----
Seharian ini aku hanya berada di dalam kamarku, karena aku takut untuk keluar. Dan di samping dari takut itu aku juga ingin membuktikan dengan pilihanku.
Meskipun perut keroncongan, aku bisa buktikan pada bapak kalau, aku ini benar-benar mau sekolah di sekolah gratis itu.
Liburan panjang yang sudah mulai ini membuatku menunggu dan menunggu.
Menunggu akan hasil formulir yang telah ku kirimkan, menunggu sebuah hasil antara aku diterima atau tidak. Meskipun masalahku dengan bapak belum selesai.
Setiap satu jam sekali, ibuk selalu menawarkan makanan untukku.
Tetapi aku menolaknya, karena keputusanku sudah bulat.
Kulihat jam dinding menunjukkan hampir maghrib tiba.
"Bay, Bayu"
Aku mendengar itu suaranya bapak, tetapi aku tidak mau menjawab sebelum bapak memberiku izin.
Aku putuskan untuk diam. Tidak mau dengan alasan apapun aku akan tetap bersikeras dengan pilihanku.
"Bay, dengar bapak. Maafin Bapak karena yang pertama, udah bakar formulir kamu, dan yang kedua Bapak minta maaf karena barusan bentak kamu!" jelasnya dari balik pintu, aku mencoba untuk mengacuhkan, namun aku masih mendengar apa yang Bapak katakan.
"Gini aja, ya udah kalau itu memang mau kamu, bapak gak bisa maksa, bapak hanya takut, karena kamu barusan pulang dari rumah sakit lo, Bay, Bayu denger bapak?" tambah Bapak mengungkit pada saat aku sakit.
Di lubuk hatiku yang paling dalam, aku ini anak durhaka ya Tuhan, karena aku memberontak dengan apa yang di katakan oleh keluargaku. Namun disisi lain itu memang keputusanku untuk merubah segalanya, Aku ingin mandiri dan gak mau nyusahin mereka lagi.
Aku gak mau keluargaku terbelit karena sebuah hutang yang membuat beban nantinya, aku gak mau itu terjadi.
Aku diam sejenak dan ku putuskan memberanikan diri untuk angkat bicara.
"Pak, Bayu beneran mau sekolah disana, Bayu janji Bayu tidak akan membuat masalah, dan selalu nurut. Bayu ingin belajar mandiri gak nyusahin orang tua terus.
Bayu ingin membanggakan Bapak Dan Ibu, Bayu ingin nunjukin bahwa Bayu bisa Pak, Bayu bisa!!!"
Ucapku dengan pasti dan penuh penekanan di setiap kalimat.
"Hmmm iya bapak ngerti, ayo buka dulu pintunya dan makan dulu, ya" kali ini nada suaranya berubah dari yang pertama, sekarang suaranya lembut terdengar dari balik pintu.
Bapak mana sih yang gak bakalan izinkan anaknya, selama itu baik. Aku langsung dengan cepat membuka pintu perlahan dan langsung kupeluk Bapak, dengan erat, erat sekali.
"Terimakasih Ya pak"
Aku menangis di pelukkan Bapak, karena sudah gak kuat menahan air mata yang terbendung.
"Bayu beneran janji, Bayu akan bikin bapak sama Ibu bahagia, karena mempunyai anak seperti Bayu. Pegang janji itu Pak!"
Ucapku dengan sungguh-sungguh.
Dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku merasa sangat bahagia sekali. Tapi di sisi lain masih satu yang kurang, masalahnya aku diterima atau tidak di sekolah itu.
Itulah yang masih menjadi tanda tanya besar dalam diriku saat ini.
Sehabis aku makan malam, aku langsung istirahat untuk memulihkan badanku. Aku udah baikan dengan Bapak dan Ibu.
Ya semuanya sudah di bicarakan untuk segala macam kebutuhan ku nantinya.
Semoga besok hari adalah hari yang Bagus untukku.
***
"Bayu, nak bangun udah jam setengah sepuluh. Waktunya sarapan, itu ada Surat dari buat kamu!".
Mendengar itu, alias surat. Sekejap aku langsung bangun dan berlari ke dapur karena tidak sabar untuk melihat hasilnya.
Semoga saja itu benar-benar surat dari pihak sekolah gratis itu.
Aku duduk perlahan, Bapak dan Ibu ada di sebelah kiri dan kananku.
Ku ambil amplop itu, dengan hati yang dag dig dug, aku membukanya perlahan dan kuambil isi yang berada di dalamnya.
Hatiku berdebar-debar tidak beraturan saat hendak membaca tulisan apa yang akan aku baca setelah ini.
Kubuka perlahan...
"Yeahhhhh, ibuk bapak aku diterima!"
Aku langsung berdiri dan berteriak dengan senang.
Astaga aku tidak percaya, ya Tuhan terimakasih, ya Tuhan.
Aku dan keluargaku turut senang dengan hasil ini. Aku melihat kembali dan aku baca.
Di surat ini menjelaskan bahwa aku harus berada di sekolah gratis itu pada hari jum'at tanggal 8-Juni-2012.
Berarti itu besok.
Apa.!!!
ini terlalu mendadak karena aku belum menyiapkan apapun. Barang-barangku pun belum ada yang ku kemas.
"Ya udah,sekarang kamu kemasin dulu baju kamu dan Ibu beli peralatan mandimu"
Ibu langsung memotong dan memberikan arahan agar cepat ter eksekusi.
Aku mengiyakan apa yang di katakan oleh Ibu. Aku langsung bergegas menuju kamar dan memasukkan semua baju yang aku punya.
"Permisi!!"
Aku rasa ada tamu, aku beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar untuk melihat siapa pagi-pagi gini datang ke rumah.
Ternyata itu Pak Parman.
Agnez dan Novan?
Aku bingung Kenapa kok mereka ikut dengan Pak Parman. Aku mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam dan duduk.
"Pak saya diterima di sekolah gratis itu pak, Terimakasih ya pak. Kalau bukan karena bapak, pasti saya tidak akan sekolah lagi." ujarku langsung pada saat itu.
Aku mengucapkannya sambil mencium tangan Pak Parman.
Pak Parman memberikan senyuman yang lebar dan mengangguk.
"Iya kamu harus bersyukur karena bisa di terima di sana. Kamu besok berangkat dengan Agnez dan Novan ya. Karena mereka juga salah satu anak yang beruntung yang diterima disana" ujar Pak Parman menjelaskan.
Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum.
Sebenarnya aku kenal sama mereka dari kecil, tetapi aku jarang main sama mereka.
Novan satu kelas denganku, dan Agnez dia anak kelas 9c.
Agnez menatapku dan menepuk pundak ku.
"Bay, kamu besok bawa apa aja?" tanyanya sambil memberikan senyuman hangatnya.
"Aku cuma bawa seadanya, Nez"
Ku jawab pertanyaan Agnez dan tersenyum kepadanya.
Sambil menundukkan kepalaku.
Aku melihat Novan, dia hanya diam tanpa kata.
Kalau dia sih aku gak terlalu kepikiran yang bagaimana.
Setelah lama kita mengobrol. Mereka pamitan untuk pulang. Aku mengantarkan mereka sampai teras. Ku melambaikan tangan dan tersenyum, mereka pun membalasnya dengan hangat.
Aku kembali lagi ke kamar dan sms Yudi supaya dia ke rumahku malam ini. Karena aku ingin menghabiskan waktuku bersamanya malam ini.
Namun aku tunggu sudah hampir sejaman lebih dia tidak membalas sms dariku. Kemana dia ini sebenarnya?.
Aku mencoba menelfonnya tetapi HP-nya juga tidak aktif.
Ya sudahlah mungkin dia sedang ada kesibukkan.
Dan di sisi lain aku mencoba untuk menghubungi Widya, karena aku mau pamitan sama dia. Gak mungkin aku tinggalkan dia secara tiba-tiba.
Saat aku telponan dengan dia, dia memberikanku semangat dan mengiyakan aku unyuk pergi ke Batu buat sekolah. Ya meskipun aku tidak bisa bertemu dengannya untuk melakukan jumpa terakhir sebelum aku berangkat...
Namun dengan menelfonnya saja sudah membuatku tenang...
Semoga saja dia bisa menjaga hatinya disana untuk ku.
.
.
.