Saehyun terpaksa harus terjebak dalam sangkar milik Jeon Jungkook yang menjadikannya peliharaan. Punya wajah yang sangat mirip dengan seorang gadis di masa lalu Jungkook, membuat Saehyun mau tak mau harus terikat dengan pemuda Jeon yang dijuluki pria biadab itu. Salah sasaran! Jungkook mengira bahwa Saehyun adalah gadis sialan yang telah mempermainkan hatinya dulu. Gadis itu tersiksa setiap kali berhadapan dengan Jungkook—secara fisik maupun batin. Apa yang akan terjadi pada Saehyun? Bisakah gadis itu terlepas dari belenggu Jeon Jungkook?
DUUAAK
Suara itu menggema ketika tubuh ringkih milik seorang gadis bersurai panjang itu membentur dinginnya dinding kamar akibat di dorong oleh seorang pemuda berambut cokelat di depannya. Kilatan merah mata elang dari pemuda itu bagai menusuk jantung si gadis. Tubuhnya yang tersungkur di atas lantai yang dingin mulai bergetar hebat.
Gadis itu meringis kesakitan, merasakan tulang punggungnya retak. Bercak darah di sudut bibirnya sudah mulai mengering. Tulang pipinya memar. Wajahnya bahkan sudah dipenuhi oleh buliran air mata.
Pemuda itu berjongkok demi mendekati si gadis. Seringaian iblisnya nampak menakutkan di mata gadis itu. "Sakit?" Ia bertanya dengan nada yang terbilang menyeramkan di telinga gadis itu, dan berhasil membuat bulu kuduk gadis itu meremang.
Hanya isakan tangis dari gadis itu yang terdengar setelah pemuda tersebut tak mengatakan apa-apa lagi.
"Akhh!!!"
Gadis itu itu menjerit kesakitan diiringi dengan isakan yang sudah berubah menjadi tangis pilu saat pemuda tersebut menjambak surai legam gadis itu. Wajah gadis itu dipaksa menengadah, menatap tepat pada wajah si pria.
"Sudah aku bilang, jangan bertingkah macam-macam!"
Jeritan kesakitan itu lolos begitu saja saat pemuda itu kembali menjambak surainya.
"A-aku mohon," ucap gadis itu dengan suara yang begitu parau, "—ma-maafkan aku, Jungkook."
Pemuda bernama Jungkook itu hanya memiringkan kepalanya, seringaian itu kembali menghiasi wajah tegasnya. "Maaf, huh?"
"A—aku hanya i—ingin membersihkan ruanganmu. Aku tidak sengaja menjatuhkan vas bunga itu," lirihnya.
"Tapi aku tidak suka siapa pun masuk ke dalam ruang kerjaku! Termasuk kau, JI SAEHYUN!!!"
Saehyun—gadis itu hanya bisa memjamkan matanya saat Jungkook berteriak tepat di depan wajahnya.
Tangisnya semakin menjadi saat Jungkook menyeretnya untuk masuk ke kamar mandi dengan menarik surai legamnya. Jerit kesakitan menggema di dalam ruangan bernuansa putih, berukuran sedang, lengkap dengan berbagai macam peralatan dan perlengkapan mandi.
Jungkook menyeret tubuh ringkih Saehyun sampai ke depan bathtub. Satu tangannya yang bebas memutar kran yang terletak di ujung bathtub. Selagi menunggu bathtub terisi penuh dengan air, lagi dan lagi Jungkook menjambak surai milik Saehyun, membuat sang empunya menjerit kesakitan. Sedangkan Jungkook, pemuda itu malah memasang wajah senang mendengar jeritan demi jeritan yang masuk ke dalam rungunya.
Jerit tangis Saehyun bagai candu baginya. Seperti halnya penikmat musik yang bahagia saat mendengarkan musik yang disukainya. Ya. Memang benar. Jungkook bagaikan psikopat kelas kakap yang bahagia di atas penderitaan korbannya. Bedanya, Jungkook bukanlah seorang pembunuh berdarah dingin layaknya para psikopat di luar sana. Satu lagi. Ia hanya melakukan semua kekejiannya pada satu orang. Ji Saehyun.
Luapan air dalam bathtub meluap membasahi sebagian tubuh Saehyun yang terbaring di lantai kamar mandi. Jungkook semakin memperkuat jambakannya, membuat Saehyun harus bisa menyesuaikan diri, memposisikan tubuhnya dengan tarikan kuat lengan Jungkook di rambutnya.
Jungkook berhasil membuat Saehyun terduduk dengan wajah yang tepat menghadap bathtub. Seringaian iblis itu kembali terlukis di wajah tampan Jungkook.
"Ini hukuman atas kesalahanmu yang sudah dengan lancangnya menerobos masuk ke dalam ruang kerjaku!"
Sejurus kemudian, pemuda bermarga Jeon itu menulusupkan seluruh wajah Saehyun ke dalam bathtub yang sudah penuh terisi oleh air dingin. Cukup lama. Kedua tangan Saehyun yang terluka memukuli sisi bathtub saat merasakan nafasnya sesak.
"Akhh!!!"
Dada Saehyun naik-turun. Sebisa mungkin gadis itu menghirup udara sebanyak-banyaknya saat Jungkook mengangkat wajahnya keluar dari dalam air.
"Jung—bpblplpblp."
Lagi. Untuk kedua kalinya Jungkook menenggelamkan seluruh kepala Saehyun—hanya menyisakan leher jenjang gadis itu yang terekspos. Jungkook terkikik geli melihat Saehyun yang kewalahan. Terlihat dari salah satu tangan gadis itu yang mencoba menggapai lengan Jungkook yang menjambaknya.
Saehyun menghembuskan nafasnya ketika Jungkook kembali mengangkat kepala gadis itu ke permukaan. Jungkook menunduk. Menempatkan bibirnya tepat di samping telinga gadis itu. Hembusan angin saat Jungkook mendesis terasa menggelitik tubuh Saehyun.
"Bagaimana? Seru, bukan?" Tak ada jawaban dari Saehyun, membuat Jungkook kembali berdecak sebal. "Cih, dasar manusia tak berguna!!!"
"Akkh—bbpblplpblp."
Dengan sekali hentakan, Jungkook kembali menenggelamkan kepala Saehyun ke dalam bathtub. Selama kurang dari satu menit, Saehyun berada di dalam sana. Nafasnya semakin tercekat. Saehyun sudah kehabisan nafas. Kedua tangannya yang tadi bergerak minta pertolongan sudah mulai melemah.
BYUUR
Hingga akhirnya kedua tangannya jatuh, ikut masuk ke dalam bathtub. Kesadarannya mulai menghilang, dan Saehyun jatuh pinsan karena kehabisan nafas.
Jungkook menghempaskan kepala Saehyun begitu saja ke dalam bathtub. Pemuda itu berdiri, dengan mata yang masih memandang 'jijik' pada tubuh Saehyun yang setengah badannya sudah menyatu dengan air.
Tangannya terarah untuk menutup kran setelah dirasa air sudah membasahi sekujur tubuh gadis itu. Dress berwarna putih tulang yang dikenakan Saehyun basah total. Dari ujung kakinya terdapat jejak darah yang sudah menyatu dengan air. Noda kemerahan itu mengalir melewati kaki Jungkook.
"Hei! Ayo bangun!" ucap Jungkook sembari menendang pinggang Saehyun dengan kasar. Namun tak ada pergerakan sama sekali dari gadis itu. Kening Jungkook berkerut, 'Apa dia sudah mati?' batinnya.
Sekali lagi—dengan entengnya pria itu menendang pinggang Saehyun sembari mengumpat, "Hei, gadis sialan! Kubilang bangun, bodoh!!!"
Merasa sudah hilang kesabaran, Jungkook akhirnya menarik sebagian tubuh gadis itu ke permukaan dengan sekali tarikan. Jungkook disambut oleh wajah pucat pasi Saehyun dengan luka di tulang pipi dan pelipisnya yang sudah membiru.
Jungkook menghempaskan begitu saja tubuh tak sadarkan diri Saehyun ke lantai di samping bathtub. Jungkook membenarkan posisi tubuh gadis malang itu. Pria itu berjongkok, matanya menelisik setiap tubuh Saehyun yang dipenuhi oleh luka-luka—karya seninya yang berharga.
Dering ponsel di saku celana hitamnya membuat atensi Jungkook teralihkan. Jungkook menelan salivanya kepayahan, saat layar ponsel pintarnya menampilkan nama sang ibu. Segera pemuda itu menggeser icon telepon berwarna hijau untuk menjawab panggilan dari ibunya tersebut.
"Ya, Bu."
[.....]
"Ibu tak usah repot-repot kemari."
[.....]
"Ah—ya, tak apa. Saehyun sedang tertidur. Aku rasa dia kelelahan dan butuh banyak istirahat."
[.....]
"Baiklah, akan aku bangunkan dia."
Sambungan telepon terputus. Air muka Jungkook berubah seketika. Wajahnya pucat pasi semenjak ia menerima panggilan dari ibunya. "Bisa gawat, kalau sampai Ibu tahu keadaan gadis sialan ini. Argghtt!!!" Jungkook menggeram, meremas frustasi surai cokelatnya.
Atensinya teralih sepenuhnya pada sosok Saehyun yang masih tak sadarkan diri. Tangannya terampil membolak-balikkan wajah pucat Saehyun. Memastikan kalau tak ada luka yang serius di wajah gadis itu. Kalau hanya goresan kecil di pipi dan pelipis sih bisa teratasi dengan make up tebal.
"Jangan sampai kau mengadu yang tidak-tidak pada Mama. Atau kau tak akan tidur dengan tenang malam ini." Jungkook mengancam. Tapi sebenarnya percuma, karena gadis itu masih tak sadarkan diri.
"Hei, bodoh! Buka matamu!" ucap Jungkook seraya menepuk-nepuk pipi Saehyun, mencoba menyadarkan gadis itu.
Berkali-kali Jungkook mencoba, namun hasilnya tetap sama. Gadis itu masih tak memberikan respon apapun. Bahkan ketika Jungkook menggoyangkan tubuh lemah gadis itu, Saehyun masih tak merespon.
Akhirnya, Jungkook berinisiatif untuk memberikan nafas buatan pada gadis itu. Tangan kanan Jungkook sudah siap memposisikan wajah Saehyun untuk menghadapnya. Pemuda Jeon itu mulai mendekatkan wajahnya perlahan, hingga akhirnya sudah tak berjarak lagi.
Percobaan pertama, Jungkook mulai memberikan nafas buatan untuk Saehyun kurang lebih selama lima detik. Diselingi dengan kedua tangannya yang memompa jantung si gadis. Namun gagal. Saehyun tak kunjung membuka mata.
Percobaan selanjutnya, lagi dan lagi Jungkook mencobanya. Kali ini pria itu menarik nafas panjang lalu memberikannya pada gadis itu. Kali ini lebih lama lagi. Mata Jungkook terpejam, sedikit menikmati pagutan yag sebenarnya tidak bisa dibilang pagutan. Tangannya sudah menelusup pada leher jenjang Saehyun membuat tubuh gadis itu sedikit terangkat.
Samar-samar, Jungkook bisa merasakan sebuah tangan menyentuh tangannya meski dengan sentuhan ringan. Pemuda itu melepas pagutannya. Nafasnya terengah. Masih dalam posisi Jungkook yang memangku tubuh bagian atas Saehyun. Pemuda itu bisa dengan jelas melihat kening gadis dipangkuannya berkerut.
Merasa sudah yakin jika gadis itu sudah sadar, dengan sekali hentakan Jungkook menghempaskan Saehyun sehingga tubuh ringkih itu kembali membentur lantai kamar mandi.
Gadis itu terbatuk. Bahkan mulutnya sampai mengeluarkan air dalam jumlah yang cukup banyak. Mata Saehyun terbuka lebar. Dadanya naik turun, masih mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin.
Jungkook bangkit, "Bangunlah dan benahi penampilanmu. Ibu akan datang kemari." Lantas Jungkook melenggang meninggalkan Saehyun yang masih terbaring di lantai.
*
"Apa kau sakit, nak?" tanya Ibu Jungkook lembut. Jauh berbeda dengan anaknya yang selalu menyiksanya.
"Tidak, Bu." Suara parau Saehyun mampu membuat kening sang Ibu berkerut.
"Jungkook bilang tadi kau tidur. Sepertinya kau kelelahan. Suaramu saja mengiyakan."
Jungkook hanya mencibir di dalam hatinya, tanpa berani menimpali perkataan Ibunya. Ia takut kalau sampai lepas kendali dan memperlihatkan sisi gelapnya pada sang Ibu. Lantas pemuda Jeon itu lebih memilih kembali fokus pada makan malamnya yang sudah dipersiapkan oleh sang Ibu.
"Astaga! Saehyun, kenapa bibirmu berdarah? Itu juga! Kenapa pelipismu terluka?"
Pertanyaan Ibu Jungkook berhasil membuat Jungkook terlonjak kaget dan hampir saja memuntahkan isi mulutnya, kalau saja ia tak segera mengendalikan diri. Sementara itu Saehyun kelabakan tengah mencari jawaban yang sekiranya masuk akal. Ibunya tak tahu saja, bahwa dibalik dress putih berlengan panjang yang dikenakannya banyak luka memar akibat ulah Jungkook.
"Ta—tadi siang aku terjatuh di kamar mandi dan terbentur bathtub, jadi luka." Pada akhirnya hanya itu jawaban yang dapat Saehyun beri.
"Astaga, Jungkook! Apa saja yang dilakukan pembantumu, huh?! Lain kali suruh para pekerja rumahmu untuk terampil dan lebih teliti membersihkan setiap sudut rumah, terutama kamar mandi kalian! Aku tidak mau menantuku terluka lagi!"
Jungkook hanya mengangguk menanggapi celotehan Ibunya. Memang benar. Saehyun adalah istri sah Jungkook. Sayangnya pernikahan mereka bukan didasari atasnama cinta atau perjodohan. Lebih tepatnya paksaan dari satu pihak. Seenak jidat Jungkook memaksa untuk menikahi Saehyun. pada kedua orang tuanya Jungkook beralasan bahwa Saehyun adalah kekasihnya yang sangat ia cinta.
Lalu bagaimana dengan Saehyun? Jungkook mengancam gadis itu bahwa dia akan menghancurkan orang-orang terdekatnya jika Saehyun tak mau menikah dengannya. Bahkan pria itu mengancam akan membunuh seluruh keluarga Saehyun, termasuk orang tuanya. Saehyun tak mengerti apa alasan Jungkook menikahinya. Ketakutannya menghasilkan jawaban yang disukai Jungkook.
"Tenang saja, Bu. Aku akan memarahi mereka dan membuat mereka bekerja lebih giat lagi."
Tanpa Ibunya sadari, Jungkook melirik tajam ke arah Saehyun yang hanya diam membisu. Gadis itu merasa kepayahan menelan makanan yang dikunyahnya. Tubuhnya bergetar hebat saat hazelnya berpapasan dengan mata elang Jungkook yang mengkilat merah.
*
"Ibu sudah mau pulang?" nada lemah lembut Saehyun mampu membuat Nyonya Jeon menarik kedua sudut bibirnya.
"Iya, sayang. Lain kali kau harus berhati-hati, ya? Jangan sampai terluka lagi." Nyonya Jeon membelai lembut surai legam Saehyun.
'Andai Jungkook bisa selembut ini padaku,' lirihnya dalam hati.
Di balik punggung Saehyun, Jungkook menatap tajam punggung gadis yang berstatus sebagai istrinya itu. Sorot matanya seolah berkata 'Awas saja kau!'
Pintu tertutup rapat. Menyisakan Saehyun dan Jungkook yang masih berdiri ditempatnya. Nafas Saehyun tercekat ketika gadis itu membalikkan badan dan melihat Jungkook memicing ke arahnya.
"Kau senang mendapat perlakuan istimewa dari ibuku?" Jungkook berkacak pinggang, "Kalau begitu aku juga akan memberikan perlakuan khusus padamu. Malam ini."
Sejurus kemudian, Jungkook langsung menyeret Saehyun untuk mengikutinya, menaiki setiap anak tangga dan berakhir di balik pintu berwarna cokelat. Kamarnya.
Jungkook mengunci pintu kamarnya setelah sebelumnya menghempaskan tubuh tak berdaya Saehyun di atas ranjang. Saehyun mencoba bangkit dan mendudukkan diri di tepi ranjang. Tubuh gadis itu bergetar hebat saat Jungkook mulai merajut langkah untuk mendekatinya.
Kedua tangan Saehyun bertumpu di depan wajahnya yang menunduk, "A—aku mohon Jungkook, tolong lepaskan aku sekali ini saja." Lirihnya diiringi isakan kecil.
"Apa? Melepaskanmu?" Jungkook berhenti tepat di depan Saehyun, "JANGAN HARAP!!!"
Saat pagi menyapa, Saehyun meringis kesakitan, merasakan tubuhnya remuk. Terutama pada bagian kewanitaannya. Gadis itu mencoba untuk menggerakkan tubuhnya, namun sia-sia. Jungkook mendekapnya erat, tak memberikan celah diantara tubuh polos masing-masing. Saehyun hanya bisa pasrah mendapati dirinya yang lagi-lagi seperti ini.
Tangannya naik untuk memegangi pipinya yang sudah dapat dipastikan membengkak akibat tamparan keras Jungkook semalam. Hanya karena ia tidak menginginkan apa yang Jungkook mau.
Sebuah erangan terdengar jelas di telinga Saehyun. Jungkook sedikit menggerakkan tubuhnya, memberi celah untuk gadis itu bergerak. Mata pria itu terbuka sempurna. Saehyun terkejut saat Jungkook menoleh padanya dan memberikan sebuah senyuman hangat pada gadis itu.
"A—aku akan menyiapkan sarapan untukmu," ujar Saehyun lemah dan mulai beranjak dari tempat tidurnya.
Saehyun hanya bisa memasang wajah tanpa ekspresi saat melihat pantulan dirinya dari cermin yang ada di dalam kamar mandi. Kantung mata yang menghitam, mata bengkak, wajah penuh lebam dan bibir bengkak. Oh, jangan lupakan kalau sudut bibirnya masih meninggalkan bekas luka, begitu pula dengan pelipisnya.
Saehyun menoleh dan dapat melihat dengan jelas bathtub yang menjadi saksi penyiksaannya semalam yang berujung ia harus merasakan sakit yang mendalam karena berakhir di atas ranjang.
Saehyun menyibakan sedikit handuknya, dan terkejut melihat banyaknya jejak tanda kepemilikan yang Jungkook torehkan di lehernya. Ia mendesah pelan. Sampai kapan harus seperti ini terus? Dia adalah istri sah Jungkook, bukan peliharaannya yang hanya sekedar alat pelampiasan nafsu birahi Jungkook.
Dia juga ingin merasakan seperti apa rasanya dicintai. Ia tak mau terus menerus disiksa seperti ini. Sudah cukup masa lalunya yang pahit karena harus menerima siksaan dari kedua orang tuanya sendiri. Ini semua salah orang itu! Seharusnya orang itulah yang harus merasakan ini semua, bukan dirinya.
Tak tahan akan semua yang dialaminya dalam semalam, Saehyun akhirnya melampiaskan kekesalannya lewat tangisan. Meski tangisan itu tertahan. Bisa gawat kalau sampai Jungkook mendengarnya menangis. Yang ada malah Jungkook akan semakin mempermainkannya. Lebih parahnya kembali mempermainkannya di atas ranjang.
*
"Kau yakin tidak masalah dengan semua ini? Dia itu bukan suami namanya! Ah--lebih tepatnya dia bukan manusia!"
Saehyun menunduk lemah mendengar penuturan temannya, yang sialnya memang benar. Jungkook bukanlah manusia. Dia itu lebih seperti binatang buas yang menerkam mangsanya yang lemah. Dan sialnya lagi yang menjadi mangsa Jungkook adalah dirinya.
"Aku sudah terikat dengannya. Dan harusnya aku tidak boleh mengeluh karena sekarang Jungkook sudah mau mengizinkanku untuk keluar rumah. Meski hanya disekitaran rumah, seperti ini."
"Astaga, Jisae! Kau ini benar-benar!" rutuk Sunkyo, kesal akan sikap selalu mengalah dan menerima apa-adanya Saehyun.
"Sejak dulu aku sudah bilang padamu untuk kabur kemana saja dengan Jaehyun. Tapi kau malah menerima tawaran Jungkook untuk menikah dengannya." Kali ini Nayoung yang bersuara.
Mereka tak tahu saja kalau Jungkook mengancamnya akan membunuh siapapun yang dekat dengannya. Termasuk dua orang gadis yang ada di hadapannya saat ini. Ia tidak mau--baik Sunkyo ataupun Nayoung menerima imbas dari keegoisannya.
"Sudah jam lima sore, aku harus cepat kembali. Jungkook akan pulang sebentar lagi. Kalau sampai dia tahu aku masih berkeluyuran di sini, bisa gawat." Saehyun memaksakan senyumnya.
"Hati-hati, Saehyun..." lirih Sunkyo.
Saehyun bangkit dan mulai mengambil langkah seribu untuk keluar dari kafe yang letaknya persis di depan sebuah rumah mewah milik Jungkook.
🍁
Saehyun menutup pintu dengan begitu pelan. Menghela nafas sejenak dan berbalik. Baru saja ia hendak melangkahkan kakinya menaiki anak tangga pertama, gadis itu dikejutkan oleh sebuah suara yang sukses membuatnya bergidik ngeri.
"Dari mana saja kau?"
Nadanya memang terdengar lembut, tapi penuh penekanan. Berhasil menciptakan ketegangan pada diri Saehyun.
Gadis itu berbalik dan mendapati sosok menyeramkan yang menatapnya tajam.
"Bukankah sudah aku bilang untuk pulang lebih awal dariku?!"
Jungkook duduk di atas sofa tak jauh dari tempatnya berdiri, memasang wajah menyeramkan dengan raut amarah yang sudah naik ke ubun-ubun.[]