Su Qianci mendengar kata-kata itu dan menjadi terdiam. Seseorang yang masih hidup. Apakah kakek sedang berbicara tentang Lu Yihan? Memang, selama bertahun-tahun, Su Qianci mengetahui dengan baik bagaimana Lu Yihan memperlakukan dirinya. Dia tidak mengerti sebelumnya, tetapi sejak Li Sicheng menghilang, hati Lu Yihan hampir terbuka pada dirinya. Pria itu selalu mencoba mengajaknya berkencan, dan Su Qianci selalu memiliki berbagai alasan.
Lu Yihan juga terbiasa menjemput kedua orang anaknya dari TK, atau membantu Su Qianci memasak di rumah, atau mengajar anak-anaknya untuk bermain berbagai permainan, menggunakan komputer, dan membaca. Namun, semakin terlibat Lu Yihan, semakin sulit bagi Su Qianci untuk menghadapi pria itu. Setidaknya sudah dua bulan sejak terakhir kali dirinya melihat pria itu? Dia mengetahui bahwa dirinya berutang sangat banyak pada Lu Yihan, sangat banyak …
Pria tua itu memandang cucu mantunya, menghela napas, dan berkata, "Lupakan saja, pikirkanlah mengenai hal itu sendiri. Aku tidak akan mencampuri urusanmu."
"Kakek …." Su Qianci berbisik, menundukkan kepalanya. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi diselak oleh pria tua itu.
"Namun, Qianqian, aku punya sesuatu yang akan merepotkan dirimu." Kakek mengambil tongkat di sebelahnya dan berdiri.
Su Qianci bergegas maju dan membantu kakek. "Tidak ada yang merepotkan darimu. Aku akan mencoba yang terbaik untukmu."
"Ayo, bantu aku kembali ke kamar." Pria tua itu berjalan perlahan dengan tongkatnya.
Setelah membantu kakek kembali ke kamar, Su Qianci melihat kakek mengambil sebuah arloji saku tua dari nakas di samping tempat tidur dan menyerahkan benda itu kepada dirinya. Dia berkata dengan hati yang berat, "Tolong berikan arloji saku ini kepada cucu seorang kawan lama. Selama bertahun-tahun, aku tidak bisa melepaskan benda ini. Untuk menyelamatkan diriku, pria itu berdiri di depanku. Pada saat itu, kami baru berusia dua puluhan. Li Yao masih bayi, dan anak kawanku itu baru berusia dua atau tiga tahun. Dia meninggal, tetapi aku tidak mencari jasadnya karena pertempuran itu. Beberapa hari yang lalu, aku akhirnya menemukan keluarganya!"
Su Qianci mengambil arloji saku dan membukanya. Seketika itu, dia melihat sebuah foto hitam putih yang sudah menguning. Seorang perwira muda berpakaian bagus dan rapi sedang duduk di sebelah seorang wanita. Karena foto itu telah berubah warna, tidak mungkin untuk melihat wajah pria dan wanita itu.
"Arloji saku ini adalah peninggalan kawan lama itu. Kau berikan benda ini kepada cucunya atas namaku. Aku memintanya untuk bertemu di lantai tiga Pusat Pameran dan Perkumpulan Kotaraja."
Su Qianci menutup arloji saku itu dan merasa ada sesuatu yang salah. Dia berkata, "Kakek, hal yang sepenting ini, aku pikir lebih baik bagimu untuk menyerahkan arloji saku ini kepadanya. Karena itu adalah cucunya, dia seharusnya masih sangat muda, sedikit lebih tua dari Sicheng - berusia tiga puluh atau empat puluh tahun? Haruskah kita mengundangnya ke rumah dan menjamunya makan malam?"
"Tidak, dia berkata bahwa dirinya sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tidak punya waktu untuk datang ke sini. Itu sebabnya kami telah menyetujui tempat itu. Karena aku sudah diselamatkan oleh keluarganya, aku tidak bisa menyusahkan pria itu …." kata kakek, melirik wajah Su Qianci dan melihat bahwa cucu mantunya itu merasa sedikit enggan. Kemudian kakek mengulurkan tangan dan meraih arloji saku itu. "Tidak apa-apa jika kau tidak ingin pergi. Di usiaku ini, aku masih harus melakukan sesuatu seperti ini. Betapa menyedihkan …."
Su Qianci tidak bisa mendengarkan kakek mengatakan sesuatu seperti ini. Dia cepat-cepat mengambil arloji saku itu dan berkata, "Kakek, aku akan pergi. Jam berapa aku harus bertemu dengan pria itu?"