia sedang berfikir kemudian berusaha memperbaikinya dengan pernyataan kedua dengan nada tegas.
"kita harus melakukan penggeledahan ulang. Aku curiga informasi ini telah bocor sebelumnya" andre menjelaskan panjang lebar hingga para anggota kepolisian hanya bisa mendengar dan mengangguk pertanda setuju.
"aku juga mencurigai satu hal" jessie memecah keheningan yang membuat sorotan mata tertuju ke arahnya. "lucee menggunakan riasan, tapi di kamar yang ia tempati sama sekali tak terlihat peralatan make up"
"aku setuju dan juga kamar mandi dan kamarnya kontras dengan aroma mint tapi aroma tubuhnya justru beraroma lavender. Itu juga perlu di ragukan" tambah andre.
Mereka akhirnya sepakat untuk melakukan penggeledahan ulang karena selain berdasarkan spekulasi, mobil taksi yang membawa wanita tua dan gadis memakai masker dan topi itu menuju ke arah perumahan ilham walaupun hilang karena CCTV yang tidak terpasang pada seluruh sisi jalan.
Siang itu matahari terlalu terik, andre yakin kali ini akan ada hasil yang dia peroleh. Dia dan beberapa tim kepolisian melaju memecah hiruk pikuk kota dengan suara sirine mobil polisi. Andre turun dari mobil tepat berada di pintu masuk rumah ilham yang di jaga ketat oleh petugas keamanan.
Mereka tertahan karena terlebih dahulu harus mendapat izin dari ilham untuk bisa masuk. Salah seorang petugas keamanan menghubungi ilham yang masih berada di kantornya.
๐"ada apa? "
๐"bos, ada pihak kepolisian yang datang untuk menggeledah ulang. Saat ini mereka sudah berada di depan rumah"
๐"sial, mengapa aku tidak mendapat informasi mengenai rencana mereka. Tahan mereka. Aku akan menelfon lucee dan bibi grace lebih dulu"
Ilham mematikan telfon dan segera menghubungi lucee dan memintanya segera kembali ke rumah.
Saat dia berusaha menelfon bibi grace, satu kali, dua kali dan masih tidak di angkat.
Ponselnya berdering dan memunculkan nomor baru.
๐"halo"
๐"ilham, aku..."
๐"kau dimana?" ilham tak menunggu meri selesai bicara setelah mengenali suaranya.
๐"aku di luar. Aku tadi memaksa bibi grace menemaniku untuk ke gym, kemudian ke salon, berat badanku bermasalah dan wajahku sangat berantakan jadi aku memutuskan melakukan perawatan. Lagi pula..."
๐"tidak masalah. Berjalan-jalanlah. Kau bisa melakukan apapun, serahkan telfonnya kepada bibi grace"
๐"apa kau akan memarahinya? Aku yang mengajaknya. Dia takut kau marah jadi tak berani mengangkat telfonmu. Aku juga..."
๐"meri, serahkan saja telfonnya kebibi grace" ujar ilham memotong dengan suara lembut dan menenangkan seperti aliran air di sungai yang hampir tak beriak.
๐"baiklah" meri menyerahkan ponselnya kepada bibi grace
๐"halo tuan"
๐"bibi grace, jaga dia untukku. Untuk sekarang, jangan bawa dia pulang ke rumah. Carilah hotel dan menginaplah di sana. Aku akan mengunjungimu malam hari. Buatlah alasan apapun kepada meri"
Mengerti dengan situasinya, bibi grace segera mengiyakan dan menutup telfonnya. Dia membawa meri berkeliling di pusat perbelanjaan yang tak terlalu jauh dari salon tempat meri melakukan perawatan kemudian menginap di hotel dengan alasan rumah akan kedatangan tamu penting jadi mereka tidak bisa pulang saat ini.