webnovel

Prajurit Rui Lin (2)

Editor: Atlas Studios

Jun Wu Xie tak memiliki keraguan untuk berjalan-jalan dengan Jun Qing.

Setelah berganti pakaian, Jun Qing kembali ke kursi rodanya, bersama Long Qi yang mendorongnya keluar dari gerbang Istana Lin, dan menuju ke kereta kuda bersama Jun Wu Xie.

Kereta itu berkeliling di Ibu Kota Kekaisaran beberapa saat, Jun Wu Xie tak tertarik dengan keadaan hiruk pikuk di kota, para pedagang menawarkan barang dagangan mereka dan orang-orang yang saling berbicara. Sepanjang waktu, pandangannya tertunduk sambil membelai dan mengelus kucing yang duduk di pangkuannya.

Melihat Jun Wu Xie, Jun Qing hanya mengembuskan napas.

Jun Wu Xie tak pernah banyak bicara sejak kecil, namun melihat gadis yang tengah mekar ini menarik diri, begitu pendiam, memang membuat seseorang khawatir.

Setelah beberapa saat, kereta itu akhirnya berhenti. Long Qi membantu Jun Qing turun dari kereta, dan Jun Wu Xie mengikuti mereka.

Setelah turun dari kereta, ia melihat ke sekelilingnya untuk mencari tahu di mana ia berada dan ia pun terkejut.

Hanya beberapa meter jaraknya, terdapat sebuah barak tentara, Jun Wu Xie berputar melihat ke belakang, Ibu Kota Kekaisaran berada di kejauhan. Tanpa disadarinya, kereta kuda itu telah membawa mereka keluar jauh dari Ibu Kota Kekaisaran.

"Keluarga Jun terkenal dengan Prajurit Rui Lin kita, sebagai anak perempuan Keluarga Jun, kau harus datang ke sini cepat atau lambat." Jun Qing berkata dengan bangga, duduk di kursi roda, dan Long Qi mendorongnya dari belakang.

"Nona, ikut denganku." Long Qi mengajaknya dengan penuh hormat, mendorong kursi roda itu ke dalam kompleks barak.

Prajurit Rui Lin, pasukan tentara paling keji di Kerajaan Qi, telah membuktikan keberanian mereka di medan perang yang tak terhitung banyaknya. Reputasi mereka begitu terkenal, membuat musuh mereka bersembunyi di balik garis perbatasan bertahun-tahun lamanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kerajaan Qi masih menikmati keadaan yang stabil di perbatasan mereka, hanya ketika itulah Jun Xian menarik mundur Prajurit Rui Lin. Untuk menghindari kecurigaan Kaisar, Jun Xian menyerahkan sebagian kekuatan militernya dan memindahkan barak pasukan tentara menjauh dari Ibu Kota Kekaisaran. Ia mengepalai keluarga Jun yang beranggotakan tiga orang di dalam Ibu Kota Kekaisaran, untuk menenangkan Kaisar dari kemungkinan pemberontakan, karena nyawa mereka bertiga ada dalam genggaman Kaisar.

Semua pihak tahu, hanya keturunan Keluarga Jun yang dapat memegang komando Prajurit Rui Lin.

Dengan nyawa anggota keluarga Jun di dalam tanganmu, kau dapat mengendalikan Prajurit Rui Lin secara tak langsung.

Ini adalah pertama kalinya Jun Wu Xie menginjakkan kaki di barak Prajurit Rui Lin, untuk dirinya dan juga tubuh ini.

Di puncak tengah hari, matahari bersinar begitu cerah, di lapangan barak yang begitu luas, hanya satu kelompol prajurit yang sedang berjaga, seluruh perkemahan itu begitu sunyi.

Dengan Long Qi mendorong kursi roda, ia membawa Jun Wu Xie masuk ke dalam barak. Diselimuti keheningan, Jun Wu Xie mengikuti dari belakang tanpa berkata-kata, dengan serius mengamati semua yang dilihatnya.

Tak ada seorang pun di barak, tak ada tanda-tanda anggota pasukan Rui Lin di dalam barak itu. Prajurit Rui Lin yang terkenal begitu menakutkan kelihatannya menghilang ditelan bumi.

Namun, begitu Jun Wu Xie sampai di lapangan berlatih, matanya pun membesar.

Barisan demi barisan, tentara bersenjata lengkap, di bawah teriknya sinar matahari, senjata di genggaman, beraksi di dalam latihan perang, secara serentak. Suasana yang begitu mencekam berubah menjadi hangat, dari tebasan senjata yang penuh kekuatan.

Merasakan kehangatan dari dekat, semuanya terasa begitu menekan dan menyentuh jiwa.

"Ini adalah Prajurit Rui Lin kita, pedang kita yang paling tajam, Wu Xie, ingat, pedang ini, hanya dapat dihunus oleh Keluarga Jun." Jun Qing berbalik, senyumnya sirna, matanya terpaku, tatapannya begitu dingin.

Pasukan Rui Lin, dapat menjadi jimat pelindung terkuat Keluarga Jun, melindungi mereka selama berabad-abad, namun itu juga bisa memancing kecurigaan Kaisar.

Next chapter