Malam itu hening seperti air.

Qin Wentian berkultivasi diam-diam di kamarnya, kolom-kolom cahaya astral mengalir turun dari langit, membentuk seberkas cahaya yang menyorot kuat dan menerangi atap ruangan.

Leng Ning duduk di ayunan anggur di halaman. Ayunan pohon anggur digantung di antara dua pohon, dan dengan lembut bergoyang tertiup angin. Ketika ia masih kecil, ibunya sering mengayunkannya, tetapi setelah ibunya meninggal, hidupnya menjadi semakin membosankan. Status ayahnya di klan cukup rendah dan ia selalu setuju secara membabibuta apa pun yang dikatakan oleh para tetua.

Leng Ning menghela nafas pelan saat ia memikirkan hal ini, lalu ia tertawa getir pada nasibnya sendiri. Setelah itu ia mengangkat kepalanya, tatapannya tertarik ke atap kamar Qin Wentian. Mengapa energi astral begitu terkonsentrasi di sekitar wilayah itu?

"Pembual itu cukup menarik juga." Leng Ning ingin tersenyum, kulit muka Qin Wentian sangat tebal membuatnya merasa lucu. Ketika ia mengatakan bahwa Mo Qingcheng dan dirinya adalah pasangan, ia benar-benar memiliki keberanian untuk menganggukkan kepalanya.

Fajar mendekat, dan Qin Wentian keluar dari kamarnya. Setelah melihat bagaimana Leng Ning tertidur di ayunan anggur itu, Qin Wentian menghampiri dan menutupinya dengan mantel.

Bulu mata Leng Ning berkibar saat matanya perlahan terbuka, masih belum fokus. Setelah beberapa saat, ia tersenyum melihat Qin Wentian dan menyapa, "Selamat pagi Tuan Guru Penulis Aksara Dewa."

"Eh ...." Qin Wentian berkeringat, "Pagi."

"Ini sudah pagi, apakah kau ingin sesuatu untuk sarapan? Aku akan pergi membuat sarapan." Leng Ning melompat turun dari ayunannya dan membawa beberapa kue kering. Meskipun pendekar kondisi Yuanfu bisa bertahan hidup tanpa asupan makanan, banyak yang masih lebih suka melakukannya, menikmati rasa makanan lezat, memuaskan keinginan makanan mereka.

"Lumayan." Qin Wentian makan sepotong, sambil tersenyum.

"Terima kasih atas pujian dari Tuan Guru, haruskah aku memberitahu dua tuan muda lainnya juga? Sudah waktunya untuk pergi ke Perkumpulan Menjangan Putih."

"Tidak apa-apa, mereka berdua tidak tertarik pada dunia penulisan aksara dewa. Tidak masalah apakah mereka menghadiri pelajaran atau tidak," jawab Qin Wentian, lebih baik bagi Chu Mang dan Fan Le untuk tinggal di sini dan berkultivasi daripada membuang-buang waktu di sana.

"Baiklah, ayo pergi." Leng Ning mengangguk, dan mereka berdua berangkat ke Perkumpulan Menjangan Putih.

Namun, tepat sebelum mereka bisa memasuki komplek perguruan, Qin Wentian menemukan bahwa pintu masuknya telah dihalangi oleh seseorang.

Hari ini, Yan Kong dibalut pakaian biru. Semua pengikutnya memiliki ekspresi yang tidak menyenangkan di wajah mereka saat mereka menghadang jalur Qin Wentian dan Leng Ning.

"Kudengar kau tinggal di rumahnya tadi malam?" Yan Kong menyipitkan matanya, menatap Qin Wentian.

"Yan Kong, kau tidak punya hak ikut campur dalam urusanku." Leng Ning mengerutkan alisnya menatap Yan Kong.

"Cepat atau lambat, kau akan menjadi bagian dari Klan Yan, kau sebaiknya memperhatikan sikapmu." Yan Kong balas menatap dingin. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Qin Wentian, "Tidak masalah jika kau mencintai seorang wanita, tetapi ada beberapa wanita yang tidak patut kau sentuh. Jika tidak, kau mungkin tidak akan tahu bagaimana caranya kau akan mati. Biar kuperingatkan kau lebih dahulu, kau sebaiknya menjauh dari Klan Leng sesegera mungkin."

Setelah berbicara begitu dengan senyum mengejek di wajah mereka, Yan Kong dan kelompoknya berbalik dan memasuki perkumpulan.

"Aku minta maaf, aku telah membuatmu kesulitan." Leng Ning merasa agak bersalah.

"Kenapa kau minta maaf? Justru kami yang menumpang di tempatmu." Qin Wentian mengangkat bahu, tampak seolah-olah ia tidak terganggu sama sekali. Fan Le telah memberitahunya sebelumnya, basis kultivasi Yan Kong berada di tingkat ketiga Yuanfu, dan di samping itu, dengan pencapaiannya di dunia penulisan aksara dewa yang hanya pada puncak tingkat kedua, ia bukan ancaman bagi Qin Wentian. Satu-satunya masalah adalah bahwa Klannya mungkin agak sulit ditangani. Namun, jika Yan Kong benar-benar ingin mengincarnya, Qin Wentian tak keberatan melayaninya. "Apakah kau ingin pindah ke tempat lain?" Leng Ning menatap Qin Wentian, sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, abaikan saja dia." Qin Wentian tidak terganggu dan langsung memasuki perkumpulan. Leng Ning menatap Qin Wentian dari belakang, sambil terus menggelengkan kepalanya. Orang ini pasti suka bersikap sok keren. Di depan Yan Kong, ia tidak punya apa-apa untuk dikatakan, tetapi saat Yan Kong tidak ada ia kembali bersikap sok keren, membuatnya tidak bisa berkata-kata.

Di dalam perkumpulan, Qin Wentian dengan tenang mempelajari Aksara dewa. Tampaknya pengetahuan Perkumpulan Menjangan Putih mengenai dunia penulisan aksara dewa telah memberinya banyak pencerahan.

Saat itu, ia hanya tahu bahwa aksara dewa dapat digunakan untuk menempa senjata dengan mengubah Mahaenergi. Baru sekarang ia mengerti bahwa apa yang sebelumnya diketahuinya hanyalah puncak gunung es. Dunia penulisan aksara dewa benar-benar luas dan mendalam.

Menurut pengetahuan yang didapatnya dari perkumpulan, ia mengetahui bahwa dunia penulisan aksara dewa dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori. 1) Aksara dewa untuk Penempaan 2) Aksara dewa untuk Formasi Etsa 3) Aksara dewa untuk Pertempuran 4) Aksara dewa untuk menciptakan Manekin Hidup!

Kategori pertama, aksara dewa untuk Penempaan, jelas berarti penempaan senjata dewa yang sudah dipahami Qin Wentian. Yang kedua, aksara dewa untuk Formasi Etsa adalah penulisan aksara dewa untuk mengatur formasi atau susunan untuk berbagai macam tujuan. Adapun aksara dewa untuk Pertempuran, mungkin sudah dipahami Qin Wentian juga sebelumnya, misalnya menggunakan jejak aksara dewa jenis Pedang untuk melancarkan serangan pedang dari mulutnya yang terbentuk dari Mahaenergi jenis Pedang, yang diubah dari energi astral. Namun, a mengerti bahwa apa yang ia pahami saat itu, hanyalah sehelai bulu diantara sembilan ekor lembu. Yang terakhir, aksara dewa untuk Manekin, yang menggunakan kekuatan aksara dewa untuk menggerakkan manekin menjadi hidup.

Meskipun cara menciptakan manekin tidak disebutkan secara rinci oleh Perkumpulan Menjangan Putih, Qin Wentian tetap merasakan kegembiraan besar bermekaran di hatinya.

Ia telah memahami hubungan Penulisan aksara dewa dan teknik alami bahwa keduanya berasal dari akar yang sama, dan telah membuktikan bahwa ia bisa melepaskan kekuatan teknik alami melalui penulisan aksara dewa dengan menggunakan jalur arterinya sebagai penghubung. Demikian pula, ketika ia menggunakan aksara dewa untuk mengubah energi astral dalam tubuhnya menjadi Mahaenergi, hal itu juga menggunakan jalur arteri sebagai penghubung. Saat ini, Qin Wentian memiliki perkiraan yang berani, apakah jalur arteri di tubuh manusia juga merupakan salah satu jenis goresan simbol rahasia yang menjadi sumber yang sama dalam penulisan aksara dewa?

Jika perkiraan ini benar, maka ia sudah mendapatkan beberapa wawasan tentang dunia penciptaan manekin hidup.

Selain memberi kuliah tentang dunia penulisan aksara dewa, para guru Perkumpulan Menjangan Putih juga mengajarkan tentang berbagai mata pelajaran seperti melakukan penelitian, teknik menulis aksara dewa, cara menghancurkan aksara dewa yang sudah jadi, dll. Tanpa disadari, jangka waktu satu bulan segera berakhir. Bagi orang-orang seperti Fan Le, hal itu memang menyia-nyiakan Batu meteror Yuan, tetapi bagi orang-orang seperti Qin Wentian, manfaat yang diperolehnya jauh melebihi harga yang dibayarkan.

Di dalam perkumpulan, Bailu Yi memberikan kuliah di depan dinding batu aksara dewa. Ia memancarkan aura kemurnian, membuat banyak pria jatuh cinta padanya.

"Baiklah, karena besok adalah hari terakhir dari masa pendidikan satu bulan, aku tidak bermaksud untuk memberikan kuliah terakhir di perkumpulan. Sebaliknya, aku berencana untuk membawa kalian semua ke Arena Neraka di Kota Timur untuk menonton pertempuran yang terjadi dengan penggunaan aksara dewa," kata Bailu Yi, membuat orang-orang di kerumunan itu menyipitkan mata. Arena Neraka!

"Tempat apa itu Arena Neraka?" Qin Wentian bertanya pada Leng Ning dengan suara rendah.

Leng Ning memperlihatkan ekspresi serius di wajahnya, ia bahkan bisa merasakan kulit kepalanya mati rasa ketika mendengar Arena Neraka. Bukankah Bailu Yi agak terlalu berani? Ia ternyata ingin pergi ke Arena Neraka?

"Tempat paling gila di Benua Bulan disebut Surga atau Neraka, juga dikenal sebagai Kasino Agung Kekaisaran Xia yang Agung. Demi mengejar keuntungan, orang-orang di sana bahkan akan memasang taruhan dengan nyawa mereka," jawab Leng Ning, saat wajah Qin Wentian dipenuhi perenungan.

"Dan sebagai tambahan, setelah besok, aku berencana untuk memilih satu orang di antara kelompok ini untuk terus mempelajari dunia penulisan aksara dewa denganku," tambah Bailu Yi, membuat sejumlah kilasan kegembiraan berkedip-kedip di mata para siswa. Mereka bertanya-tanya siapa yang beruntung dipilih untuk belajar aksara dewa dengan Bailu Yi.

Setelah mendengar kata-katanya, banyak yang mengalihkan pandangan mereka ke arah Yan Kong. Jika Bailu Yi ingin memilih salah satu di antara mereka, ia pasti akan memilih siswa dengan pencapaian tertinggi dalam dunia penulisan aksara dewa. Karena itu yang dipilih pastilah Yan Kong.

Namun Qin Wentian tidak merasakan hal yang sama. Ia memperhatikan bahwa lebih dari sekali, Bailu Yi memandang ke arahnya. Qin Wentian tahu bahwa aksara dewa jenis Pedang yang ia tulis sebulan lalu telah berhasil menarik perhatian Bailu Yi. Tidak hanya itu, dalam jangka waktu satu bulan ini, ia menggunakan beberapa cara untuk menyiratkan bakatnya secara diam-diam dalam dunia penulisan aksara dewa.

Ini adalah satu-satunya cara untuk melakukan kontak dengan cabang anggota 'Kelompok Biru Langit' yang bersembunyi. Ternyata sekarang, kesempatan itu telah datang.

"Leng Ning, aku ingin mentraktir makan Bailu Yi setelah ini, kau bisa kembali dulu," bisik Qin Wentian kepada Leng Ning di sampingnya. Perkataannya membuat Leng Ning tertegun, dan setelah ia tersadar, ia membelalakkan mata kepada Qin Wentian, "Bailu Yi jarang berinteraksi dengan laki-laki. Beberapa hari yang lalu, Yan Kong mengajaknya keluar tetapi juga ditolak."

Bocah ini tetap berpandangan sama atas kehebatan dirinya. Dari mana ia mendapatkan kepercayaan diri seperti itu?

"Aku tahu." Qin Wentian mengangguk, tampak tidak peduli. Leng Ning terdiam, dan memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi. Karena ia ingin membenturkan kepalanya ke dinding baja, biarkan ia melakukannya.

Yan Kong, yang duduk beberapa baris di depan mereka, berbalik dan menatap Qin Wentian. Bocah ini benar-benar keras kepala. Bahkan sekarang, Qin Wentian masih belum pindah dari rumah Leng Ning meskipun sudah diperingatkan sebelumnya.

Dan sekarang, ia juga ingin mengajak Bailu Yi makan? Benar-benar konyol.

"Baik, cukup segitu untuk hari ini. Kelas sudah selesai," Bailu Yi berbicara.

"Guru Bailu," seru Qin Wentian ketika melihat Bailu Yi akan pergi.

Bailu Yi berhenti mendengar suara Qin Wentian. Sejak awal, ia sudah memiliki kesan mendalam tentang Qin Wentian. Selain itu, selama satu bulan ini, Qin Wentian selalu sangat serius dengan studinya dan selalu bertanya, tak peduli seberapa bodohnya pertanyaan itu terdengar. Ia tampaknya tidak keberatan orang menganggapnya bodoh.

Bailu Yi merasa aneh bagaimana Qin Wentian tampaknya memiliki begitu banyak masalah dengan dasar-dasar keilmuannya, namun masih bisa menulis aksara dewa yang begitu mendalam. Tidak hanya itu, dari semua petunjuk yang tersirat, Bailu Yi dapat merasakan bahwa pencapaian Qin Wentian mungkin tidak hanya berada di puncak tingkat kedua. Hal ini juga yang menjadi alasan ia mengumumkan akan memilih satu di antara mereka untuk terus mempelajari penulisan aksara dewa bersamanya.

"Apakah ada sesuatu yang kau butuhkan?" Tanya Bailu Yi.

"Bisakah saya mengajak Guru Bailu makan bersama? Saya ingin berkonsultasi dengan Guru tentang beberapa pertanyaan mengenai aksara dewa, dan saya ingin tahu apakah Guru Bailu ada waktu luang?" Qin Wentian berjalan ke depan Bailu Yi dan bertanya sambil tersenyum.

"Huff …." Sekelompok siswa itu semuanya menghela napas perlahan. Permintaan Qin Wentian segera menyebabkan gelombang keributan. Apakah dia sudah gila? Atau apakah dia sedang bermimpi? Dia benar-benar ingin mengajak dewi penguasa hati mereka untuk makan bersama?

Apakah ia sedang berusaha menjadi badut? Mereka semua menunggu penolakan yang akan membuat Qin Wentian menjadi lelucon. Saat itu, ketika Yan Kong mengajak Bailu Yi keluar, ia menolaknya tanpa ragu.

Yan Kong menatap Qin Wentian, merasa bahwa bocah itu sangat konyol. Ia kemudian mengalihkan pandangannya kepada Leng Ning sebelum tertawa dengan suara rendah, "Temanmu ini, apakah ada yang salah dengan kepalanya?"

Orang-orang ada disitu tertawa terbahak-bahak.

Wajah Leng Ning berubah sangat tidak sedap dipandang, tapi ia tidak bisa mengendalikan apa yang ingin dilakukan Qin Wentian, bukan? Ia sudah memperingatkannya!

"Ya, tentu saja!" Pada saat itu, sebuah suara merdu terdengar. Wajah Yan Kong mengerut, senyumnya mengejeknya masih membeku di tempatnya, dan matanya begitu melebar seolah-olah bola matanya akan keluar dari kelopaknya.

avataravatar
Next chapter