Pukul 05.30 pada hari yang telah ditentukan, Aiden sudah tiba di parkiran basement gedung. Dia mengenakan celana kargo panjang dan kaos polos cokelat dibalik rompi hoodie putih.
Sambil menunggu, Dia bersandar pada pilar dan berkutat dengan Smartphonenya. Melihat email, dan sebagainya. Beberapa lama kemudian sebuah sedan melaju masuk dan berhenti dekat dengan Aiden.
Dia kembali mengantungi gawainya untuk menyambut 2 orang yang keluar dari sedan tersebut. Mereka adalah orang yang sama bertemu dengan Aiden di lift saat SACTy baru kembali ke Markas Pusat.
"Agen Aiden... Kau, datang lebih awal. Seperti biasa." Ujar agen dengan rambut pirang dihadapannya.
"Lebih baik menunggu dalam keadaan siap."
Sambil mengangkat kedua alisnya, agen di sampingnya berkata, "Aa... Sama seperti gosip yang beredar. Agen Aiden selalu menganggap serius semua misi -bahkan mungkin terlalu serius."
Aiden mengabaikan komentar itu lalu bertanya, "Dimana Agen Rei ?"
"Pertanyaan yang sama yang ingin kami ajukan padamu, Agen."
"Santai saja. Ini bahkan belum jam 6." Ujar agen satunya. "Bagaimana jika Kau bertemu dengan VIP yang akan Kau kawal terlebih dahulu ?"
Aiden terdiam sejenak ketika mendengar perkataan tersebut. Dia bermaksud menunggu Rei terlebih dahulu, namun akhirnya setuju untuk bertemu dengan Subjek -atau VIP- yang akan Dia kawal.
Dari pintu belakang, keluar seorang gadis berusia sekitar 20 tahun -3 tahun lebih muda dari Aiden. Rambutnya hitam bergelombang, dagunya sedikit lancip, dengan ekspresi yang cerah.
Namun ciri yang paling mencolok adalah warna matanya. Dia memiliki kondisi biologis yang cukup langka, Heterochromia, dimana warna kedua matanya berbeda -biru di sebelah kiri dan cokelat terang di sebelah kanan.
"Hai ! Aku Anna. Kau salah satu orang yang akan menemaniku kan ?" Ujar Gadis itu riang sambil mengulurkan tangan. Aiden terdiam tidak bergerak. Dia memperhatikan dengan serius perempuan dihadapannya.
Di sisi lain, Anna yang dari tadi mengulurkan tangan untuk bersalaman mulai merasa canggung. Saat Dia mau menarik tangannya kembali, Aiden menyambut jabat tangan dari Anna.
"Aku Aiden"
Mendengar Aiden memperkenalkan namanya, wajah Anna kembali tersenyum riang. Setelah mereka bersalaman, terlihat seseorang berlari dari dalam gedung ke arah mereka. Aiden menoleh untuk mendapati Rei sedikit terengah-engah.
"Kau hampir terlambat." Ujar Aiden sambil melihat jam dipergelangan kirinya.
"Hah ?! Aku sudah sampai sejak 05.40." Ujar Rei untuk membela diri
"..."
"Baik, baik... Mungkin bukan 05.40."
"..."
"Ah, Ayolah Aiden ! Pada akhirnya Aku tidak terlambat kan ?"
Aiden menghela napas, "Sesuka apapun Kau menonton drama, paling tidak batasi waktu menontonmu. Tidak sampai larut malam."
Rei kaget, "Bagaimana Kau tahu Aku menonton drama sampai malam ? Kau mengutitku ya !?"
"Siapa yang kemarin lusa berteriak tentang menonton drama sampai episode terakhir di Lantai Utama, hm ?" Ujar Aiden yang agak terganggu dengan tuduhan Rei.
Rei sadar kalau Dia pernah mengatakan itu. "Hehe, Kau ternyata ingat, Aiden." Ujarnya malu. Dia mengalihkan pembahasan pada gadis di samping Aiden
"Ah, Kau pasti Anna, ya kan ?" Ujar Rei sambil mengambil tangan Anna untuk bersalaman. Tentu saja Anna terkejut dengan hal itu.
"Aku Rei. Aku akan ikut menemanimu bersama robot ini untuk mengawalmu." Ujar Rei dengan seringai diwajah. Anna dengan cepat tersadar dan membalas sapaan Rei.
Ketika kedua gadis itu mengobrol, 2 agen yang mengantar Anna mengarahkan Aiden untuk memberikan perlengkapan tambahan. Selain mobil sedan dihadapannya, Aiden juga diberikan kartu kredit berwarna hitam sebagai bekal misi ini.
2 agen itu lalu pergi setelah memberikan kunci mobil. "Ayo, kita berangkat." Ujar Aiden.
"Boleh Aku duduk di depan ?" Tanya Anna sambil menghampiri mobil.
"Tentu ! Kursi belakang Aku kuasai semua." Respon Rei dengan cepat.
Aiden tidak berkomentar bahkan menghiraukan. Dia lebih memperhatikan mobil yang mereka gunakan. Sedan dihadapannya memiliki spesifikasi yang cukup tinggi untuk menahan segala bentuk serangan dan siksaan. Bisa dikatakan setara dengan mobil kepresidenan.
"Kemana kita sekarang ?" Tanya Rei setelah mobil melaju keluar parkir sambil mendongahkan kepalanya diantara kursi depan.
"Entahlah, Ini pertama kalinya Aku pergi seperti ini. Biasanya ketika Aku keluar, sudah ada yang menjemputku kembali." Ujar Anna.
"Kau sudah sarapan ? Aku lapar."
"Sudah, hanya makanan yang biasa disediakan."
"Kau belum pernah mencoba makanan di luar ?!" Heran Rei. Anna membalas dengan menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu kita ke drive thru ! Supir, belok kanan di persimpangan depan ya !" Ujar Rei pada Aiden ambil menunjuk ke arah persimpangan.
"Rei, perlu kuingatkan kalau..."
"Ya, ya, nanti saja ceramahnya. Belok kanan disini."
Aiden mengalah setelah Rei menyelah ucapannya. Dia mengendarai mobil ke drive thru yang Rei tunjuk. Di sana, Rei memesan 2 soda dan 3 burger keju ukuran besar.
Sambil menunggu pesanan mereka tiba, Anna bertanya dengan heran, "Kau tidak memesan 3 minuman ?"
"Tidaak, 1 untukmu dan 2 untuku. Robot di sampingmu biasanya sudah makan sebelum aktivitas apapun."
"Rei, Aku punya nama. Dan, ya, jangan khawatirkan Aku. Aku sudah sarapan." Ujar Aiden dengan santai.
"Haha... Dengar kan ?" Ujar Rei riang. Anna tertawa kecil kala memperhatikan perilaku 2 orang yang menemaninya dalam mobil itu.
Pesanan mereka tiba. Rei dengan sigap mendistribusikan pesanan itu, 1 burger dan soda untuk Anna, dan sisanya dilahap oleh Rei. Aiden membayar lalu kembali memacu mobil lebih pelan.
"Makan lah, ini enak !" Ujar Rei dengan riang sambil membuka bungkus burgernya. Anna memperhatikan cara makan yang Rei lakukan dan mencoba untuk menirunya.
Saat gigitan pertama Ia kunyah dan telan, ekspresi Anna mulai bersinar. Ini pertama kalinya Dia merasakan makanan diluar fasilitas Foundation. Dan makanan ini sangat enak dilidahnya.
"Bagaimana ? Enak kan ?" Ujar Rei melihat Anna makan dengan lahap
"Pertama kali aku memakan ini, sangat enak !"
"Dan sangat tidak disarankan untuk dikonsumsi setiap hari. kalau hanya beberapa kali saja, todak masalah." Sela Aiden.
"Jangan hiraukan Dia. Dia hampir tidak pernah bersenang-senang selama hidupnya."
"Jika maksudmu 'bersenang-senang' adalah menonton drama sambil mengemil, ya. Aku masih ada kegiatan lain yg lebih..."
Ucapan Aiden terhenti karena Rei memukul lengannya
"Rei, Aku sedang menyetir..." Kesal Aiden
"Memang kau pantas mendapatkannya." Lanjut Rei sambil memukul lengan Aiden beberapa kali.
Terdengar suara tawa kecil yang keluar dari mulut Anna. Pemandangan dihadapannya merupakan pengalaman yang benar-benar baru dan sangat menghibur baginya. Rei yang dari tadi memukuli lengan Aiden terhenti dan ikut terinfeksi dengan tawa. Aiden yang pandangannya terpaku kejalanan tanpa sadar mengangkat sisi kanan ujung bibirnya.