217 Membuka Semua Kartu Truf

Translator: EndlessFantasy Translation Editor: EndlessFantasy Translation

Pertempuran meletus dalam sekejap mata, menandai datangnya badai darah. Suara-suara tetabuhan perang yang kolosal menggelegar tanpa henti ketika jejaring listrik yang sangat luas terbentuk di atmosfer dan memanggil petir dan guntur dari langit. Petir yang dipanggil menghantam lawan-lawan mereka dengan kekuatan yang menakjubkan dan akurasi yang tepat, semua seperti yang diarahkan oleh para penabuhnya.

Di angkasa, pria yang berada di samping Chu Tianjiao melepaskan panah dari busur emas. Aura ketajaman yang tak terkalahkan melesat saat seberkas cahaya keemasan menembus udara, terbang menuju Chu Wuwei.

Gemuruh bergema dari Tabuh Naga Guntur, ketika naga guntur terbentuk dari arus listrik itu dan melesat ke arah panah itu dengan kecepatan komet. Tampaknya, kekuatan yang dimiliki oleh satu set lengkap tiga puluh enam tetabuhan berada setingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan panah yang dilepaskan dari busur emas itu.

Bumm!

Chu Mang melompat ke udara, melepaskan jiwa astralnya ketika cahaya astral bisa terlihat berkedip di matanya. Sebuah bayangan ilusi busur raksasa, serta kapak besar yang berat, muncul di atas kepalanya. Itu tidak lain adalah jiwa astral kedua dan ketiga yang telah ia bentuk.

Sebuah busur raksasa yang terbentuk dari cahaya astral, muncul di tangannya bersama dengan sembilan anak panah. Dalam hitungan milidetik, semua anak panah itu sudah terpasang dan siap ditembakkan. Sosok kesembilan sasarannya merosot, rasa takut dan gentar terhadap Chu Mang ketika merasa telah 'terkunci' oleh bidikan anak panah itu merasuki tulang mereka.

Chu Mang, sebagai peringkat pertama dari semua sepuluh anak ajaib Chu, tentu saja lebih luar biasa dibandingkan dengan Chu Tianjiao dalam hal bakat kultivasi dan tingkat kekuatan.

"Aku akan membunuh tanpa belas kasihan kepada siapa pun yang berani bergerak melawan kakakku!" Chu Mang menghardik. Panah-panah itu memecah ruang, seperti cahaya, seperti bayangan.

Dzingg ~ des des des ... Suara kesembilan tubuh tertembus terdengar bersamaan ketika sembilan pendekar Yuanfu itu ambruk, mati, tanpa ada kesempatan untuk bereaksi. Bagaimana anak panah Chu Mang bisa secepat itu?

"Itu adalah ... kekuatan kehendak Mandat?" Qin Wentian menatap Chu Mang dengan terkejut. Dari aura yang dilepaskan Chu Mang, ia seharusnya berada di tingkat ke-5 Yuanfu, tetapi yang benar-benar menakutkan adalah bahwa setiap panah yang ditembakkannya memiliki wawasan Mandat yang tergabung di dalamnya.

Indra Qin Wentian tidak salah. Di bawah bimbingan Chu Wuwei, Chu Mang tanpa henti berlatih memanah dari hari ke hari, tahun ke tahun. Bahkan setelah ia menerobos ke kondisi Yuanfu, tidak ada yang berubah. Chu Wuwei masih menyuruhnya berlatih memanah, memintanya menyatukan indra dan hatinya dengan anak panahnya. Hal ini terus berlanjut, sampai suatu hari, perasaan yang luar biasa menguasai dirinya ketika ia tiba-tiba mendapatkan sebuah wawasan. Entah bagaimana, ia merasa bahwa ia bisa 'membuat' anak panahnya menembus sasaran yang dipilihnya dalam waktu yang sangat singkat.

Saat itulah ia telah memahami tingkat pertama wawasan Mandat Panah - tembakan spontan.

Satu tembakan membunuh sembilan pendekar Yuanfu, dampak dari skenario ini mengguncang hati musuh bahkan musuh yang paling kuat. Meskipun sembilan pendekar Yuanfu itu ternyata tidak terlalu kuat, tapi tetap saja mereka sudah berada di tingkat Yuanfu!

Chu Mang tidak berhenti sampai disitu. Ia mengangkat panahnya, lalu menembak lagi mengincar para pendekar Yuanfu yang terbang menuju balkon tempat Chu Wuwei berada.

Rrrrrrrrrghh! Chu Mang meraung murka, sembilan garis cahaya silih berganti dengan sembilan garis cahaya berikutnya melesat ketika serangkaian suara tertembus terdengar, dan sejumlah pendekar Yuanfu tumbang. Itu adalah kematian dalam satu serangan.

Busur yang dipegang Chu Mang, layaknya duta kematian.

Naga Guntur yang terbentuk oleh tiga puluh enam tetabuhan bertindak sebagai pertahanan sementara Chu Mang bertanggung jawab atas penyerangan. Meskipun Chu Wuwei tidak memiliki banyak pendekar Yuanfu di balkon, tidak mudah bagi Chu Tianjiao untuk membunuhnya.

Naga Guntur menari-nari dalam kendali ketiga puluh enam penabuh genderang di bawah. Meskipun mereka tidak akan mati karenanya, para pendekar dari tingkat 7 hingga 9 Yuanfu tetap akan merasakan perasaan ancaman yang kuat dari kekuatan yang terbentuk oleh set tetabuhan raksasa yang lengkap itu.

"Pasukan Qin seharusnya bisa tiba kapan saja sekarang," kata Chu Wuwei dengan suara rendah. Qin Wentian tidak menjawab, ia sedang menatap sungai darah yang mengalir dari darah para korban dan mendesah tak berdaya di hatinya.

Ouyang dan rekan-rekannya belum muncul. Qin Wentian tahu bahwa ini karena orang-orang dari Istana Sembilan Mistis belum muncul.

Adapun Qing'er, Qin Wentian hanya bisa tersenyum pahit memikirkannya. Ia bahkan tidak bisa merasakan kehadirannya, dan ia tahu bahwa hanya pada saat-saat bahaya mutlak datang baru ia akan muncul. Ia sudah sangat berterima kasih atas perlindungannya, dan tahu bahwa ia seharusnya tidak terlalu mengeluhkan tentang sikap keterasingan Qing'er. Lagipula, gadis itu tidak berutang budi padanya.

Awan putih bergerombol di langit tampak seakan menjadi merah karena cahaya darah yang memantul dari tanah. Meskipun Chu Mang seperti dewa kematian, ia hanya satu orang dan tidak bisa menghentikan pergerakan maju pasukan darat. Saat ini, pasukan tentara yang mendukung Chu Wuwei sedang terdesak; orang-orang dari Klan Jiang dan Klan Mu berada dalam posisi genting.

Akibatnya mereka berangsur-angsur terdesak ke arah tempat Chu Wuwei berada. Keadaan ini sedikit menguntungkan mereka ketika Naga Guntur yang terbentuk dari jejaring listrik itu juga bisa memberi mereka sedikit perlindungan.

Chu Tianjiao dengan dingin menyaksikan banyak orang meninggal. Ia tidak memerintahkan para pendekar yang lebih kuat dalam pasukannya untuk mengambil tindakan. Meskipun ia yakin bahwa ia bisa menghancurkan Naga Guntur itu tapi hal itu akan mengorbankan nyawa para pendekar Yuanfu-nya. Oleh karena itu, ia memilih untuk memusatkan perhatiannya memusnahkan pasukan biasa terlebih dahulu, daripada mengerahkan para pendekar Yuanfu. Ketika tentara yang mendukung Chu Wuwei telah berhasil dihancurkan semua, ia ingin melihat apa yang akan dilakukan Chu Wuwei selanjutnya.

Saat itu, bahkan lebih banyak pendekar Yuanfu terlihat terbang dari kejauhan. Di bawah mereka, pasukan bersenjata lengkap dengan bendera 'Qin' mengguncang bumi, saat gumpalan-gumpalan tanah dan debu membubung karena langkah-langkah kuda perang mereka. Pasukan Qin telah muncul.

Chu Tianjiao dengan dingin menatap ke arah Chu Wuwei, saat ia mengisyaratkan pasukannya untuk mundur ke sisi kiri medan pertempuran. Ia tidak ingin terjebak dalam posisi di mana pasukannya akan berada di tengah baku tembak, diserang dari depan dan belakang antara pasukan Qin serta Chu Wuwei.

Angin puyuh yang mengerikan muncul dari aura kekuatan militer yang ganas itu. Pasukan Qin berdiri di sisi kanan medan pertempuran saat mereka dengan dingin menatap Chu Tianjiao.

"Wentian." Sebuah suara memanggil dan Qin Wentian mengalihkan pandangannya ke arah kedua jenderal pasukan Qin. Kedua orang ini tidak lain adalah Qin Wu dan Qin Chuan. Namun, kemampuan tempur masing-masing mereka tidak sekuat itu, karenanya mereka dilindungi banyak lapisan pertahanan. Selain pengawal pribadi mereka, Kakek Gu serta beberapa pendekar tingkat tertinggi dari Perguruan Bintang Kekaisaran juga ada di sana.

Istana Sembilan Mistis memenjarakan Diyi, Klan Kerajaan mengeluarkan perintah untuk memburu semua anggota Perguruan Bintang Kekaisaran yang selamat. Bagaimana mungkin sisa-sisa Perguruan Bintang Kekaisaran tidak bergabung dengan pasukan Qin?

Ini juga yang menjadi alasan mengapa Chu Wuwei menaruh kepercayaan kepada Qin Wentian. Qin Wentian adalah sosok penting yang memiliki kekuatan untuk menentukan nasibnya.

"Kakek, Ayah." Qin Wentian tersenyum. Hari ini akhirnya tiba. Sudah hampir dua tahun sejak Klan Ye membawa pasukannya menyerbu Kediaman Klan Qin. Tak lama lagi akan terlihat hasil akhirnya.

"Sungguh melegakan bahwa pasukan Qin telah tiba. Karena kalian semua sudah ada di sini, bersiaplah untuk kukuburkan bersama.'' Chu Tianjiao menyapukan pandangannya yang sedingin es kepada semua musuhnya. Namun, pada detik berikutnya, sekelompok besar pasukan Chu yang baru tiba muncul, berlari ke arah mereka seolah-olah dalam keadaan sedang diburu. Hal ini membuat Chu Tianjiao terperanjat. Saat pasukan itu mendekat, Chu Tianjiao dengan dingin bertanya, "Apa yang terjadi?"

Pasukan Chu yang baru tiba terlihat sangat menyedihkan seperti tumpukan pasir yang ambruk. Bagaimana bisa ini adalah pasukan yang dibina oleh Klan Chu selama bertahun-tahun dengan susah payah?

"Kami tertipu, Elang Salju, Elang Salju ... ia adalah pengkhianat, mata-mata bagi pemberontak Qin. Sebagai wakil komandan, ia membawa kami ke sebuah penyergapan," kata pimpinan pasukan itu dengan dingin, niat membunuhnya telah berubah menjadi aura yang sangat mengerikan.

Pada saat itu, dari kejauhan, sebuah resimen pasukan lainnya bergerak maju mengepung Chu Tianjiao dan pasukannya. Tatapan Qin Wentian menegang saat melihat siapa yang memimpin.

Suatu hari, untuk menghindari pengejaran para pembunuh mereka ketika ujian pendaftaran, ia dan Fan Le telah memasuki Kota Khayalan yang berada dalam wilayah terlarang di Hutan Kegelapan. Di sana, ada seseorang yang mengenalinya. Orang itu mengenakan helm yang sama ketika itu, dan resimen pasukan yang dipimpinnya, persis sama dengan yang telah dilihat Qin Wentian di Kota Khayalan.

Pimpinan pasukan itu melepaskan helmnya, mengungkapkan wajah yang telah dikenalinya.

"Ini Elang Salju," desah Qin Wentian. Ia masih ingat bahwa Elang Salju sendiri yang memimpin pasukan untuk menyerang Klan Qin ketika mereka berada di Kota Langit Selaras. Tak disangka bahwa dia sebenarnya adalah mata-mata dari Klan Qin.

Bahkan Qin Chuan pun tertipu. Menurut Qin Chuan, Elang Salju adalah wakil panglima Qin Wu ketika mereka masih memiliki kekuasaan militer. Setelah Klan Qin tertekan, ia segera mengalihkan kesetiaannya dan mendapatkan kepercayaan dari Klan Kerajaan dan Klan Ye karena membantai banyak orang dari Klan Qin. Siapa yang mengira bahwa ia akan tiba-tiba berbalik dan menusuk Klan Kerajaan pada saat yang paling penting.

"Jangan pernah meremehkan mereka yang memiliki lebih banyak pengalaman," gumam Chu Wuwei dengan suara rendah, saat ia menatap Qin Wentian dengan penuh arti.

Akibatnya, pasukan Chu Tianjiao benar-benar mengalami kerugian. Jika ia ingin mengubah situasi, satu-satunya cara adalah mengeluarkan seluruh kemampuan, mengerahkan semua hal yang tadinya tidak ingin ia gunakan.

Ini berarti bahwa pertempuran ini, benar-benar pertempuran pamungkas yang memberikan hasil akhir.

Sebuah senyum dingin merasuk tulang tiba-tiba muncul di wajah Chu Tianjiao saat ia menatap Chu Wuwei. "Kakak, kau memaksaku untuk melakukan hal ini. Pada titik ini, aku harus membantai kalian semua. Ini adalah satu-satunya cara aku bisa menyelamatkan situasi."

Saat suaranya mereda, sebuah cahaya berkedip dan bayangan-bayangan melintas. Tiba-tiba, empat sosok yang mengenakan jubah berwarna merah darah muncul di belakang Chu Tianjiao. Aura yang dipancarkan dari mereka berbau darah, ketika mata mereka yang seperti rajawali bersinar dengan rasa dingin yang tidak wajar.

"Apakah kau sudah tenggelam begitu rendah sehingga bersekutu dengan monster-monster ini? Kau telah memelihara mereka selama ini, menggunakan darah segar perawan-perawan belia yang tidak berdosa yang kau culik. Adik ketiga, kau memang terkutuk." Chu Wuwei menatap keempat sosok itu. Ia samar-samar bisa mengenali mereka. Seharusnya orang-orang ini sudah meninggal, namun mereka masih hidup dalam keadaan yang tidak normal seperti ini.

"Aku tidak punya kemampuan memelihara mereka. Mereka adalah peninggalan leluhur bagi kita. Jika bukan karena tindakanmu yang benar-benar memaksaku, bagaimana mungkin aku memilih melakukan hal ini?" Chu Tianjiao dengan tak acuh menjawab, "pemenang mendapat sanjungan, pecundang mendapat hinaan. Tidak ada lagi yang perlu diucapkan. Hari ini, kau Chu Wuwei, Qin Wentian, dan semua musuhku akan dikuburkan di sini."

Saat suaranya memudar, keempat sosok itu menerjang ke arah Elang Salju dan pasukannya, darah berhamburan dan tubuh-tubuh bertumbangan ke mana pun arah yang mereka lewati, membuat pasukan sekutu klan Qin mengalami kerugian karena jatuhnya korban yang luar biasa banyaknya. Orang-orang yang menyaksikan menjadi pucat ketakutan, mereka tahu bahwa hal-hal seperti ini tidak disebabkan oleh manusia.

"Betapa kejamnya, monster-monster ini disempurnakan menggunakan wawasan yang diperoleh dari Mandat Darah. Orang yang telah membuat mereka seperti ini benar-benar harus dibantai oleh kemurkaan dari langit." Kakek Gu dan Ren Qianxing memperlihatkan ekspresi yang sangat buruk di wajah mereka. Namun, kekuatan keempat monster darah itu tidak bisa disangkal.

Pada saat yang sama, sekelompok pendekar Yuanfu lainnya melayang di langit. Setelah melihat siapa yang memimpin, orang-orang dari Perguruan Bintang Kekaisaran seketika tertegun.

Istana Sembilan Mistis, Luo Qianqiu.

"Qin Wentian." Luo Qianqiu hanya memandang ke arah Qin Wentian. Kilatan petir terlihat mengerjap di matanya, saat niat membunuhnya melonjak tak terkendali.

Atas penghinaan pada perjamuan Jun Lin, ia akan membersihkannya dengan darah Qin Wentian hari ini.

"Aku menyadari kehadiran seorang pendekar yang sangat hebat yang menjagamu, dan oleh karenanya Istana Sembilan Mistis telah mengerahkan seorang Penguasa Timba Langit untuk mengimbanginya. Tidak akan ada jalan keluar bagi hari ini." Luo ​​Qianqiu menatap Qin Wentian, dan saat ia berbicara dengan tenang, kata-katanya membuat hati banyak orang menciut.

Tidak hanya Istana Sembilan Mistis ingin sekadar ikut serta dalam permusuhan ini, tapi mereka juga mengirim seorang Penguasa Timba Langit.

Tidak ada yang bisa menggoyahkan tekad Luo Qianqiu untuk membunuh Qin Wentian. Dan untuk mencapai tujuan ini, ia pasti akan bekerja sama dengan Chu Tianjiao.

Chu Tianjiao juga memandang Qin Wentian. Tawanya memancarkan kilau yang dingin. "Hari ini, tidak ada jalan keluar. Qin Wentian, hari ini akan menjadi hari kematianmu!"

avataravatar
Next chapter