Sebelum ia pergi ke pondok Jing Jiu, Liu Shisui sibuk membaca buku latihan magis level awal di pondoknya, dan tidak lama setelah itu ia sudah bisa menghafalkan isi buku itu.
Ia mulai berlatih dan mengikuti petunjuk yang ada di buku sejak matahari belum terbenam.
Awalnya ia berlatih kuda - kuda, lalu melatih langkah dan punggungnya, hingga akhirnya ia berlatih jurus tinju.
Jurus tinju yang dilatihnya tidak sulit, tapi ia harus terus menyalurkan tenaganya. Ia kehabisan nafas tidak lama setelah ia mulai berlatih, dan ia tidak mampu melanjutkan latihannya.
Saat ia akan berhenti, tiba - tiba ia merasakan sesuatu di bagian dada dan perutnya, dan nafasnya menjadi seirama dengan tenaga yang ia keluarkan saat ia melepaskan tinjunya!
Ritme pernafasannya memang tidak biasa, mulanya pelan lalu menjadi cepat, seakan tidak beraturan. Tapi ini adalah hal yang sudah biasa ia alami dan sudah bukan hal baru lagi baginya.
Karena ini adalah teknik pernafasan yang dulu diajarkan oleh Jing Jiu, saat ia masih di desa.
Tapi hingga saat ini, Liu masih belum tahu kalau teknik pernafasan ini disebut Pernapasan Yumen. Namun Liu mengerti apa arti semua ini, karena ia sebenarnya anak yang pintar, walau ia terlihat polos dan dungu.
Jing Jiu memandangnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Liu Shisui mengerti apa yang dimaksud oleh Jing Jiu dan ia kemudian segera bangkit berdiri.
Sejak setahun yang lalu, saat Jing Jiu berada di pintu masuk disebuah desa kecil, ia sudah tahu kalau Liu memiliki kualitas Dao yang alami yang hanya ada satu diantara satu juta orang dan itulah alasan kenapa ia memilih Liu.
Selama setahun ia berada di desa itu, Jing Jiu hanya mengajarinya teknik dasar Pernafasan Yumen.
Meskipun yang diajarkannya hanyalah teknik dasar, tapi teknik itu sangat penting bagi Liu, karena teknik itu bisa melindungi kualitas Dao nya. Dan mereka yang ada di Sekte Gunung Hijau, suatu saat pasti akan menemukannya, tentunya jika orang - orang sekte itu mencari dengan sungguh - sungguh.
Dan Liu Shisui hanya perlu waktu setengah hari untuk menyadari tentang kaitan antara teknik pernafasan yang dilatihnya dengan teknik yang ada di buku pelajarannya. Jing Jiu tidak menyangka kalau kemampuan pemahaman anak kecil yang ada di depannya ini ternyata lebih baik dari yang ia bayangkan.
"Kamu tidak perlu berterima kasih. Bukankah kamu juga telah mengajariku banyak hal, jadi ini adalah balas budiku." ujar Jing Jiu.
Tapi dalam hatinya Liu Shisui berkata, 'Bagaimana mungkin kamu bisa membandingkan antara memotong kayu bakar dan memasak dengan berlatih kultivasi?'
"Kamu harus berkonsentrasi dalam latihan kultivasimu. Para penjaga akan mengurus semua keperluan kita disini, jadi kamu tidak perlu datang kesini setiap hari." tambah Jing Jiu.
"Tapi Tuan Muda, apa itu artinya kamu tidak menginginkan aku lagi?" teriak Liu Shisui.
Jing Jiu yang tidak ingin mendengar keluhan Liu, menyuruh Liu berhenti dengan mengangkat tangannya. Ia lalu melihat ke arah halaman lewat jendela dan melihat bahwa halaman itu cukup luas, tentunya merepotkan untuk menyapu dan membersihkannya. Dan ia juga tidak suka jika ada orang asing yang menyentuh barang - barangnya.
"Baiklah, terserah apa maumu."
…
…
Daun - daun hijau berguguran tertiup angin dan air sungai terus mengalir ke hilir.
Waktu terus berlalu seperti air yang mengalir dan tanpa terasa, sepuluh hari telah berlalu.
Semua murid di Paviliun Pinus Selatan berlatih dengan rajin sepanjang hari, tanpa ada seorang pun yang bersantai.
Murid - murid muda itu berlatih di lapangan di sisi bukit. Diantara mereka ada yang berlatih kuda - kuda, ada juga yang melakukan peregangan di pohon - pohon pinus, tapi sebagian besar dari mereka sedang berlatih tinju.
Suara tinju dan teriakan dari murid-murid itu terdengar sejak pagi hingga petang. Dan diawal musim panas, daun-daun mulai berguguran dan burung-burung dihutan mulai gelisah.
Di area berkumpulnya murid - murid yang berlatih tinju, ada asap putih yang terlihat.
Guru Lu yang melihat keadaan ini merasa puas dengan kerja keras murid - muridnya dan ia merasa murid - muridnya ini akan berhasil mencapai level awal dalam waktu tiga bulan.
Setelah itu, muncullah Liu Shisui yang sedang berjalan keluar dari aula latihan.
Guru Lu tersenyum, saat melihat Liu, ia merasa bahwa kemajuan yang didapat oleh Liu telah memenuhi harapannya dan ini semua berkat kualitas Dao alaminya.
Menurutnya Liu hanya perlu waktu beberapa hari saja untuk bisa masuk ke tahap Spiritual Stability, Liu bahkan punya kesempatan besar untuk menyempurnakan tahap Spiritual Stability nya dalam waktu satu tahun.
Jika saja Paviliun Pinus Selatan bisa melahirkan seorang murid berbakat yang bisa masuk ke inner sect dalam waktu satu tahun....
Harapan Guru Lu jadi semakin besar, saat ia teringat akan Kakak Meng yang ada di Puncak Shangde.
Kakak Meng tidak akan seberuntung sekarang jika ia tidak menemukan Zhao Layue.
Pandangan Guru Lu terus mengikuti gerak - gerik Liu dan ia kemudian melihat Liu masuk ke sebuah pondok kecil. Senyumnya tertahan, dan ia merengut melihat kejadian itu.
Karena pondok kecil itu adalah tempat tinggal Jing Jiu.
Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang dilakukan Jing Jiu dalam kurun waktu sepuluh hari terakhir, entah itu murid - murid yang lain ataupun Guru Lu sendiri.
Setiap siang Jing Jiu akan berbaring di kursi bambunya sambil berjemur, namun tidak ada yang tahu dari mana datangnya kursi bambu itu.
Semakin Guru Lu memikirkannya, semakin ia percaya bahwa ia telah membuat sebuah kesalahan.
Akan tetapi yang membuatnya membenci Jing Jiu bukanlah kemalasannya, namun karena Liu Shisui sampai hari ini masih menganggap dirinya sebagai pelayan Jing Jiu.
Liu seakan - akan tidak menyadari perhatian dari guru - guru dan teman - temannya yang tertuju padanya dan ia masih terus bertindak, seperti saat ia berada di desa, ia masih terus mengurusi semua kebutuhan Jing Jiu.
Liu masih harus mengurusi pondok kecil milik Jing Jiu itu setelah seharian berlatih.
Guru Lu dan murid - murid yang lain merasa kalau kejadian ini sangat konyol dan mereka semakin membenci Jing Jiu karenanya.
Menurut aturan yang ada di Sekte Green Mountains, atau mungkin lebih cocok disebut kebiasaan di sekte, guru - guru biasanya tidak akan mencampuri latihan kultivasi yang dilakukan oleh murid - muridnya, tapi kali ini, Guru Lu tidak mampu lagi menahan diri.
Guru Lu tidak ingin masa depan seorang jenius yang paling menjanjikan di Sekte Gunung Hijau hancur karena seorang pemuda yang hanya mempunyai wajah yang tampan.
Ia sedang mencari kesempatan yang tepat untuk memisahkan tuan dan pelayannya ini, ia bahkan berpikir untuk mengeluarkan Jing Jiu dari sekte.
…
…
Di suatu malam yang sunyi, setelah Liu pulang ke pondoknya, ia melihat Guru Lu sedang berdiri di tengah halaman.
Liu adalah anak yang pandai dan tidak perlu waktu lama untuknya mengetahui alasan kenapa gurunya ada disini, dan wajahnya seketika itu juga menjadi pucat.
Melihat ekspresi wajah Liu, Guru Lu lalu berkomentar, "Sepertinya aku tidak perlu mengatakan apa - apa."
Liu Shisui tidak menjawab, bibirnya tertutup rapat.
Guru Lu tidak tahu kalau Liu begitu keras kepala, "Praktisi yang berlatih kultivasi tidak akan menghiraukan takdir dan mereka juga memandang remeh hidup orang - orang yang hanya manusia biasa. Jadi, kenapa kamu malah membiarkan dirimu menjadi pelayan orang lain?" tanyanya tegas.
"Tuan Muda sudah banyak membantuku dan aku harus membalas kebaikannya." ujar Liu Shisui yang menundukkan kepalanya.
"Aku tidak peduli apa yang terjadi di antara kalian berdua diluar sana, semua ikatan dan hutang budimu di masa lalu seharusnya sudah terbayar. Di sini, di Sekte Gunung Hijau, kita berlatih Dao pedang dan mempertajam mental. Apa kamu tidak mampu untuk melakukan ini?" tanya Guru Lu.
"Jika kamu ingin menyingkirkan Tuan Muda, maka aku juga akan berhenti berlatih kultivasi." jawab Liu dengan suara gemetar dan kepala yang masih tertunduk.
Guru Lu marah mendengar jawaban Liu, ia pun berpikir, begitu banyak orang diluar sana yang bermimpi untuk bisa berlatih kultivasi, tapi kamu malah bersedia untuk berhenti berlatih demi orang lain?
Namun, tidak lama kemudian, kemarahan Guru Lu berubah menjadi kekaguman, Liu yang kukuh dengan pendiriannya, tanpa memperhatikan dirinya sendiri, justru sesuai dengan Dao dari Sekte Gunung Hijau.
"Kali ini, aku akan menghormati keinginanmu dan aku juga tidak akan mengeluarkan Jing Jiu. Tapi, kamu harus tahu, bahwa kamu adalah seorang jenius, yang berada jauh diluar jangkauan tuan mudamu." ujar Guru Lu sambil menatap mata Liu. "Tidak peduli kamu bisa membiasakan diri atau tidak, tapi ini semua sudah terjadi dan suatu hari nanti ia tidak akan bisa mengejar ketertinggalannya. Saat itu, kamu dan dirinya akan terpisah seperti awan di langit dan tidak akan pernah bertemu lagi. Karena itu, aku hanya berharap agar dia tidak menyusahkan kamu, sebelum kalian berpisah."
Setelah ia selesai berbicara, Guru Lu lalu meninggalkan halaman kecil itu.
Liu Shisui lalu mengangkat kepalanya, tapi wajahnya masih terlihat bingung.
Beberapa saat kemudian, Liu memandang pondok yang ditutupi gelap malam, ia tampak ragu.