webnovel

Putra Mahkota (3)

Editor: Atlas Studios

Dalam sekejap, seekor kucing hitam kecil berubah menjadi macan kumbang hitam yang besar?

Badan besar sang macan kumbang menahan Mo Qian Yuan tetap terbaring di tanah ketika Jun Wu Xie berjalan menghampirinya.

"Aku tak terbiasa berbasa-basi jadi jika kau tidak bodoh, kau segera akan mengetahui apa yang terjadi." Jun Wu Xie berlutut seraya satu tangan rampingnya yang putih memegang dagu sang pangera kuat-kuat. Walaupun jari-jarinya terlihat halus, siapa yang menyangka itu menyimpan kekuatan besar! Dengan cara yang begitu terlatih dan cekatan, ia membuka mulut pria ini dan mencekokkan sebuah pil lalu menutup mulutnya dan memukul dadanya. Itu semua terjadi dalam beberapa detik, benar-benar cepat dan akurat.

Sebelum dirinya bahkan dapat bereaksi, ia terpaksa menelan apa pun yang dilempar oleh gadis ini.

"Apa … apa yang kau lakukan ….?" Ia menatap gadis ini dengan mata merah ketika ia merasa jantungnya berdebar kencang Ia tak tahu apa rencana gadis ini dan hal itu sedikit membuatnya takut.

"Kucing kecil, awasi dia." Ia tak menggubris sang pangeran dan berjalan ke sebuah bangku batu di paviliun seraya mengamati mereka.

Mo Qian Yuan masih berjuang untuk melepaskan diri. Macan kumbang besar itu membuka mulutnya lebar-lebar dan memberinya peringatan dengan meraung dan merendahkan kepalanya memposisikan leher Mo Qian Yuan di antara giginya yang tajam.

"Jika ia mengucapkan satu kata saja, silakan gigit dia." Wu Xie berkata tanpa emosi seraya memberikan perintah pada macan kumbang itu.

Macan kumbang itu berdiri terpaku di sana sambil menatap pria yang ada di bawahnya.

Pikiran Mo Qian Yuan begitu putus asa ketika memikirkan dirinya sendiri. Ini adalah ulang tahun terburuk yang pernah dialaminya. Malam ini pasti salah satu malam yang paling menyedihkan baginya, berpikir bahwa ia benar-benar membiarkan seorang gadis kecil mempermainkannya!

Di bawah ancaman macan itu, ia perlahan menutup matanya, karena ia menolak menerima nasibnya sendiri.

Memang, ia benar-benar tak ada apa-apanya. Ia menyerah begitu mudah. Ia tak berani menggerakkan satu otot pun.

Waktu berjalan lambat, Mo Qian Yuan merasakan sesuatu yang tak nyaman, sensasi seperti ditusuk duri dan seolah-olah ada banyak semut yang merayapi tubuhnya selama bertahun-tahun ini tampaknya mulai reda.

Ia membuka matanya lebar-lebar ketika melihat Jun Wu Xie dengan ekspresi terkejut.

"Kau …."

"AUMMM!" Macan itu memberinya peringatan lagi sambil mempererat cengkeramannya di leher pria itu.

Jun Wu Xie memandangnya dan berkata, "Kucing kecil, lepaskan dia."

Segera setelah ia menyerukan kata-kata itu, Mo Qian Yuan merasa tekanan di atas tubuhnya tiba-tiba dilepaskan dan figur besar itu melompat ke arah Jun Wu Xie dan Kucing hitam kecil yang lucu terlihat lagi di dalam tangannya.

"Miauw."

[Ah, tubuhnya busuk! Bau alkohol! Aromanya membunuhku!]

Jun Wu Xie perlahan membelai bulunya dengan penuh kasih sayang.

"Kau … Apa … apa yang kau berikan padaku? Kenapa aku …." Mo Qian Yuan tak pernah merasa sejernih ini untuk waktu lama. Dengan kesadaran tiba-tiba ini, itu semua terjadi terlalu mendadak sehingga ia pun tak tahu apa yang harus ditanyakan.

"Sesuatu yang dapat menyelamatkan nyawamu." Jun Wu Xie merasa bahwa pendekatan ini lebih sederhana karena hasilnya dapat segera terlihat.

Mo Qian Yuan menatap gadis ini dalam-dalam, seraya bertanya dengan suara rendah, "Mengapa kau mau menolongku?"

Jun Wu Xie menjawabnya dengan jujur, "Aku ingin kau berjuang melawan ayahmu dan Mo Xuan Fei. Aku ingin kau naik ke tahta sehingga kau dapat memastikan keselamatan keluarga Jun."

Posisi Kaisar seharusnya sudah berganti sejak lama karena Kaisar akan wafat, Mo Xuan Fei juga. Karena kerajaan memerlukan seorang raja, ia akan memilih seseorang yang dapat melindungi keluarganya.

"Kau ingin aku merebut tahta?!" Mo Qian Yuan benar-benar terkejut. Ia tak pernah menyangka hal yang begitu kontroversial didiskusikan dengan ringan terlebih lagi itu adalah Jun Wu Xie yang memulai pembicaraan. Perkataan yang begitu berbahaya keluar dari mulutnya mengejutkan sang pangeran.

Jun Wu Xie menaikkan alisnya, "Kau tak mau?"

Next chapter