webnovel

Seperti Seekor Babi…

Editor: Wave Literature

Necromancer itu mendengus dengan acuh menghadapi serangan Rhode. Sebuah dinding tulang terbentuk di depannya dan menghalau serangan Rhode. Pada saat itu, Shauna dan prajurit bayaran lainnya bergerak mengikuti arahan Rhode dan membentuk sebuah formasi segitiga yang mengelilingi Necromancer Pavel.

"Huh, trik murahan."

Meskipun Necromancer tersebut tidak bisa mundur lebih jauh, jelas sekali bahwa dirinya tidak menganggap Shauna dan yang lain sebagai ancaman. Dia mendengus sekali lagi, cahaya kuat bersinar di rongga matanya yang kosong saat dia mencengkram tongkatnya dan melangkah ke samping sambil mengayunkan senjatanya.

Umumnya, Mage memiliki kekuatan serangan fisik yang rendah, tapi tidak demikian dengan Necromancer Pavel. Setelah kehilangan tubuh manusianya, Pavel justru mendapatkan kekuatan yang jauh melampaui batasan manusia. Menghadapi serangan sang Necromancer, Shauna mengangkat pedangnya secara refleks untuk menghadang serangan tersebut, tapi dia tidak menyangka bahwa kekuatan serangan Necromancer itu setara dengan seorang barbar yang mengayunkan tongkat besar. Tubuh wanita itu bergetar keras menerima serangan tersebut. Jika reaksinya terlambat sedikit saja dan dia tidak segera mundur setelah serangan pertama, mungkin dia sudah terlempar ke arah langit-langit.

"Jangan bertarung dengannya secara langsung, jaga jarak kalian dan jangan berhenti menyerang!"

Rhode merengut saat melihat kondisi Shauna sebelum memberinya peringatan sekali lagi. Mendengar suara Rhode, Shauna dan prajurit bayaran lain merasa agak bersemangat sebelum mengepung Necromancer Pavel dan melancarkan serangan jarak menengah dan jauh ke arah musuh mereka. Karena Necromancer itu memiliki kemampuan fisik dan kecakapan bertarung yang tinggi, dia bisa menahan Rhode dengan dinding tulangnya sambil mengayunkan tongkat dengan tangannya yang lain seperti sebuah pentungan. Sebuah bara api yang kuat menyala-nyala dari dalam rongga matanya yang tak berdasar, memancarkan aura yang berbahaya.

Tapi hanya itu yang bisa dia lakukan.

Setelah menghindari berbagai serangan yang ditujukan ke arahnya, Necromancer Pavel mencibir dan menaikkan tangan kirinya, memunculkan bola energy negatif yang menakutkan dari ujung jarinya. Kemudian bola energi itu diarahkannya ke luar, sambil menunggu waktu yang tepat untuk meluncurkannya…

Namun, pada saat ini, Necromancer Pavel merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika dinding tulang miliknya tiba-tiba bergetar.

Blarr!! Sebuah badai kencang melesat saat dinding tulang yang keras tersebut runtuh seperti balok bangunan yang hancur berantakan. Di saat yang bersamaan, sebuah kilatan cahaya terpantul di tulang-tulang yang putih tersebut, membentuk sebuah garis putih lurus yang menusuk dahi Necromancer Pavel.

Sial, bagaimana bisa hal ini terjadi!

Necromancer itu merasa terkejut. Bola energi negatif yang dengan susah payah ia padatkan menghilang dengan cepat. Tepat saat itu, dia melihat angin puyuh yang muncul dari bawah kakinya dan segera menghindari angin tersebut serta serangan dari Rhode. Dari sudut rongga matanya, Pavel melihat seorang gadis muda yang memakai jubah sihir yang mewah sedang memegang sebuah tongkat sihir yang memancarkan cahaya merah.

"Sial, sihirku dilenyapkan?!"

Mentalnya turun. Tadinya sang Necromancer mengira bahwa Marlene hanyalah seorang Mage level rendah lainnya, yang membuatnya tidak terlalu mempedulikan keberadaan gadis itu. Tapi sekarang setelah melihat bahwa gadis tersebut bisa melenyapkan sihirnya, Pavel sadar bahwa kemampuan Marlene tidak main-main. Bahkan Pavel yakin bahwa gadis itu telah mencapai tahap Lingkaran Tengah! Dengan perbedaan level yang besar di antara mereka, tadinya Necromancer tersebut tidak menyangka bahwa Marlene mampu melenyapkan sihirnya, tapi kenyataannya berbeda…

Pikiran-pikiran ini terlintas di benak Necromancer Pavel. Kemudian, tidak lama kemudian, dia menemukan cara untuk menangani Marlene. Tongkat yang ada di tangannya tiba-tiba jatuh ke tanah dan menghilang.

Hanya Rhode yang menyadari gerakan tersebut.

"Walker, Lize, perhatikan keadaan sekitar!"

Rhode menurunkan pedangnya dan berteriak pada Lize dan Walker. Sesaat kemudian, tiba-tiba tanah di bawah kaki mereka menjulang naik.

"Bum!"

Mayat hidup dalam jumlah yang besar yang bersenjata lengkap merangkak keluar dari retakan tanah akibat gempa yang baru saja terjadi. Sebagian besar mayat-mayat hidup tersebut memegang sebuah senjata tua yang rusak dan berteriak marah. Walaupun langkah kaki mereka lambat, dengan postur tubuh yang tegap beserta jumlah mereka yang banyak, berhasil mengepung setiap prajurit bayaran yang ada di situ. Rhode berpikir bahwa ini adalah langkah yang tepat dari musuh. Untungnya, dia selalu memberikan berbagai arahan dan peringatan pada bawahan-bawahannya, kalau tidak, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Saat ini, setiap prajurit bayaran tersebar di medan perang untuk membunuh mayat-mayat hidup tersebut. Dua prajurit bayaran dari Red Hawk segera melindungi Marlene dan Lize dari arah depan dan samping. Tidak lupa, Lize juga memberikan sihir pelindung pada semua orang. Sedangkan Marlene sendiri tidak mengkhawatirkan situasi di hadapannya sama sekali saat dia mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Necromancer Pavel sambil menggunakan sebuah mantra sihir untuk menganalisa sihir pelindung yang membungkus musuhnya tersebut.

Dalam pertempuran ini, mereka semua berlomba dengan waktu.

"Tch!"

Menyadari bahwa musuh-musuhnya tidak panik sesuai dugaannya, Necromancer Pavel mendecakkan lidah dengan frustrasi. Dia mundur sekali lagi dan secara bersamaan menghindari dua serangan yang mengarah padanya. Dia tidak peduli dengan siapa yang menyerangnya karena serangan-serangan itu terlalu lemah. Bahkan jika serangan-serangan itu mengenai tubuhnya, Pavel tidak akan terluka sama sekali. Namun, dia tidak bisa menyingkirkan rasa khawatirnya pada pemuda berambut hitam di hadapannya. Tidak peduli apapun yang dia lakukan, pemuda itu mampu membalasnya. Benar-benar aneh…bagaimana bisa pemuda yang memiliki wajah agak feminin ini bisa mengenali gaya bertarungnya?

"Wuushhh!"

Rhode tidak peduli dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Necromancer tersebut. Dia mengayunkan pedangnya dan melesat ke depan lagi. Ketika pedangnya beradu dengan tongkat sang Necromancer, percikan api muncul di titik benturannya. Sesaat kemudian, dia melihat garis-garis sihir muncul di udara yang segera tercerai berai setelah itu.

"Berhasil!"

Melihat fenomena tersebut, tekad Rhode semakin menguat. Sementara itu, ekspresi Necromancer Pavel berubah menjadi masam. Dia mundur sekali lagi sambil mengangkat tongkat di tangannya.

Di saat yang bersamaan , Marlene membidik tubuh Necromancer tersebut dengan tongkat sihirnya.

Cahaya putih yang menyilaukan muncul dan memadat di ujung tongkat sihir Marlene. Cahaya itu kemudian melesat ke arah Necromancer Pavel dan berhasil mengenainya dengan telak.

"Bum!!!"

Sebuah gelombang panas yang kuat meledak dari titik benturan sihir tersebut. Bahkan Rhode sendiri terpaksa mengambil beberapa langkah ke belakang. Suhu di dalam tempat itu naik. Tepat pada saat itu, raungan marah sang Necromancer terdengar dari dalam lautan api.

"Dasar brengsek! KALIAN SEMUA AKAN MEMBAYARNYA!"

Sihir pelindung yang membungkus tubuh Necromancer itu telah menghilang. Sikap angkuhnya menghilang dan digantikan dengan kemarahan yang membabi-buta. Hampir sekejap mata, Necromancer tersebut menyihir lima hingga enam tombak tulang yang tajam di sekitarnya dan melemparkan mereka ke arah Marlene sebagai serangan balasan. Tapi sebelum tombak-tombak itu bisa menusuk tubuh Marlene, seorang Shield Warrior menghalangi jalur mereka dan mengangat perisai bajanya yang besar sebelum membantingnya ke tanah, melindungi Marlene di belakangnya.

Bum!! Diikuti dengan suara benturan logam, kelihatannya beberapa tombak tulang tersebut pecah menjadi serpihan yang tak terhitung jumlahnya. Namun, perisai baja tersebut juga terjatuh karena benturan yang keras.

Sialan.

Mengayunkan pedangnya yang besar, Barney meladeni tantangan mayat-mayat hidup di depannya. Dari sudut matanya, dia menatap sosok Rhode yang bertarung dengan Necromancer tersebut. Dia tidak menyangka bahwa Rhode ternyata sekuat ini, dan pemandangan di depannya membuktikan hal tersebut. Necromancer Pavel mengamuk, dan di bawah serangan-serangannya yang mematikan, bangsawan sialan itu dan kakaknya nyaris tidak berhasil menghindar dari serangan-serangan tersebut. Jika situasi ini berlanjut, mereka tidak akan bisa menang!

Barney menjatuhkan satu demi satu mayat hidup yang ia temui. Melihat ke arah belakangnya, dia menyaksikan kondisi Shauna yang kepayahan, dan bangsawan licik itu bersembunyi di belakang sang Necromancer. Sepertinya dia tidak berniat membantu Shauna.

Tuh, kan. Orang itu memang berencana menggunakan kita sebagai samsak, dan merebut hadiah serta imbalan misi ini untuk dirinya sendiri! Brengsek! Aku tidak akan membiarkannya berbuat seenaknya!

Barney membuat keputusan. Dia berbalik dan mengangkat pedang besarnya, melesat ke arah Necromancer Pavel.

"Mati kau, monster jahat!!"

Barney berseru sambil mengayunkan pedangnya, tapi dia tidak mengira bahwa Shauna yang tadinya terlihat 'kepayahan', tiba-tiba bergerak dan ada di depannya.

Suara benturan pedang pun terdengar.

Menyadari ancaman yang datang dari arah belakang, Shauna terkejut. Di bawah perintah Rhode, dia dan pemuda itu akhirnya berhasil berganti posisi untuk berjaga-jaga terhadap serangan balik Necromancer itu. Setelah dia mengamuk, Necromancer Pavel telah menghabiskan sebagian besar kekuatannya dan sekarang sedang kelelahan. Hanya butuh satu serangan terakhir dan mereka akan memenangkan pertempuran ini. Tapi Shauna tidak menyangka bahwa ada orang lain yang menyerangnya dari arah belakang!

Saat ini, wanita tersebut tidak memiliki kesempatan untuk mundur, dan satu-satunya hal yang bisa dilakukannya hanyalah menggertakkan gigi dan bertahan di tempat. Tapi pada saat itu, Necromancer Pavel memanfaatkan kesempatan saat perhatian Shauna teralihkan untuk menyerang wanita itu. Dia menekuk jari sambil merapalkan sebuah mantra sihir.

"Blarr!!"

"Aaahh!"

Shauna, yang terlambat menyadari serangan itu, tidak dapat menghindar. Sebuah tombak tulang tajam menusuk bahu kirinya, dan tubuhnya terlempar jauh sebelum akhirnya membentur tanah.

Necromancer Pavel yang akhirnya membalik keadaan juga tidak berencana untuk berlama-lama menetap di tempat itu dan berbalik melarikan diri.

"Sialan!"

Melihat pemandangan di hadapannya, Rhode mengumpat dalam hati. Dia membalik tangan kanannya dan sebuah kartu merah muncul.

"Marlene, gunakan kekuatan penuhmu untuk menyerangnya!!"

Rhode berteriak sekeras mungkin dan melempar kartu merah di tangannya. Sesaat kemudian Pembunuh Api muncul dan melaju ke arah musuh yang berusaha melarikan diri. Sebuah bayangan merah melesat dalam kegelapan dan ledakan besar terdengar, diikuti oleh raungan sang Necromancer yang bergema ke segala arah.

Sial, sudah kuduga, sihir pelindungnya belum benar-benar lenyap.

Pembunuh Api bahkan belum sempat menyentuh sihir pelindung tersebut tetapi akhirnya dia takluk dengan sihir itu. Rhode bergegas melewati asap hitam itu.

Keadaan Necromancer Pavel sendiri juga lumayan buruk. Saat ini, kondisinya cukup menyedihkan; sihir pelindungnya telah terkikis sekitar 70-80%. Itulah alasan mengapa dia tidak dapat menghadang sepenuhnya serangan bunuh diri dari Pembunuh Api. Jubah yang dikenakannya terlihat compang-camping, dan bahkan tongkat sihirnya terlihat berantakan.

"Dasar manusia-manusia terkutuk!!"

Melihat Rhode yang bergegas mendatanginya, Necromancer itu menggertakkan gigi dan mengumpat. Dia mengangkat kedua tangan dan mengarahkannya pada Rhode.

Bola cahaya merah melayang ke arah Rhode. Tetapi, pemuda itu tidak menghindar, dia tetap maju ke depan sambil memegang pedangnya.

Mati kau!

Melihat Rhode yang tidak berniat untuk bertahan dan berlari menuju bola cahaya merah itu, Necromancer Pavel tersenyum angkuh. Pemuda ini akan segera mati, pikirnya.

Tapi senyumnya hilang dan digantikan dengan ekspresi takut.

Sepasang sayap transparan muncul di depan Rhode. Bulu-bulu putih yang lembut menyebar tersapu angin; pemandangan tersebut terlihat sangat magis.

Sayangnya Necromancer Pavel tidak memiliki waktu untuk mengagumi keindahan tersebut. Karena bola energi negatif merah yang diluncurkannya juga menghilang.

"Kau…"

Necromancer itu membuka mulutnya, tapi di saat bersamaan, pedang Rhode menusuk dan menembusnya.

Next chapter