webnovel

Pengamuk

Editor: Atlas Studios

Kehilangan kendali? Klein merasa tegang ketika dia hampir menyuarakan pertanyaannya.

Walaupun Dunn dan Neil Tua sering menekankan berbagai kemungkinan kehilangan kendali dan bahaya yang ditimbulkannya, ini adalah pertama kalinya dia mengalami insiden seperti itu. Dia merasa sedikit ngeri, sedikit bingung, sedikit takut, dan sedikit sedih. Dia merasakan emosi yang sangat bercampur aduk.

"Di antara kasus-kasus yang kami … harus hadapi setiap tahunnya, seperempat dari mereka adalah hasil dari para Pelampau yang kehilangan kendali … dan di antara seperempat kasus-kasus itu, sebagian besar dari mereka adalah rekan satu tim kami." Kata-kata Dunn terlintas di benak Klein, memperlambat reaksinya.

Neil Tua, yang telah mengalami banyak insiden serupa, segera bertanya, "Di mana si Pengamuk ini? Apa yang perlu kita lakukan?"

Klein terkejut mendengar hal ini. Dia percaya bahwa, seorang "personel setengah pensiunan" busuk seperti Neil Tua akan memiliki alasan untuk menolak permintaan Swain atau meminta sejumlah besar uang sebagai imbalan atas bantuannya. Klein tidak pernah menduga Neil Tua akan berpartisipasi tanpa ragu-ragu, tanpa memedulikan perbedaan antara Burung Malam dan Pengawas Hukuman.

Klein tiba-tiba mengerti sesuatu ketika dia melihat Neil Tua yang serius itu. Tidak masalah jika mereka adalah Burung Malam, Pengawas Hukuman, atau Mesin Sarang Pikiran. Tujuan mereka adalah untuk menghentikan kekuatan supernatural dari menyakiti orang-orang yang tidak bersalah dan menjaga perdamaian dan stabilitas di Tingen. Jika mereka mengalami sebuah situasi berbahaya dan mendesak, rasa tanggung jawab mereka akan mendorong mereka untuk membantu tanpa ragu-ragu!

Swain menjawab dengan singkat, "Jadilah pendukungku!"

Dia tidak menjelaskan kenapa orang itu kehilangan kendali ataupun lokasi dari Pengamuk itu. Sebaliknya, dia berjalan ke pintu keluar dengan cepat.

Mantan kapten Pengawas Hukuman ini jelas-jelas merupakan seorang pecandu alkohol yang sudah tua, tetapi Klein menyadari bahwa dia tidak bisa mengikuti kecepatan lelaki itu. Dia perlu berjoging untuk memastikan bahwa dia tidak tertinggal.

Dia menoleh untuk melihat Neil Tua, hanya untuk melihat Pembongkar Misteri tua itu sedang berlari.

Ketiganya tidak menghiraukan tatapan para penjaga dalam perjalanan mereka ke sana. Salah satu dari mereka mengenakan seragam angkatan laut yang sudah tua tergantung di bahunya, yang lainnya mengenakan jubah klasik berwarna hitam, dan yang lainnya lagi mengenakan mantel hujan berwarna hitam. Mereka menyerbu keluar dari ruang biliar dan masuk ke Bar Naga Jahat.

Para pelanggan yang sedang minum mengalihkan pandangan mereka dari kompetisi umpan tikus ke Klein dan yang lainnya.

"Apakah itu Bos Swain?"

"Akan pergi ke manakah dia dengan terburu-buru seperti itu?"

"Apakah seseorang gagal membayar utang mereka?"

….

Di tengah bisikan-bisikan pelan itu, beberapa pelanggan memusatkan perhatian mereka kembali ke kandang. Mereka membuat kegaduhan kembali, melampiaskan rasa stres dari hari mereka. Namun, beberapa pelanggan yang lebih perseptif merasa sedikit gelisah.

Tuk! Tuk! Tuk!

Klein, Neil Tua, dan Swain berlari melintasi jalan dan memasuki distrik pelabuhan.

"Di atas kapal itu." Swain memelankan lajunya dan menunjuk ke sebuah kapal kargo tidak jauh dari situ. "Dua orang Pengawas Hukuman mengelilingi Pengamuk itu, mencegahnya memasuki Sungai Tussock. Bantu aku untuk mempengaruhinya dan mengendalikannya. Serahkan sisanya padaku."

Neil Tua terengah-engah dan berkata, "Baiklah, ta-tapi kamu harus memberiku waktu sebentar. Fiuh, semenit untuk memulihkan diriku."

Swain mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia naik ke kapal itu dan bergabung dalam pertempuran tersebut.

Setelah mendengar suara pertempuran di atas kapal itu, Neil Tua menatap Klein yang agak gugup. Dia mengeluarkan sepotong perak sebesar telapak tangan bayi dari dalam saku tersembunyi di dekat pinggangnya. Dia kemudian menyerahkan perak tersebut pada Klein dan berkata, "Jimat Tidur. Mantra untuk mengaktifkan jimat ini adalah frasa 'Malam' dalam Bahasa Hermes kuno. Setelah kamu menyelesaikan mantranya, masukkan spiritualitasmu ke dalam jimat ini dan kemudian lemparkanlah ke target setelah tiga detik."

"Baiklah!" Klein mengulurkan tangannya untuk menerima jimat tersebut dan merasa tergerak.

Jimat ini diukir dengan mantra dalam Bahasa Hermes di kedua sisinya, serta berbagai simbol yang sesuai, Nomor Jalur, dan berbagai karakteristik dari mantra tersebut. Dia tidak perlu mengaktifkan Penglihatan Rohnya untuk merasakan kekuatan yang mendalam dan tenteram mengalir di dalam jimat itu.

Neil Tua berdiri tegak dan mengeluarkan jimat serupa dari dalam saku tersembunyinya dan memegangnya di telapak tangannya. Dia bercanda ketika dia berjalan menuju kapal kargo tersebut, "Jangan terlalu gugup, santailah dan pikirkan hal lain. Misalnya, aku meminjamkan jimat itu padamu. Jika kamu akan menggunakannya, ingatlah untuk membuatkan satu untukku sebagai balasannya Tentu saja, kamu boleh menunggu sampai bulan depan, ketika kamu menerima kuota bahan-bahan baru sebelum melakukannya."

Ini … dia benar-benar Neil Tua yang berpengalaman … Klein menyimpan jimat itu di saku kirinya, meraih ke sarung pistolnya, mengeluarkan revolvernya, dan menyesuaikan pemukul dan silindernya.

"Aku tidak merasa terlalu gugup lagi …" dia memegang sebuah revolver di satu tangan dan sebuah tongkat di tangan lainnya. Dia menaiki tangga dengan Neil Tua dan naik ke kapal kargo itu.

Kapal kargo ini memiliki tanda-tanda sudah usang yang jelas. Meskipun didukung oleh mesin uap dan memiliki sebuah cerobong asap, kapal ini mempertahankan perlengkapan masa lalunya seperti tiang dan layarnya. Selain itu, hanya permukaannya dan beberapa bagian lainnya yang dilapisi dengan logam; bagian kapal yang lainnya masih terbuat dari kayu.

Saat suara pertempuran semakin jelas, Klein dan Neil Tua tiba-tiba mendengar sebuah suara keras di tengah hiruk-pikuk itu sambil mencari cara untuk masuk ke dalam kabin.

Kabin kayu itu langsung hancur, serpihan-serpihannya beterbangan di mana-mana. Sebuah sosok jatuh melalui lubang tersebut dan menghantam sisi kapal.

Klein tidak punya waktu untuk mengevaluasi luka-luka pria itu. Pandangannya terfokus pada monster yang sedang menuju lubang.

Tinggi monster itu lebih dari 1,8 meter dan mengenakan kemeja dan celana panjang yang compang-camping. Pergelangan kakinya ditutupi dengan sisik berwarna hijau tua, dan lapisan kulit telah terbentuk di antara jari-jari tangan dan kakinya, seolah-olah mereka adalah bagian tubuh berselaput dari seekor makhluk air.

Kepalanya tertutup banyak keriput, sudah hampir tidak menyerupai manusia. Sisik-sisiknya dilapisi dengan cairan lengket yang terus menerus menetes ke lantai.

Ssst!

Cairan lengket berwarna hijau tua itu sedikit merusak geladak, meninggalkan bekas yang terlihat.

Buk! Swain meninju monster itu dari samping, menyebabkannya terhuyung dua langkah ke samping.

Buk! Buk! Buk! Bahkan dengan otot luar biasa yang dimiliki Swain, dia jelas kalah oleh monster itu. Meskipun pukulan dan tendangannya masuk, mereka tidak bisa menghancurkan sisiknya dan menimbulkan kerusakan fisik. Swain untuk sesaat memiliki kondisi yang menyedihkan ketika dia terhuyung-huyung.

Jika bukan karena keseimbangan Swain yang mencengangkan dan upaya para Pengawas Hukuman yang lainnya untuk menembak dan menekan monster itu, Klein menduga bahwa penatua bermata biru itu akan dipukuli sampai mati oleh monster itu.

Tuk! Tuk! Tuk! Swain mengambil beberapa langkah ke belakang, lalu maju lagi, seperti seekor ngengat menuju nyala api.

Namun Klein bisa merasakan bahwa dia sedang mengumpulkan sesuatu, menunggu sesuatu.

Buk!

Swain dipaksa mundur, tubuhnya menghalangi sudut pandang dari Pengawas Hukuman lain.

Monster itu mengambil kesempatan ini untuk menyerang kelemahan tersebut.

Dia ingin melarikan diri dari kapal itu dan melompat ke Sungai Tussock!

Melihat kepala monster yang keriput dan lengket itu, Klein mengangkat tangan kanannya dan menarik pelatuknya.

Dor!

Peluru perak pemburu setannya mengenai tubuh monster itu sesuai dengan prediksinya. Tapi peluru itu hanya mengenai sisiknya dan gagal menembus tubuh monster itu sepenuhnya.

Monster itu mengeluarkan pekikan yang memekakkan, sebelum kemudian mengerahkan kekuatan pada kakinya dan menerkam Klein.

Ketika bau amis yang menyengat tercium olehnya, Klein tiba-tiba membungkuk dan berguling ke samping.

Klang! Dia merasa kapal itu berguncang ketika serpihan-serpihan mengenainya.

Pada saat yang bersamaan, dia mendengar suara yang tua namun dalam, melantunkan mantra dalam Bahasa Hermes kuno, "Malam!"

Klein berguling dua kali lagi. Dia tidak mempedulikan tongkatnya saat dia mengangkat kepala dan revolvernya dengan bingung. Yang dia lihat hanyalah Neil Tua yang sedang melemparkan jimatnya dengan tenang, meskipun berada sangat dekat dengan monster itu.

Sepotong perak tersebut langsung ditelan oleh api berwarna merah tua dan menimbulkan suara ledakan yang samar.

Sebuah kekuatan yang mendalam dan tenteram pun menyebar. Monster itu, yang hampir menghancurkan sisi perahu tersebut, bergoyang. Gerakannya menjadi lamban.

Swain menyerbu keluar dari kabin. Dia mendekati makhluk itu dan menarik kembali lengannya, memukul monster itu seperti sebuah jackhammer1. Pukulannya mengenai kepala monster itu.

Tapi dia hampir tidak bisa menimbulkan luka, apalagi menyebabkan cedera fatal. Tapi Klein bisa merasakan bahwa apa pun yang dikumpulkan oleh penatua bermata biru itu akhirnya mencapai puncaknya.

Duar! Monster itu sepertinya telah pulih. Dia mengayunkan lengannya dan membuat Swain mundur lima langkah. Setiap langkahnya menyebabkan terbentuknya retakan di geladak tersebut.

Melihat monster itu hendak berbalik dan melompat turun dari kapal kargo, Klein mengeluarkan Jimat Tidur dari dalam sakunya dengan tergesa-gesa.

Setelah itu, dia dengan mahir merapal frasa dalam Bahasa Hermes Kuno, "Malam!"

Tiba-tiba, Klein merasakan jimat perak di tangannya itu berubah menjadi sedingin es, seolah-olah jimat itu terbuat dari salju.

Dia tidak terlalu memikirkannya. Dia memasukkan spiritualitasnya ke dalam jimat tersebut, lalu menarik lengannya kembali sebelum melemparkannya ke depan, mengirim jimat tadi terbang ke arah monster itu.

Sementara itu, monster yang menyerupai murloc2 itu itu telah melompat ke udara.

Api merah tua menerangi kegelapan di sekitarnya dan ledakan samar itu seperti sebuah lagu pengantar tidur ketika suara itu dengan cepat memancar keluar.

Buk!

Monster itu jatuh ke dermaga, menggeliat-geliat menjadi sebuah bola. Monster tersebut sementara dalam kondisi setengah tertidur.

Klein baru saja akan bergegas ke sisi kapal dan menembak kepala monster itu ketika dia tiba-tiba melihat Swain menyerbu dan melompat, seragam angkatan lautnya sudah lama hilang.

Dia mengubah postur tubuhnya di udara, otot-ototnya menegang.

Menggunakan persepsi spiritualitasnya, Klein bisa merasakan sesuatu yang telah ditekan pun meletus. Swain turun dari langit dan menghantam tubuh monster itu. Dia kemudian menegakkan punggungnya dan mendaratkan sebuah tinju keras di kepala monster itu.

Krak!

Tengkorak monster itu hancur berkeping-keping. Darah merah tua dan materi otak berwarna keabu-abuan yang bercampur dengan cairan lengket hijau pun bercipratan di atas lantai.

"Ini adalah salah satu kemampuan dari Bangsa Mengamuk?" Klein bergumam pada dirinya sendiri ketika dia berdiri di dekat sisi kapal yang hancur itu.

Neil Tua memegang lengan kirinya dan membungkuk untuk melihat apa yang telah terjadi di bawah.

Pada saat itu, Swain berdiri tegak. Dia menatap monster di bawah kakinya yang baru saja kehilangan nyawanya.

Dia mengeluarkan sebuah botol logam dan membuka tutupnya. Dia minum setengah dari minuman keras itu, lalu memiringkan botol tadi, menuangkan sisa minuman keras itu ke monster tersebut.

Setelah menyelesaikan hal ini, Swain terlihat seperti sudah bertambah sangat tua, punggungnya sedikit membungkuk.

Neil Tua menghela napas ketika dia melihat pemandangan di bawah tersebut. Dia berbisik kepada Klein, "Aku kenal dengan Pengawas Hukuman yang kehilangan kendali ini. Dia telah mengikuti Swain selama hampir tiga puluh tahun, pernah membersihkan hantu air yang telah membunuh orang-orang di pantai. Dia juga menangkap para Pelampau jahat yang berusaha melarikan diri melalui Sungai Tussock …."

Dia tidak melanjutkannya, tetapi Klein mengerti apa yang ingin disampaikannya: seorang penjaga yang telah memberikan banyak kontribusi dan membunuh banyak monster yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya dia sendiri pun menjadi seekor monster.

Ini bukan insiden yang terisolasi. Ini adalah sebuah kemungkinan yang akan dihadapi oleh banyak anggota Burung Malam, Pengawas Hukuman, atau Mesin Sarang Pikiran suatu hari nanti.

Next chapter