webnovel

Chapter 9 Rumah yang hangat

Chapter Sebelumnya...

Angin pun bertiup masuk melalui jendela. Meskipun ruangan tersebut menjadi dingin karena hembusan angin luar, tapi tetap hangat karena rasa yang berdebar-debar mendetakkan jantung itu.

"Kalau begitu, ayo kita lakukan sesuatu yang dewasa." ucap pemuda itu.

Chapter 9

Wei Wei pun panik, wajahnya merah. Ia segera mengalihkan perhatian pemuda itu dan berkata "Zhi Yang, aku... aku.... belum siap. Lagi pula, ini kan di rumah orangtuaku. Jadi..."

Melihat ekspresi istrinya yang panik itu, Pemuda itu tersenyum dan berkata "Pfff... Sayang, apa yang kamu pikirkan? Kamu tidak berpikir aku akan melakukan 'itu' padamu sekarang bukan?"

"Ehh....?" gumam Wei Wei heran.

"Tenanglah sayang, aku tidak akan memaksamu melakukan hal itu kecuali kamu juga menginginkannya." ucap pemuda itu sambil mengelus-ngelus kepala Wei Wei.

"Sini, aku yang bawa kopermu." lanjut pemuda itu sambil membawakan koper Wei Wei.

Setelah meninggalkan kamar, mereka pun menyusuri tangga dan turun ke lantai dasar. Ketika sampai di lantai dasar (ruang tamu), Wei Wei hendak berpamitan kepada orang tuanya. Tapi, pemuda itu segera menarik tangan Wei Wei dan melangkah menuju ke pintu keluar.

Sesampainya di depan rumah Keluarga Lu, Pemuda itu pun memasukan koper istrinya kedalam bagasi mobil, kemudian membukakan pintu mobil dan mempersilahkan istrinya masuk ke dalam mobil sambil berkata "Jangan dipikirkan lagi, ayo kita pulang, sayang."

Wei Wei tampak berat meninggalkan rumahnya. Tapi, mau tak mau nantinya juga dia akan menjadi istri orang.

Disisi lain...

Prank..... Suara gelas pecah pun terdengar.

"Apa Tuan muda kedua buta?! Bagaimana bisa dia menyukai wanita hina itu?!" bentak ibu tiri Wei Wei karena kesal.

"Beraninya kamu bicara seperti itu!" bentak Lu Qiang Qi.

"Baiklah! Bahkan, sekarangpun kamu membentaku?! Aku sudah tidak tahan lagi!" lanjut Ibu tiri Wei Wei.

"Kamu!" lanjut Lu Qiang Qi.

Gu Mi Er pun tidak memperdulikan lagi ucapan Lu Qiang Qi. Ia melanglah dengan hentakan kaki yang sangat keras. Ia kesal dan marah sehingga ia pergi meninggalkan Lu Qiang Qi dan pergi lantai atas.

Sedangkan Lu Qiang Qi, ayah Wei Wei berubah drastis. Dulu ia tidak memandang WeiWei berharga dimatanya. Pandangan nya berubah seketika, karena ia haus akan kedudukan dan harta. Wei Wei yang sekarang adalah menantu kedua Keluarga Li. Tentu saja, nantinya anak dari mereka akan menjadi pewaris tahta, maka dari itu maksud baik dari ayah WeiWei adalah palsu. Yang ia inginkan hanyalah harta dan kedudukan.

"Coba kulihat dulu oleh-oleh apa yang di bawa oleh Tuan muda kedua." ucap Lu Qiang Qi sambil melihat oleh-oleh yang ada di sampingnya.

"Siapa yang tahu kalau ternyata Wei Wei dapat menikah dengan Keluarga Li." gumam Lu Qiang Qi.

***

Sesampainya di Apartemen Zhi Yang....

Pemuda itu pun mengambil koper Wei Wei yang masih ada di bagasi mobil itu kemudian membukakan pintu mobil dan mempersilahkan istrinya turun.

Tangan kiri pemuda itu memegang koper sedangkan tangan satunya lagi memegang tangan Wei Wei. Mereka pun berjalan menuju pintu masuk.

Di dalam Apartemen Zhi Yang...

"Sayang, kita sudah sampai di rumah sekarang." ucap Zhi Yang sambil membukakan pintu.

Pemuda itu pun berjalan menuju ke kamarnya sambil membawa koper itu. Wei Wei pun mengikuti pemuda itu dari belakang.

Di kamar....

Krieek... Suara pintu terbuka.

"Nah, sayang. Ini kamarku. Dan untuk seterusnya akan menjadi kamar kita." ucap pemuda itu sambil mempersilahkan istrinya masuk.

Kamar tersebut sangat besar. Bukan hanya itu saja, kamar itu juga sangat rapi dan bersih. Melihat perilaku pemuda itu yang sangat baik kepadanya, Wei Wei menjadi sangat terharu. Sangking terharunya, ia pun meneteskan air matanya dan berkata "Li Zhi Yang, aku sudah tidak punya rumah sekarang... "

Belum sempat Wei Wei menyelesaikan perkataannya, pemuda itu langsung memeluknya dan berkata "Omong kosong! Dimanapun ada aku disitulah rumahmu."

Mendengar perkataan pemuda itu, Wei Wei pun membalas pelukannya sampai-sampai ia tidak sadar bahwa tangisannya sudah membasahi baju pemuda itu.

"Sudah jangan sedih lagi, ayo mulai bongkar barangmu dulu." ucap pemuda itu sambil menghapus air mata istrinya.

"Hmm... Ok." jawab Wei Wei singkat.

Mereka pun bersama merapikan barang-barang bawaan yang ada di dalam koper itu ke dalam lemari pakaian.

"Pakaian kita ada disini, mengerti?" ucap pemuda itu sambil menggantungkan pakaian Wei Wei.

"Oke.. " jawab Wei Wei singkat.

Didalam koper itu, pemuda itu melihat pakaian dalam (bh dan celana dalam) istrinya. Ada yang bergambar bola-bola, ada yang bergambar stoberi dan ada juga yang bergaris-garis serta berenda.

"Karena kita sudah menikah, pakaian dalam taruh di tempat yang sama juga tidak apa-apa." ucap pemuda itu sambil meletakkan bh dan celana dalam Wei Wei di dalam laci.

Wei Wei menundukkan kepalanya. Wajah dan telinganya sangat merah. Ia sangat malu karena pemuda itu memegang pakaian dalamnya.

"Tunggu aku akan membawa pakaian tidur untukmu." ucap pemuda itu sambil mencari baju tidur untuk Wei Wei.

Wei Wei menatap wajah pemuda itu dengan sangat serius karena malu.

Pemuda itu mengira Wei Wei akan berpikir macam-macam. Lalu secepatnya ia berkata "Jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh, siap-siaplah untuk tidur."

"Nih, hanya ada baju tidurku disini, jadi pakai ini saja dulu." ucap pemuda itu sambil memberikan baju tidurnya ke Wei Wei.

Wei Wei pun mengambil baju tidur itu. Dengan pikiran yang mesum, ia pun membayangkan bagaimana nanti nasibnya di tempat tidur. Apakah pemuda itu nantinya akan melakukan 'itu' di ranjang?

"Kenapa mukamu merah? Aku nanti juga akan bisa melihat seluruh tubuhmu." ucap pemuda itu sambil tersenyum.

"Kamu!!! Brengsek!!!" bentak Wei Wei sambil menginjak kaki pemuda itu.

"Ahh! Sakit!" teriak pemuda itu.

"Huh, rasain. Makanya jangan mesum jadi orang." ucap Wei Wei sambil berlari keluar kamar meninggalkan pemuda itu.

Kring.. Kring... Suara bunyi telepon.

"Ternyata ayah yang menelepon. Ada apa?" tanya pemuda itu.

"Siapa yang memberimu izin untuk mendaftar pernikahan itu?!" bentak Li Zhi Tian.

"Aku... aku takut Wei Wei akan di bawa pergi kalau aku tidak melakukan sesuatu secepatnya!" bentak pemuda itu di telepon.

"Huh! Setidaknya seleramu masih bagus." ucap Li Zhi Tian.

"Hah?" ucap pemuda itu heran.

"Ya bagus, Dia kan anak yang baik dan cantik. Bukan hanya itu saja, dia juga mempunyai latar belakang yang bagus." lanjut Li Zhi Tian.

"Oh ya, ngomong-ngomong semalam, saudara WeiWei kabur setelah menabrak orang saat mengemudi dan Lu Qiang Qi malah membawa Wei Wei ke kantor polisi. " ucap pemuda itu.

"Oke.. Aku akan memberi mereka pelajaran karena telah menyakiti menantuku tersayang." ucap Li Zhi Tian.

"Maaf, Yah.. Aku ada urusan. Aku tutup teleponnya dulu." ucap pemuda itu lalu mematikan handphone.

Setelah pembicaraan pemuda itu dengan ayahnya selesai, Wei Wei pun masuk ke dalam kamar dan berkata "Aku... aku sudah selesai."

Pemuda itu tersentak kaget. Dilihatnya istrinya yang sudah mengenakan pakaian tidurnya itu. Baju itu kelongaran sehingga membentuk belahan dada yang cukup lebar dan menampakan gumpalan danging yang tersumbal sebagian.

"Ini.. terlalu besar buatku." ucap Wei Wei tebatah-batah karena tersipu malu.

Pemuda itu pun melangkah maju mendekati Wei Wei. Tangannya mulai meraba rambut WeiWei yang panjang dan lembut itu. Aroma tubuh Wei Wei yang sudah mandi itu sangat harum dan sangat menyegarkan hidung. Perlahan ia pun mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinganya "Sekarang giliranku untuk mandi, tunggu aku."

"Mmmm... " gumam Wei Wei.

Pemuda itu pun mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.

"Ahhhh... Apakah kita akan tidur di ranjang yang sama malam ini? Apakah dia akan melakukan 'itu' padaku? Ahhh aku belum siap." pikir Wei Wei dengan mesumnya.

Beberapa menit kemudian...

Kriekk... Suara pintu pun terbuka

Pemuda itu datang. Ia tidak mengenakan pakaian sehingga menampakkan bidangnya yang tegap dan kekar itu. Pemuda itu hanya menggunakan celana dalam pendek ketat sehingga ada sesuatu yang terlihat menonjol di tegahnya.

"Aku sudah selesai." ucap oemuda itu.

Pemuda itu melihat istrinya yang sedang terbaring di ranjangnya dengan sehelai selimut yang menutup tubuhnya.

"Hmm.. Istriku terbaring di atas ranjangku. Aku tidur atau nggak ya?" gumam pemuda itu dalam hati.

"Jangan lakukan apapun ya!" ujar Wei Wei teelebih dahulu.

"Oke.. oke geser dikit." jawab pemuda itu sambil beranjak ke tempat tidur.

Wei Wei pun menggeser sedikit untuknya. Tapi dalam hatinya tidak tenang. Ia sangat gelisah. Bagaimana jika dia melakukan sesuatu terhadapku? Apa yang harus ku lakukan?

Pemuda itu memejamkan matanya sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang.

Wei Wei tersentak kaget. Ia menoleh ke belakang. Dilihatnya pemuda itu sudah tertidur dengan pulas.

"Apa dia tertidur seperti ini? Lampunya masih menyala. Ya sudahlah aku tidur saja." gumam Wei Wei.

Wei Wei pun memandangi wajah pemuda itu sejenak dan bergumam dalam hati "Tapi kalau dilihat-lihat wajahnya sangat tampan, hidungnya mancung dan alis matanya tebal. Bahkan cara tidurnya juga mengemaskan. Trus bibirnya..... Ahhh.. Apa yang kubayangkan. Sudahlah lupakan saja. Lebih baik aku tidur sekarang."

Wei Wei memejamkan matanya dan tidur berhadapan dengan pemuda itu.

Malam yang dingin ini menjadi hangat seketika dengan orang yang spesial.

Bersambung....

***

Next chapter