webnovel

Menunggu

"Mengapa Ia tidak menjawab teleponku? " Alena menatap Cyntia dengan mata sembab. Sudah jelas Alena banyak menangis. Cyntia menghela nafasnya yang terasa berat.

"Alena...Apakah kamu tidak menyadari bahwa Nizam sangat misterius? Mulai dari sikapnya yang begitu dingin. Ia juga menjaga jarak hampir dengan semua orang. Ia terlihat sangat kaya bahkan dibandingkan dengan Edward, Justin atau dirimu. Ia tinggal di apartemen yang lebih mewah dari apartemenmu. Bahkan Ia memiliki orang yang seperti pengawal. Kamu mengatakan bahwa Ia mencintaimu tapi tidak pernah menjanjikan akan menjadi kekasihmu. Hmmm... Aku harus bisa menarik kesimpulan dari semua misteri ini. "

"Aku tidak mengerti mengapa Ia tidak menghubungiku bahkan mengangkat teleponku. Chat-ku juga hanya diread tanpa dibalas. Aku sangat tersiksa. Padahal Aku sudah sangat berbahagia saat mengetahui Ia mencintaiku." Airmata Alena mulai menetes satu persatu. Ia tidak merespon perkataan sahabatnya itu.

"Simpan saja airmatamu Alena, Bukankah dari awal Aku sudah pernah bilang. Tidak mudah mencintai orang yang misterius seperti itu. Lagipula laki-laki kan banyak. Kalau Kamu tidak bisa memilih pria diantara teman sekampus karena perbedaan keyakinan pulang saja ke Indonesia, Pasti banyak pria yang menginginkanmu. Kalau pulang Aku ikut ke pulang ke Indonesia biar aku ikut mencari jodoh di Indonesia. " Cyntia tampak bicara tanpa beban.

"Iya Aku juga tahu, Aku harus realistis tapi rasa sakit karena mencintai seseorang itu sangat sulit dihindari. Rasa rindu di hati ini serasa mengalir dalam darah dan tidak bisa aku keluarkan. Wajah dia terus berputar dalam otakku. Sampai-sampai Aku tidak bisa memasukan persoalan apapun lagi kedalam otakku. "

"Itulah sebabnya Aku bersyukur tidak pernah jatuh cinta. Lagipula Aku bertekad untuk menyelesaikan kuliah dulu yang tinggal setahun ini. Aku sudah berencana akan menjadi seorang dosen saja. Yaah.. Seperti yang Aku bilang tadi Aku berhasrat tinggal di negaramu. Aku pikir negaramu adalah negara yang paling menarik. Orang-orangnya ramah dan adat istiadatnya tidak terlalu keras seperti negara India atau Arab. Walau kebanyakan beragama muslim tetapi yang non muslim terlihat sangat aman di Indonesia."

"Tentu saja Cyntia Kamu pikir kita bangsa apaan yang suka ribut karena agama. Kalau ribut palingan di komen internet saja. Dalam Kesehariannya jarang ada itu yang saling ribut. Tetap saja kalau lebaran yang non muslim ikut kebagian makan ketupat. Kalau Natalan walau tidak mengucapkan selamat kalau dikasih kue natalnya ya.. dimakan juga. Tapi ngomong-ngomong Cyntia kenapa Kamu jadi membicarakan cita-citamu yang ingin tinggal dinegaraku. Bukannya mencari jalan keluar untuk mengatasi perasaanku. Sudah tiga hari Nizam pergi dan tidak sekalipun Ia menghubungiku. "

Cyntia malah tertawa. Benar-benar keterlaluan disaat sahabatnya penuh derita Ia terlihat tanpa beban.

"Cyntia!! Teganya Kamu tertawa di atas penderitaan orang lain. " Alena hampir berteriak. Membuat orang-orang yang ada di Kafe melirik semua ke arah Alena. Alena memerah Ia lalu berdiri sambil tersenyum membalas tatapan mereka, lalu membungkukkan badannya sedikit ala orang-orang Jepang sambil meminta maaf. Seorang gadis cantik tersenyum seraya meminta maaf membuat mereka yang menatap Alena lupa akan teriakan Alena yang mengganggu tadi. Semuanya menjadi terpesona dengan kecantikan Alena. dan Cyntia menyadari itu.

" Sudah Alena, duduk Kamu! wajah cantikmu itu akan membuat Mereka lupa akan kelezatan makanannya."

Alena duduk kembali sambil mendelik pada Cyntia. " Kamu penyebabnya, Aku jadi malu. Cyntia kenapa Kamu seakan menganggap remeh persoalanku? "

"Aku tidak mau Kamu bertingkah konyol seperti Elsa yang bersedia mengorbankan nyawanya sendiri demi Edward. Persoalan cinta begitu aneh, rumit terkadang cinta itu membahagiakan terkadang pula menyakitkan. Aku sama sekali berharap bahwa Kamu tidak diperbudak cinta. "

"Kamu tidak pernah jatuh cinta sehingga Kamu bisa berkata demikian. Walaupun Aku tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Elsa tetapi Aku juga ingin memperjuangkan cintaku sekuat tenaga. "

"Lantas kalau tidak berhasil?? " Kata Cyntia seraya mengambil kue cake sepotong dan memasukannya kedalam mulutnya.

"Aku.. tidak ingin berkata tentang kegagalan dulu. Aku harus tetap optimis. "

"Alena.. selain pernyataan bahwa Nizam mencintaimu. Apa dia pernah menyentuhmu?"

Alena menggelengkan kepalanya.

"Apa dia pernah menciummu? " Tanya Cyntia lagi.

"Boro-boro padahal Aku ingin sekali dicium olehnya. Bibirnya itu hmmm... " Alena malah berkhayal dicium Nizam.

"Stop it Alena. Kamu ini mencintainya atau hanya ingin tidur dengannya?? "

"Dua-duanya.." Alena menjawab sambil tersipu-sipu malu ada perasaan aneh yang tiba-tiba merangsangnya setiap ia membayangkan Nizam.

"Alena.. Apa Kamu pernah mencintai seseorang Sebelumnya?? " Cyntia menatap Alena yang memerah wajahnya dengan nafas sedikit terengah-engah. Alena menggelengkan kepalanya.

"Bersyukurlah Alena. Karena Kamu adalah tipe orang yang diluar kendali ketika sedang jatuh cinta. Kalau kamu sudah jatuh cinta maka Kamu akan berusaha untuk menidurinya."

Alena terbelalak mendengar kata-kata Cyntia. Khayalan tentang berciuman dengan Nizam langsung menguap begitu saja.

"Apa maksud dengan perkataanmu" Alena sedikit meradang.

"Jujurlah padaku. Apa kamu sangat menginginkannya secara sexsual? " Cyntia berkata dengan suara tajam. Alena meringis mendengar pernyataan yang baginya terlalu vulgar.

"Begini Alena.. Aku khawatir yang ada dalam otakmu hanyalah sensasi tentang bagaimana rasanya tidur dengan Nizam. Setelah Kamu memperoleh itu semua maka bisa jadi rasa cintamu akan lenyap. Bukankah selama ini dia tidak pernah melakukan apapun terhadap Kamu. Tidak seperti Edward, Justin, Jonathan atau yang lainnya. "

Alena tercengang dengan teori sahabatnya.

"Tentu saja tidak. Mmm.. hanya saja Cyntia Aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya. Aku tidak pernah membiarkan pria lain menyentuhku tanpa alasan. Misalnya begini. Aku tidak keberatan kalau digandeng pria ketika menyebrang jalan. Atau bersalaman sambil menyentuhkan pipi. Hanya Kalau melakukan lebih dari itu Aku merasa jijik. Terus terang Aku belum pernah dicium siapapun. Jadi kalau kamu bilang Aku menginginkannya secara sexual. Aku tidak mengerti yang aku inginkan adalah hanya menyentuhnya untuk meluapkan perasaanku saja. "

"Alena.. sayangku. Perasaan itulah yang disebut dengan gairah. Gairah setiap orang berbeda-beda. Sebagian wanita gairah itu akan muncul jikalau ia berada dihadapan pria yang dicintainya. Bersyukurlah Kamu tipe orang yang sulit jatuh cinta. Karena kalau tidak maka kamu sudah tidur dengan banyak pria. " Cyntia berkata sambil menatap Alena. Hampir tersembur kopi yang baru diteguk oleh Alena keluar dari mulutnya.

"Perkataanmu sungguh konyol dan menjijikkan.." Kata Alena bersungut-sungut.

"Oh ya.. coba katakan selama ini. Siapa yang sering hendak menyentuh Nizam selama ini. Kamu kepadanya atau Dia kepadamu? "

Alena terdiam ia menerawang. Nizam memang tidak pernah menyentuhnya. Selama ini Ia berusaha menghindari sentuhan Alena dengan dalih agamanya melarang. Ah.. jelas itu karena dia benar-benar pemeluk Islam yang taat tidak seperti dirinya yang setengah-setengah.

"Eummm.. selama ini memang Aku yang selalu berusaha menyentuhnya dan Ia selalu berusaha menghindar.. "

"Nah itulah salah satu kemisteriusannya. Maaf Aku tidak tahu tentang keyakinan agama kalian seperti apa? Tetapi.. selain karena larangan dari agama kalian untuk tidak saling menyentuh sebelum menikah apakah kamu tidak memiliki pemikiran lain kenapa dia seperti itu. Apa mungkin dia impoten?? "

Alena ternganga mendengar teori Cyntia yang makin lama membuat kepalanya makin terasa pusing tujuh keliling. Tetapi kalimat terakhir Cyntia yang mengatakan Nizam impoten sukses membuat Alena merasa mual dan berkeringat dingin. Lalu Alena menatap Cyntia dalam-dalam dan bertanya.

"Kalau dia impoten memangnya kenapa?? "

Sekarang Cyntia yang ternganga.

"Ya Tuhanku... Alena. Entah apa yang ada dalam otakmu itu?? Makanya kalau makan yang banyak dan bergizi. Jangan cuma makan sayur dan buah. Makan daging dan ikan yang banyak juga agar perkembangan otakmu berjalan sempurna dan mmm.... ." Cyntia tidak dapat melanjutkan perkataannya karena mulutnya keburu dibekap oleh Alena.

Next chapter