webnovel

Chapter 33; Case 2: Perdagangan organ bagian 21

Rei sedang makan ketika Aileen masih berada di jalan untuk menuju cafe dimana ia berada, dia tidak memperhatikan laptopnya dan melepas headsetnya karena ia tidak mau terganggu saat makan, tidak lama kemudian Aileen masuk kedalam cafe. Rei yang sedang makan terdiam melihat penampilan Aileen. Terakhir kali ia melihat Aileen berdandan seperti ini adalah saat ia datang ke acara kelulusannya di sekolah dulu menggunakan kebaya modern dan menjadi teman kencannya. Ia masih ingat Aileen sangat cantik saat itu dengan kebaya putih dan makeup berwarna pink coral. Saat itu pandangannya tidak pernah bisa lepas dari Aileen dan seperti saat hari itu saat ini bukan dia saja yang terpesona dengan kecantikannya tapi pengunjung lain yang datang kemari juga memperhatikan Aileen.

"Maaf lama, Reyna nahan aku dan Mikha jadiin aku kelinci percobaannya."

Ujarnya dengan wajah malas karena ia takut dikira cari perhatian oleh Rei sementara di dalam hati Rei berterimakasih kepada Mikha karena sudah menjadikan Aileen sebagai kelinci percobaannya.

"Gak apa-apa, cocok kok. Sini mau pesan apa ntar aku traktir."

Mendengar perkataan Rei wajah Aileen tampak langsung berbinar-binar. Aileen langsung menghampiri Rei dan duduk di sebelahnya kemudian melihat-lihat menu dari tablet yang sudah di sediakan di sana untuk memesan makanan. Rei sendiri memang ingin mentraktirnya makan lagipula pada dasarnya mereka masih pacaran jadi memanjakan Aileen sesekali bukan masalah baginya.

"Aku mau chicken steak sama jus strawberrynya satu."

"Iya-iya aku pesenin."

Ujarnya sambil menekan gambar makanan yang Aileen inginkan di tablet tersebut.

"Nah tinggal tunggu, oh iya kamu gak mau desert?"

Tanyanya sambil memperlihatkan beberapa gambar desert yang tampak di tablet beserta harganya. Mendengar perkataan Rei Aileen menatapnya.

"Boleh?"

"Iya boleh."

"Aku mau puding karamel nya..."

Rei menahan tawanya melihat wajah Aileen yang terlihat malu-malu dia tidak berubah masih pemalu seperti dulu.

"Itu aja? Kuenya enggak?"

Aileen menggeleng cepat.

"Aku gak mau ngerepotin kamu Rei jadi udah itu aja."

Mendengar perkataan Aileen membuat Rei tersenyum, inilah salah satu hal yang membuat Rei jatuh cinta padanya. Aileen tidak banyak maunya, dia tidak egois dan selalu memikirkannya terlebih dahulu. Bahkan Aileen tidak pernah minta apapun darinya dan pada akhirnya dia yang selalu memberikan barang yang Aileen inginkan meski dia tidak berkata menginginkannya. Dia selalu tahu apa yang Aileen mau karena tiap dia menginginkan sesuatu tapi tidak mengatakan apapun padanya ia bisa tahu lewat kedua matanya yang akan berbinar-binar seperti tadi saat dia menginginkannya. Aileen mungkin tidak menyadarinya tapi wajahnya saat menginginkan sesuatu benar-benar akan sangat terlihat. Apalagi Aileen sangat senang di traktir.

"Yah terserah, aku udah nawarin lho ya."

"Iya-iya aku gak nyesel kok."

Beberapa menit kemudian pesanan Aileen datang tepat setelah makanan Rei habis dan laki-laki itu kembali memperhatikan laptopnya sambil bicara dengan Aileen.

"Kamu udah tanya temen-temen kamu?"

Aileen yang baru akan memasukkan makanannya kedalam mulutnyapun tidak jadi memasukkan makanannya dan menjawab.

"Iya udah. Dugaan kamu kayaknya bener Rei, ngomong-ngomong apa yang aku lakuin ke kamu tadi siang?"

Tanya Aileen sambil memasukkan makanannya kedalam mulutnya sambil tersenyum merasakan rasa makanan yang ia makan. Rei ikut tersenyum melihat senyuman Aileen sebelum kemudian berkata.

"Kamu nyangka aku orang lain lagi, terus kamu minta aku buat gak ninggalin kamu yaudah aku diem"

Mendengar perkataan Rei wajah Aileen langsung memerah karena malu. Memang benar Rei mirip dengan Rendi tapi kenapa ia harus terus bertingkah sangat manja kepada Rei?!! Itu memalukan!! Yang lebih memalukan lagi ia sudah menyamakan Rendi dengan Rei!! Mereka itu beda jauh!! Aileen terus meyakinkan dirinya sendiri kalau Rei dan Rendi adalah orang yang berbeda namun tetap saja alam bawah sadarnya terus yakin kalau Rendi masih hidup.

"Maaf Rei... kamu jadi repot lagi..."

"Gak apa-apa kok, udah aku bilang ini semua bukan salah kamu. Nah sekarang ayo kita liat orang itu lagi ngapain."

Rei mengawasi minicamnnya sementara Aileen terlihat makan dengan tenang di sebelahnya. Tidak ada yang terjadi selama satu jam dan Aileen terlihat sudah selesai memakan makanannya. Karena bosan Aileen sudah beralih memainkan game offline di handphonenya, Rei melihat Mahesa sedang bicara dengan seorang perempuan yang ia lihat tampak cukup 'dekat' dengannya dan membawanya ke tempat sepi.

"Ckckck laki-laki zaman sekarang bener-bener deh"

Perkataan Rei tidak membuat Aileen berhenti memainkan handphonenya dan tapi sesekali ia ikut memperhatikan laptop Rei. Tidak ada yang terjadi selama 10 menit sampai Rei mendengar suara teriakan. Dia langsung melepaskan headphonenya karena teriakan itu terlalu keras dan hampir melukai gendang telinganya.

"Rei kamu kenapa?"

Rei menghiraukan pertanyaan Aileen dan cepat-cepat men zoom salah satu layar untuk mengetahui lebih jelas apa yang terjadi. Rei dan Aileen melihat sebuah jasad wanita tergeletak di belakang kampus dan Mahesa tampak memasukkan sebuah gumpalan yang sepertinya adalah ginjal kedalam sebuah kotak penyimpanan. Iapun memutar kembali rekaman untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam. Mereka bisa melihat dengan sukarela perempuan itu melepaskan pakaiannya dan Mahesa mencumbu bibirnya namun bukannya memeluk perempuan itu mahesa memotong nadi leher wanita itu. Tapi nadi di leher wanita itu sepertinya tidak terpotong secara sempurna dan membuat perempuan itu terus berteriak saat Mahesa membedah dan mengambil beberapa organ di dalam tubuhnya. Pada akhirnya perempuan itu meninggal akibat kehabisan darah sementara Mahesa tampak tidak peduli dan terus melakukan kegiatannya. Hal ini sungguh menjijikan, untung saja Aileen sudah menghabiskan makanannya tadi.

"Oh... Tidak... Ternyata benar dia..."

Ujar Rei sambil beralih menatap Aileen yang tampak agak shock melihat kejadian tadi tapi dia menggertakan giginya kesal. Aileen dan Rei langsung berlari ke tempat kejadian setelah membayar makanan mereka tidak mempedulikan beberapa orang yang tidak sengaja mereka tabrak. Sampai di belakang kampus Aileen dan Rei tidak menemukan mayat hanya bercak darah yang tampak masih baru sepertinya korban memang di bedah di sini. Aileen dan Rei mengikuti jejak darah yang menetes sampai jejak darah itu berhenti tepat di sebuah tempat parkir yang terletak di belakang kampus. Sepertinya Mahesa memasukkan mayat wanita itu kedalam mobil dan membawanya pergi untuk diletakkan ke tempat lain.

Tiba-tiba Rei mengingat Mahesa ingin mengajak Aileen makan beberapa jam yang lalu. Apa yang akan terjadi pada Aileen jika gadis itu berkata mau karena dia kurang peka? Entah dia harus bersyukur karena Aileen tidak menjadi korban atau kecewa karena ada satu korban lagi yang meninggal. Rei mengeluarkan handphonenya dan menelpon Aksa.

***

Di sisi lain Aksa tampak sedang membaca beberapa berkas di tabletnya ketika getaran handphone mengganggu konsentrasinya. Melihat nama Rei tertera di sana iapun cepat-cepat mengangkat handphonenya.

"Rei? Ada apa?"

"Aksa, target baru kabur sambil membawa tubuh korban."

Perkataan Rei membuat Aksa geram, ternyata memang dia pelakunya. Padahal mereka ada di sana tapi bagaimana bisa mereka kehilangan jejaknya?

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

Ujarnya dengan nada datar dan serius.

"Nanti aku jelasin tapi sekarang yang terpenting kita harus berpencar buat nemuin dia sebelum dia kabur, aku sama Aileen bakal nyusul nanti."

Aksa langsung mengambil kunci motornya dan masuk kedalam lift untuk pergi ke lantai nol menuju garasi.

"Aku bakal pake motorku buat nyari dia, aku bakal minta bantuan Angga sama Adnan juga nanti."

Ujar Aksa sambil mengambil alat komunikasi kecilnya dan menghubungi Angga.

"Aku sama Aileen bakal ikut bantu karena ini tanggung jawab kami juga."

Ujarnya sambil memperhatikan Aileen yang tampak mengambil gambar dan sampel darah yang berceceran dan tidak sempat Mahesa bersihkan sebagai bukti.

"Oke, kalau kalian nemuin dan nangkep dia langsung bawa dia ke markas utama ngerti?"

"Di mengerti, sampai nanti."

Rei memutus telponnya dan aksa pun menunggu Angga menjawab panggilannya.

Angga sedang berjalan dengan salah satu teman kencannya dan Adnan yang sedang naik sepeda listriknya merasakan alat komunikasi di telinga mereka bergetar.

Adnan langsung menerima panggilan itu sementara Angga tersenyum kepada teman kencannya yang baru saja ia antar pulang itu. Ia menunggu perempuan itu untuk masuk kedalam rumahnya sebelum kemudian mengangkat panggilan dari Aksa.

""Ada apa?""

Ujar keduanya di saat yang bersamaan. Aksa yang masih mengendarai motornya pun membalas pertanyaan mereka dengan suara yang terdengar sangat serius.

"Kita mendapatkan masalah..."

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

LynKuromuno707creators' thoughts
Next chapter