"Selamat tinggal."
"Selamat tinggal."
Perpisahan yang biasa. Akan tetapi, ketika Lu Yihan membalikkan badannya, mata pria itu berkaca-kaca. Selamat tinggal, itu tidaklah sama.
Kau tahu, semuanya berbeda.
Kembali ke dalam mobilnya, Lu Yihan duduk tak bersuara untuk waktu yang lama. Menyaksikan mobil Su Qianci yang bergerak menjauh, dia menatap ke arah kejauhan. Setelah beberapa saat, dia memandangi setir mobil. Mobil ini telah bersama dirinya selama lebih dari empat tahun. Meskipun perusahaannya telah sukses dan dia memiliki aset lebih banyak, Lu Yihan tidak pernah berpikir untuk mengganti mobil ini.
Lu Yihan merasa segan. Dirinya hanya ingin melindungi Su Qianci dengan hati-hati dan tidak membiarkan wanita itu terluka. Apakah hal ini benar-benar salah?
Telapak tangannya membelai setir di depannya, dan bibir Lu Yihan melengkung membentuk sebuah senyum getir. "Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, kawan lama." Kemudian Lu Yihan menyalakan Renault merah miliknya dan perlahan bergerak maju. Lu Yihan dan Su Qianci tidak menyadari bahwa di sebuah sudut tersembunyi tempat parkir itu, sebuah mobil sport berwarna putih telah terparkir untuk waktu yang cukup lama.
Duduk di dalamnya adalah pria yang dikejar Su Qianci. Dengan satu tangan di jendela, matanya menatap tajam ke arah mereka. Tiba-tiba, dari anting-anting biru di daun telinganya terdengar sebuah suara yang terburu-buru, "Kembalilah. Wanita itu segera kembali." Dia mengulurkan tangan dan menekan berlian biru itu. Mobil sport putih itu tiba-tiba dinyalakan, bergegas pergi.
——————————
Setelah Su Qianci keluar dari restoran, dia tidak kembali ke kantor, tetapi pulang ke rumah. Ketika Kapten Li melihat cucu mantunya kembali, dia merasa sedikit bersalah. Pria tua itu meregangkan tubuhnya, menepuk-nepuk kakinya dan berkata, "Oh, aku mulai lelah. Orang tua ini harus beristirahat sekarang."
Su Qianci dibuatnya tak bisa berkata-kata, merasa geli dan kesal pada saat yang bersamaan. Dia hanya memasang sebuah raut wajah muram dan langsung masuk ke dalam kamar.
Mengeluarkan buku harian ibu itu, Su Qianci membuka halaman berisi gambar itu. Gambar itu adalah sebuah nyala api berbentuk kepala seekor serigala, dengan sebuah bintang di bagian tengahnya. Garis-garisnya tegas, digambar dengan sebuah pena berwarna. Dia mengambil kalung itu dan menemukan bahwa tidak ada perbedaan di antara keduanya. Kepala serigala itu berwarna biru, apinya berwarna oranye-merah, dan bintang itu adalah sebuah safir1. Su Qianci langsung merasa yakin bahwa orang yang telah melecehkannya dua kali itu pastilah bekerja untuk Tang Mengying.
Namun, Tang Mengying, Li Sicheng, Bo Xiao dan Rong Anna semuanya telah menghilang untuk waktu yang begitu lama. Jika mereka tiba-tiba kembali, mengapa mereka tidak menunjukkan diri? Apa tujuan mereka? Merasa gugup, dia dengan segera berdiri dan keluar dari pintu.
Ketika dia melihat Nanny Rong, dia langsung bertanya, "Di mana anak-anak?"
Nanny Rong terkejut melihat raut wajah Su Qianci. "Sedang bermain di halaman belakang."
Li Jianyue sedang memegang seekor kelinci kecil dan mencoba memasukkan sebatang wortel ke dalam mulut kelinci itu.
Li Jianqian tidak tahan menyaksikan hal itu lagi, memalingkan muka dan bermain dengan sebuah iPad.
Li Mosen menarik tangan gadis kecil itu dan berkata, "Kelinci itu akan membencimu jika kau terus melakukan ini."
"Ah?" Li Jianyue tampak ketakutan. "Aku hanya ingin kelincinya kenyang. Kenapa kelinci itu akan membenciku?"
"Pikirkan tentang hal ini, jika kau tidak mau makan apa-apa, tapi aku mengambil sebatang wortel dan memasukkannya ke mulutmu, akankah kau membenciku?"
"Iya!" Li Jianyue tiba-tiba berkata, dan langsung membuang wortel itu, menatap Li Mosen dengan matanya yang bersinar. "Kakak Mosen, kau sangat pandai!"