Su Qianci masih berada di ambang deraian air mata, menggelengkan kepalanya. Dia lebih baik tidak memberi tahu mereka tentang sesuatu yang dirinya sendiri pun belum merasa yakin. Jika mereka gagal menyelamatkan Li Sicheng, para tetua akan merasa khawatir mengenai sesuatu yang percuma saja.
Qin Shuhua tidak terlalu banyak berbicara ketika melihat mata Su Qianci yang bengkak, dan sebaliknya meminta menantunya itu untuk tidur lebih awal, dan kemudian kembali ke kamar bersama suaminya.
——————————
Li Jinnan kembali ke rumahnya, mengeluarkan laptop, masuk ke akun sosialnya, dan mencari akun L.
L.
Li?
Li Sicheng?
Jari-jari Li Jinnan bergerak dengan cepat saat dia mengirim sebuah pesan singkat.
Li Sicheng sedang memproses dokumen itu ketika dia melihat sekilas perubahan kode di layar. Dia mengeklik, dan ada sebuah pesan yang muncul:
[Li3]: Karena kau bisa mengirim pesan. Kenapa kau tidak kembali?
Li Sicheng memandangi nama panggilan ini, Li3. Sangat mirip dengan gaya adiknya.
Dia menatap pertanyaan Li Jinnan dengan mata dinginnya, mengerutkan bibir, dan kemudian meletakkan jari-jarinya di kibor. Dia pada awalnya mengetik: Waktunya belum tiba.
Akan tetapi, setelah memikirkan tentang hal itu, Li Sicheng menghapusnya dan menjawab: Aman dan terkendali. Tidak perlu khawatir.
Ketika mendengar suara sepatu hak tinggi di luar, mata Li Sicheng meredup, dan menekan "del1", langsung menutup desktop temporer itu. Di monitornya, hanya terlihat dokumen yang belum selesai.
Tang Mengying melangkah masuk dan melihat Li Sicheng yang sedang mengerjakan dokumennya dengan sebuah senyum puas. "Bagus, Jing Sao, besok berikan narkobanya tepat waktu."
"Baik, Nona Tang."
Li Sicheng menatap punggung wanita itu dan matanya menjadi semakin dingin.
Tidak lama lagi ….
——————————
Li Jinnan melihat pesan itu dan langsung menjawab: Di mana kau?
Tidak ada respons.
Li Jinnan menatap layar laptopnya, terdiam untuk waktu yang lama, mengambil sebatang rokok, dan perlahan-lahan menyalakannya. Berbaring di sofa, matanya setengah terpejam, dirinya mulai merenung.
——————————
Penandatanganan kontrak dengan TL dijadwalkan pada hari Jumat sore.
Li Jinnan yang pergi ke sana, sementara Su Qianci tidak bisa menenangkan dirinya sendiri di kantor. Wanita itu tidak sabar untuk mengetahui tingkat konfrontasi2 yang Li Jinnan dan Tang Mengying lalui.
Saat dirinya sedang panik, wanita itu menerima sebuah telepon dari rumah. Melihat bahwa telepon itu berasal dari rumah tua, Su Qianci mengatur suasana hatinya dan mengangkatnya. "Halo?"
"Bu!" Terdengar sebuah suara manis yang menenangkan suasana hatinya. Dia tidak bisa menahan senyumnya dan menjawab.
"Bu, kata kakek buyut, besok adalah hari Sabtu." Suara Li Jianyue sangatlah manis dan lembut, hampir melelehkan hati Su Qianci.
Su Qianci duduk di kursi dan meregangkan tubuhnya, bertanya dengan lembut, "Kenapa hari Sabtu itu penting?"
Li Jianyue memandang pria tua yang sedang menatap dirinya penuh harap dengan sepasang mata hitamnya dan mengatakan kalimat yang sudah disiapkan kakek buyutnya itu untuk dirinya, "Ersu ingin pergi ke taman hiburan, dan Dasu serta Kakak Mosen juga ingin pergi. Bisakah Ibu membawa kami ke sana besok, Bu?"
"Besok …." Su Qianci tampaknya sedang mempertimbangkan hal itu. "Apakah Ersu benar-benar ingin pergi?"
"Errrrr …." Li Jianyue merasa bimbang, menatap pria tua yang memberi instruksi pada dirinya di samping.
Pria tua itu menjadi cemas dan berkata tanpa suara: Ya, katakan iya!
Li Jianyue terlihat bingung. Dia mengangguk dan berkata, "Aku ingin pergi, tapi, …."
Kata "tapi" dari gadis kecil itu membuat Kapten Li panik. Dia menutupi wajahnya yang keriput dengan tangannya dan tidak sanggup untuk menyaksikan hal itu.