webnovel

Malam Hena

Alena mengangkat kedua tangannya ketika para pelayan memakaikan pakaian pengantinnya. Pakaian bewarna hijau dengan sulaman benang emas pada bagian dada dan pinggang. Rambutnya yang bewarna hitam legam dan ikal di sembunyikan dibalik kerudung panjangnya. Riasan wajah untuk Alena sangat spektakuler sampai-sampai Cynthia takjub. Selama ini Alena memang suka berdandan tapi kalau riasannya sampai full colour baru kali ini Ia melihatnya.

Semua gadis berkumpul di aula tengah. Usai berdandan Alena akan diberikan Henna pada tangannya. Upacara pemakaian hena memang biasa diselenggarakan dimalam sebelum pernikahan.

Para Pelayan tampak sibuk membuat campuran henanya. Seorang pelayan tampak membawa gunting kuku dan Alena terkejut ketika tiba-tiba pelayan itu meminta jari Alena untuk dipotong kukunya.

"Apa yang Kamu lakukan? Aku suka dengan kuku panjang. Aku suka dengan nail art. Nail art adalah seni menghias kuku menggunakan cat kuku dan berbagai macam perniknya. Tidak akan aku ijinkan kalian memotongnya". Alena meradang sambil misruh-misruh.

"Tuan Putri Tidak boleh bermalam dengan yang Mulia dengan kuku panjang". Seorang pelayan mencoba menjelaskan pada Alena.

"Aneh... aturan darimana seorang wanita tidak boleh berkuku panjang. Apa hubungannya dengan bermalam bersama suaminya. Aku merawat kuku ini bagai merawat anak sendiri. Sekarang mau dipotong seenaknya." Alena tetap menolak dengan galak.

Tiba-tiba Ratu Sabrina sudah berdiri dibelakangnya bersama ibunya.

"Alena sayangku, Kukunya harus dipotong karena nanti bisa melukai suamimu."

Alena mendengus dalam hati. Memangnya Aku macan apa, sampai bisa melukai suami sendiri.

"Ibunda Ratu hamba tidak akan pernah melukai suami hamba. Bukankah Bunda tahu kalau Hamba sangat mencintai Yang Mulia Nizam"

"Betul, tapi nanti kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dengan kuku itu, Ayolah sayang sebentar lagi akan ada pertunjukan tarian. Agar semuanya cepat selesai." Suara ibu mertuanya terdengar tajam.

Kalau tidak ada ibu kandungnya mungkin Ia sudah dipaksa dari tadi. Akhirnya Alena mengalah. Sambil ngomel-ngomel Ia merelakan kukunya yang panjang dan runcing-runcing itu dipotong. Sedihnya tidak terkira, kuku yang dirawat harus berakhir hanya karena Ia akan bermalam dengan suaminya sendiri padahal Alena tidak memahami alasan detailnya. Cuma Cynthia yang menjadi sedikit lebih tegang. Dia sudah menganalisa mengapa kuku Alena harus dipotong. Tiba-tiba perut Cynthia jadi terasa sakit

Akhirnya campuran Hena sudah siap. Ibu kandungnya membubuhkan satu titik ditengah-tengah telapak tangannya. Lalu kemudian dilanjutkan oleh Ratu Sabrina. Putri Reina juga turut membubuhkan sebuah garisan. Wajahnya dibuat selembut mungkin padahal Ia sangat ingin mengacak-acak goresan-goresan hena ditangan Alena. Dalam hati Putri Reina berdoa semoga henanya cepat luntur. Ada kepercayaan dikalangan mereka kalau warna hena tahan lama maka pernikahannya akan semakin lama. Setelah semua penghuni Harem yang statusnya tinggi membubuhkan goresan hena ditangan Alena maka pembuatan gambar hena dilanjutkan oleh ahlinya.

Alena wajahnya sedikit tegang. Ia masih tidak terima kuku cantiknya dipotong. Sekarang Ujung kuku yang malah dibungkus oleh campuran hena. Walaupun gambar henanya terlihat sangat indah dan cantik tapi tetap saja Ia merasa sekarang tangannya tidak bagus lagi.

"Alena..Jangan cemberut begitu," Ibunya menyenggol lengan Alena yang sedang duduk.

"Aah..Ibu, Aku kesal kuku Aku dipotong seenaknya" Alena cemberut berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

"Nanti kan bisa dipanjangkan lagi, jangan merusak suasana. Ibu merasa sangat senang dengan upacara perayaan pernikahan Azura yang aneh. Ngomong-ngomong bajumu itu sangat indah" Ibunya Alena yang baru datang kemarin tampak mengagumi pakaian yang dikenakan oleh Alena.

"Aku punya banyak baju seperti ini, Aku bosan mengenakan pakaian kaftan. Aku ingin mengenakan pakaian tanktop dengan hotpant. Aku juga rindu mengenakan rok pendek dan ingin menggunting cadar yang selalu menempel diwajahku kalau Aku harus keluar Harem" Alena tiba-tiba curhat kepada ibunya.

Ibunya melirik Alena dengan heran. "Bukannya Kamu bahagia ada di Azura?"

"Aku Bahagia karena ada disamping Nizam bukan bahagia ada di Azura." Alena mengeluh, Mukanya mendadak murung.

"Ada apa denganmu Alena, Kamu jangan membuat ku jadi panik" Ibunya Alena menatap tajam.

"Ada banyak adat istiadat yang tidak kupahami, Coba lihat Bu, Kukuku yang cantik ini saja harus dipotong" Mata Alena berkaca-kaca sambil memperlihatkan kukunya terpotong habis. Bahkan sampai dikikir halus agar kukunya sama sekali tidak tajam.

Ibunya menggelengkan kepalanya. Ni bocah kapan dewasanya, perkara kuku dipotong saja kesannya seperti hendak menggagalkan acara yang sudah digelar besar-besaran. Bukankah besok seluruh kepala negara atau perwakilannya akan berkumpul termasuk presiden Indonesia. Siapa yang akan bertanggung jawab kalau ternyata pengantin perempuannya ngambek gara-gara kukunya dipotong.

"Alena Ibu tidak mau tahu, kontrol emosimu, Kamu sekarang hidup di negara orang lain. Akan menjadi istri seorang pangeran putra Mahkota. Jadi sebaiknya mulai untuk menjaga sikap." Ibunya malah mengomel-ngomel.

Alena melengos , Menyebalkan Ibunya malah memarahinya. Andaikan dia tahu kemarin Ia dipukuli pelayan Ratu Sabrina. Pasti Ia langsung ditarik pulang. Tapi kemudian mata Alena berbinar ketika melihat para penari mulai berdatangan. Wajah cantiknya kembali menjadi cerah.

Ibunya langsung ngelus dada, Cepat banget suasana hati Alena berubahnya. Tadi muram sekarang hanya dengan melihat penari Ia langsung kembali bahagia. Ia benar-benar akan mengandalkan menantunya untuk mendewasakan Alena.

"Ibu tahu tidak, besok aku juga akan menari dihadapan Nizam. Aku sudah berlatih selama hampir sepuluh hari. Ibu harus melihat tarianku" Alena melonjak-lonjak dari tempat duduknya. Tapi kemudian pelayan yang disamping Alena Segera mengingatkan untuk berhati-hati. karena hena ditangannya masih basah.

Alena langsung terdiam dan mengucapkan terima kasih sudah mengingatkan. Ia tentu saja tidak mau gambar henanya jadi berantakan. Lalu Ia kembali duduk tenang disamping Ibunya menyaksikan tarian para gadis Harem yang lemah gemulai

***

Nizam duduk di kelilingi saudara-saudaranya. Lagi-lagi Ia dijadikan bahan candaan.

"Kita belum sekalipun menikah, Kakak kita ini, sudah dua kali menikah, Luar biasa" Kata Pangeran Husen.

"Kita tidak boleh menikah sebelum kakak Nizam menikah, Ibunda Ratu Sabrina benar-benar keterlaluan kejamnya" Pangeran Husen berbisik.

"Aku lega akhirnya acara ini terlaksana juga. Aku merasa dari kemarin begitu Banyak masalah. Aku pusing menyaksikan Ibunda Ratu Sabrina bagaikan Unta yang tersesat. Muter-muter terus di Harem mengurus Kakak Putri Alena. wk. wk...wk... " Pangeran Rasyid membayangkan bagaimana seorang Ratu yang tegas, keras dan sedikit kejam harus mengimbangi menantunya yang bertingkah konyol dan seenaknya.

"Iya..dulu waktu pernikahan dengan Kakak Putri Reina tidak segempar sekarang. Semua berjalan lancar sampai perayaan kesucian. Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi dengan perayaan besok" Pangeran Hamdan mengira-ngira apa yang akan terjadi besok.

"Yang pasti mulai besok, Aku akan melakukan kewajibanku sebagai laki-laki," Nizam bergumam sambil tidak sabar menunggu hari esok.

"Memang selama ini, Kakak tidak melakukan kewajiban?" Pangeran Rasyid bertanya penuh rasa ingin tahu. Gosip selama ini beredar bahwa Pangeran Nizam tidak pernah memanggil siapapun ke dalam kamarnya. Termasuk Putri Reina. Yang terakhir dipanggil malah pelayannya atau lebih tepatnya teman Alena yaitu Chyntia. Itupun cuma sebentar dan dapat dipastikan tidak terjadi apa-apa diantara mereka.

Pangeran Rasyid sedikit rasa tegang. Ada gadis yang sangat Ia sukai ada di dalam Harem Nizam. Jika Nizam tidak menyentuhnya maka mungkin Ia masih ada harapan. Apalagi Nizam mengatakan bahwa Ia akan membubarkan Harem begitu Ia menjadi Raja. Ia sangat berharap Nizam akan melakukan ucapannya. Walau pastinya akan sangat sulit.

Nizam tidak menjawab pertanyaan Pangeran Rasyid. Ia tidak mau siapapun tahu kalau Putri Reina masih suci. Karena kalau sampai Ibunya tahu maka habislah riwayatnya. Harapannya adalah Ia dapat segera memiliki anak dari Alena agar kedudukan Alena menjadi kuat sehingga Ibunya tidak akan bisa menyingkirkan Alena dari sisinya

Next chapter