Layak mendapatkan yang lebih baik ….
Ou Ming tertawa kecil, mengulurkan tangan dan meninju bahu sahabatnya. Tanpa bersuara, pria itu tersenyum dan melambaikan tangannya, lalu masuk ke dalam rumah tua, mengambil barang bawaannya, dan meninggalkan tempat itu. Lamborghini hitam itu melaju pergi.
Li Sicheng berbalik dan berjalan menuju ke kolam renang miliknya. Pria itu belum berenang dalam waktu yang lama. Dia ingat bahwa Su Qianci tidak bisa berenang.
Apa yang sedang kamu lakukan di sana?
Li Sicheng memiliki berbagai macam gambaran di dalam benaknya. Hadiah itu pastilah sesuatu seperti kaus basah? Sambil tersenyum, pria itu berjalan lebih cepat dan semakin cepat. Namun, ketika dia berjalan ke tepi kolam, keadaannya gelap. Sepertinya … tidak ada apa-apa. Berdiri diam di tempat yang sama untuk sejenak, Li Sicheng tidak meninggalkan tempat itu, tetapi senyumnya lebih dalam dan semakin dalam.
Secara tiba-tiba, lampu di sekitarnya menyala. Li Sicheng dibutakan sekejap oleh cahaya yang tiba-tiba itu dan matanya melengkung. Dia sudah memperkirakannya tetapi efek kejutan itu tidak berkurang. Cahaya kuning itu bersinar di dalam kolam dan kolam itu semuanya berwarna keemasan. Di bagian dasarnya, terlihat lampu LED kecil berwarna emas yang diatur membentuk tulisan yang bersinar. Li Sicheng menunduk melihat ke dasar kolam dan dengan jelas melihat tulisan namanya.
[Li Sicheng, aku mencintaimu] Tepat di tengah-tengah kolam, ada sebuah busa yang mengambang, di bagian tengahnya terdapat sebuah kotak. Itu adalah sebuah kotak merah besar dengan pita-pita di bagian atasnya, yang mana tampak misterius dan indah. Sebuah benang tipis panjang diikatkan pada pitanya. Li Sicheng melihat melalui benang tipis itu dan menemukan bahwa ujung benangnya berada di kakinya.
Mengambil benang panjang itu, Li Sicheng dengan perlahan menariknya, dan busa itu tertarik olehnya dan melayang ke sisinya. Setelah mengambil kotak tersebut, Li Sicheng menarik pitanya. Dan terdapat sepotong besar tanah liat tergeletak di dalamnya.
Di atas tanah liat tersebut, terdapat tiga buah cetakan tangan berukuran kecil dan sebuah cetakan tangan yang berukuran sedikit lebih besar.
"Sen", "Yue", "Qian" masing-masing ditulis berurutan pada cetakan tangan yang berukuran kecil, sementara "Ci" ditulis pada cetakan tangan yang berukuran lebih besar.
Di bawah tanah liat tersebut, ada sebuah papan tulis putih berukuran kecil. Coretan-coretan yang berkelok-kelok ditulis dengan tinta warna-warni: Ayah, selamat ulang tahun. Cinta, Ersu.
Li Sicheng melihat benda ini dan raut wajahnya menjadi semakin lembut. Di bagian paling lembut dari hatinya, rasanya seolah-olah ada sebuah api unggun, menghangatkan dirinya. Anak-anaknya, istrinya.
Sangat menyenangkan ….
Terdengar suara sepatu hak tinggi di belakangnya, Li Sicheng menaikkan pandangan matanya, berdiri, dan membalikkan badan.
Su Qianci mengenakan sebuah gaun merah cerah yang bukan merupakan gayanya. Gaun tanpa lengan yang terbuka di bagian punggung itu membentuk siluet sosok anggunnya dengan sempurna. Dan wanita itu sedang tersenyum padanya. Dia menatap istrinya dan tertawa dengan gembira.
Su Qianci melangkah maju dan melingkarkan tangannya di leher Li Sicheng, tersenyum dengan genit dan menatap suaminya dengan mata besarnya. "Tuan Li."
"Nyonya Li," Li Sicheng menundukkan kepalanya dan menempelkan dahinya ke dahi istrinya. Suara pria itu terdengar lembut. "Apakah kamu yang melakukan semua itu?"
Su Qianci mendengar kata-kata Li Sicheng, tersenyum dan bertanya seperti yang suaminya lakukan, "Bagaimana menurutmu?"
Li Sicheng meraih pinggang istrinya dengan sebelah tangannya yang besar. Senyumnya semakin dalam saat dia menunduk menatap istrinya. Dengan sebuah suara rendah dan bak sebuah magnet, pria itu berkata, "Aku juga mencintaimu."
Lalu Li Sicheng membungkukkan tubuhnya ke depan dan mencium bibir istrinya dengan lembut. Mengencangkan cengkeramannya pada wanita itu, dirinya memeluk Su Qianci semakin erat. Itu hanyalah sebuah ciuman yang ringan. "Apa yang aku terima hari ini adalah hadiah terbaik yang pernah kuterima dalam hidupku, tetapi bahkan apa yang lebih baik ada di depanku, Nyonya Li."