Li Sicheng memeriksa arlojinya dan berkata, "Sudah jam 9 malam. Ayo kita pulang."
"Baiklah. Aku memang sudah tua, sudah lelah padahal hanya berjalan utuk jarak yang begitu pendek." Dalam perjalanan pulang, kakek berbicara tentang pesta pernikahan dengan Li Sicheng, dari pemilihan menu hingga koki hidangan penutup.
Mendengar mereka berbicara, Su Qianci merasa dirinya seperti orang asing, benar-benar tercengang. Ada begitu banyak detail yang berkaitan dengan sebuah pesta pernikahan. Dan sang bintang dalam pesta pernikahan itu adalah dirinya ….
Ketika kembali ke rumah, Su Qianci menyadari bahwa dirinya sudah tidak terlalu melawan keinginannya untuk berdekatan dengan Li Sicheng. Melihat perubahan dirinya, Su Qianci hampir merasa tidak berdaya. Wanita adalah makhluk yang berubah-ubah. Setelah mandi, dia mendapati Li Sicheng masih bekerja di ruang kerjanya dan menghela napas, merasa kasihan pada suaminya. Kesulitan Li Sicheng dalam menjalankan bisnisnya sendiri berada jauh di luar imajinasi Su Qianci. Meskipun Li Sicheng mendapat keuntungan dari ketenaran Kapten Li, merupakan hal yang jarang terjadi di Kotaraja atau di seluruh negeri bagi seseorang untuk membangun kerajaan bisnis seperti Li Sicheng hanya dalam waktu beberapa tahun.
Su Qianci teringat bahwa di kehidupannya yang sebelumnya, sebuah majalah terbit dengan sebuah daftar perusahaan baru yang paling cepat berkembang di negara ini, dan perusahaan Li Sicheng adalah yang nomor satu. Setelahnya, ada sebuah daftar orang terkaya di bawah usia tiga puluh tahun di negara itu, dan Li Sicheng yang nomor satu. Juga, dalam sebuah daftar bujangan nomor satu, Li Sicheng sekali lagi menjadi juaranya. Su Qianci tersenyum, merasakan sedikit kemenangan.
Duduk di tempat tidur dan memegang bantalnya, Su Qianci memikirkan apa yang dikatakan Li Sicheng tentang pesta pernikahan dan bulan madu itu …. "Oh, apa yang harus kulakukan …." Dia merasa seperti berada di puncak dunia, sangat bahagia sehingga hal itu terasa seperti tidak nyata …. Berbaring di atas tempat tidur dengan bantalnya, dia berguling-guling dan tidak bisa menahan diri untuk berpikir tentang Li Sicheng yang memakan makanan dan buahnya. "Hentikan, hentikan!" Sambil membenamkan wajahnya di bantal, Su Qianci menendang-nendangkan kakinya. "Jika kamu begitu mudah dipuaskan, kebahagiaan akan hilang."
Melihat Su Qianci yang sedang berbicara sendiri, Li Sicheng tidak bisa menahan senyumnya. Dia berjalan menghampiri dan melingkarkan tangannya di pinggang Su Qianci, berbisik ke telinganya, "Tidak akan."
Su Qianci membeku dan merasa malu. Apakah dia … mendengarnya? Sangat canggung …. Membenamkan bantal ke wajahnya, pipi Su Qianci serasa terbakar.
Li Sicheng mengambil bantalnya dan berkata dengan geli, "Apakah kamu ingin membuat dirimu mati lemas?"
Merasa sangat malu, Su Qianci membalikkan punggungnya ke arah pria itu.
Li Sicheng tertawa kecil dan berkata, "Aku akan mandi."
Mandi!
Jantung Su Qianci berdetak kencang dan dia segera memukul dirinya sendiri di bawah selimut. Kenapa Li Sicheng mengatakan itu kepadanya? Sekarang pikirannya menjadi liar. Dia menggeliat di tempat tidur, memaksa dirinya sendiri untuk tidur. Namun, kenapa dia begitu bersemangat? Dan haus. Sangat haus sehingga dia tidak bisa tidur sama sekali. Dia mengangkat selimut, mengenakan sepatu, dan turun ke dapur. Air, banyak air.
Setelah menenggak dua gelas air, Su Qianci merasa mulutnya masih kering. Ketika dia menenggak gelas ketiga, telepon di ruang tamu berdering. Dia berjalan mendekat dan melihat bahwa telepon itu berasal dari rumah tua. Sudah larut malam. Jadi kenapa rumah tua itu menghubungi mereka?