webnovel

Tolong?

Editor: Wave Literature

Melihat Xiao Yan meninggalkan ruangan dengan Metode Qi tersebut, Xun Er menggelengkan kepala. Dia berkata dengan nada tak berdaya, "Untuk saat ini aku akan mempercayaimu."

Xiao Yan memandang anggota Klan lainnya yang tampak terkejut, sambil berjalan keluar ruangan… Dengan mengangkat bahunya ringan, dia menunggu Xun Er sebelum keduanya tanpa tujuan berjalan ke depan, sambil mengobrol santai.

Karena mereka mempunyai waktu dua jam, Xun Er dan Xiao Yan tidak terburu-buru melangkah keluar. Karena Paviliun Metode Qi biasanya dilarang untuk semua orang, jadi hari ini adalah kesempatan langka untuk bisa berada di sini. Jadi, mereka memuturkan untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.

Tepat ketika mereka hendak meninggalkan jalur api, Xun Er berjalan santai memasuki sebuah ruangan kecil dan mengambil gulungan Metode Qi level Xuan. Menemani Xiao Yan, mereka kemudian melanjutkan langkah menyusuri lorong lainnya.

Hari ini akan menjadi hari paling berisik di Paviliun Metode Qi sepanjang tahun ini. Ada banyak orang yang berkerumun di antara dinding pada setiap lorong dengan semangat membara di mata mereka saat menyerang cahaya merah. Setiap kali tirai merah tersebut pecah, terdengar teriakan kegembiraan dari yang lain.

Menikmati suasana yang menyenangkan ini, wajah mungil Xiao Yan bahkan tampak tersenyum samar.

Berjalan keluar dari lorong lain, Xiao Yan memperhatikan jam. Meregangkan tubuh, dia tertawa sambil menatap Xun Er, "Kita harus pergi; waktunya hampir habis."

Mengangguk acuh tak acuh, Xun Er mengikuti Xiao Yan mengelilingi sudut sebelum menuju pintu keluar dari Paviliun Metode Qi.

Setelah berjalan melalui salah satu jalur, alis Xiao Yan terangkat terkejut. Tidak terlalu jauh, dia bisa melihat gaun merah milik Xiao Mei. Wajahnya yang menawan memerah saat ia terus berjalan di depan penghalang. Melihat penampilannya, tampaknya ia sedang mencoba melakukan apapun yang dia bisa untuk mendapatkan Metode Qi tapi tidak belum juga mampu memecahkan penghalangnya…

Hari ini, Xiao Mei mengenakan pakaian merah yang indah dengan rok yang sedikit ketat dan pita di pinggang; yang diikat erat di sekitar pinggangnya.

Saat ini, wajah putih dan cantiknya tampak cemas dengan alis berkerut manis. Anggota Klan di sekitarnya mencoba untuk mengajaknya berbicara.

...

Suasana hati Xiao Mei semakin buruk dalam beberapa detik; dia sebenarnya hampir putus asa. Sebelum hari ini, ayahnya diam-diam memberitahunya sebuah nomor ruangan, memberitahunya bahwa dia harus mendapatkan Metode Qi tersebut. Setelah menerka setiap metode yang mungkin bisa digunakan dan menghabiskan berjam-jam, dia akhirnya mendapat sedikit informasi dari seseorang yang bertanggung jawab untuk mengurusi Paviliun Metode Qi. Dia tahu jika Xiao Mei ingin mendapatkan Metode Qi Huang Tinggi Atribut Angin, maka dalam hal kekuatan dia bisa lebih depan dibanding orang lain.

Walaupun Ayah Xiao Mei mendapat nomer ruangan yang tepat, dia tidak memperhitungkan kokohnya penghalang pada ruangan tersebut. Xiao Mei sudah di depan ruangan tersebut selama satu jam tapi dia belum bisa menembus penghalangnya dan meskipun anggota Klan lainnya ingin membantu Xiao Mei, tapi mereka bahkan tidak bisa membuat penghalang tersebut goyah. Tirai penghalang hanya bisa diserang oleh satu orang pada satu waktu dan jika penghalang itu mendeteksi ada dua orang atau lebih yang mencoba menjebolnya, maka penghalang itu akan meningkatkan pertahanannya. Pada akhirnya, teknik tersebut akan seperti mencoba mengambil air menggunakan ember yang berlubang.

Hingga sekarang, dua jam telah berlalu. Jika dia tidak bisa segera memecahkan penghalang ruang ini, maka Xiao Mei akan berakhir pergi dengan tangan kosong. Memikirkan konsekuensinya karena tidak mampu mendapatkan Metode Qi satupun, mata indah Xiao Mei mulai berair.

Dengan pandangan berkabut, dia menggeleng sambil tersenyum pahit. Melihat sekelilingnya, alis indahnya terangkat saat ia melihat seseorang yang tidak asing.

Tidak terlalu jauh dari tempatnya dia melihat seorang pemuda berpakaian hitam memegang kedua tangannya di belakang kepala dengan ekspresi tenang di wajahnya.

Terburu-buru menyeka wajahnya, Xiao Mei telah menyerah tapi kehadiran Xiao Yan telah membawa harapan baru baginya. Menghapus jejak air matanya, giginya menggigit bibir merahnya sembari ia berjalan ke arah Xiao Yan dengan harapan Xiao Yan akan membantunya.

Anggota lain Klan di sekeliling Xiao Mei melihat perubahan ekspresinya dan mengikuti Xiao Mei menatap Xiao Yan. Bisik-bisik obrolan mereka perlahan berhenti seiring tatapan mata mereka tampak hormat.

Untuk sesaat, jalan yang awalnya berisik mendadak menjadi sunyi.

Bahkan di bawah tatapan banyak orang, Xiao Yan tetap berjalan ke depan dengan terlihat tidak peduli. Ia bahkan berjalan melewati Xiao Mei tanpa melirik ke arahnya yang tidak bisa merumuskan kata-katanya …

Dengan bibir merahnya yang sedikit terbuka, Xiao Mei menatap Xiao Yan yang baru saja mengabaikannya, terpana pada perlakuan yang ia terima. Setelah beberapa saat, wajah cantiknya tampak meremehkan diri, sambil dia menggeleng pelan. Kemarahan yang tumbuh di dalam dirinya hilang secepat mungkin saat dia ingat sikap yang telah dia tunjukkan pada Xiao Yan selama tiga tahun terakhir.

"Ha ha, ini pasti ganjarannya, aku benar-benar orang yang menjijikkan. Kau menuai apa yang kau tabur…" Xiao Mei perlahan berjongkok ke lantai. Bahunya sedikit berkedut saat seruan tertahan menggema di seluruh lorong yang tenang.

Melihat Xiao Mei yang tampak seperti anak kucing yang ditinggalkan ketika dia duduk di lantai, pemuda anggota Klan di sekelilingnya mendesah sedih sambil menggelengkan kepala mereka.

Xiao Mei terisak pelan sambil ia berjongkok di lantai. Tapi tiba-tiba ia merasa sesuatu yang berbeda pada suasana di sekitarnya, membuatnya perlahan mengangkat wajah menangisnya dan terkejut.

Pemuda yang telah berjalan menjauh itu telah berbalik dan berjalan perlahan ke arah Xiao Mei dengan tangan di belakang kepala.

"Minggirlah." Xiao Yan berkata acuh tak acuh sambil melirik Xiao Mei.

"Ah? Oh…" Xiao Mei yang terkejut segera tersadar dengan wajahnya yang cantik kembali senang dan seperti anak yang penurut dia memberi jalan pada Xiao Yan.

Di bawah tatapan penasaran tapi bersyukur dari orang-orang yang hadir, Xiao Yan berdiri di depan tirai yang menjaga pintu. Dengan telapak tangannya yang diulurkan, pemuda itu bernapas pelan.

Semua orang terdiam. Lalu tiba-tiba seperti guntur, dia bergerak. Memutar tubuhnya, Xiao Yan mengangkat kakinya dan seperti cambuk, ia maju ke depan. Ia menembak melalui udara di sekitarnya, menimbulkan suara 'Kaka'.

"Bang!" Tendangan keras itu mendarat pada penghalang yang membuatnya retak dengan cepat. Pada akhirnya, penghalang itu pecah di bawah tatapan terkejut semua orang.

Kakinya tetap di udara selama beberapa saat sebelum Xiao Yan perlahan menurunkan kakinya ke tanah. Sedikit memutar lehernya, dia berbalik dan kemudian berjalan menuju Xun Er yang berdiri agak jauh.

"Biao-ge… Terima kasih… aku minta maat." Xiao Mei takut-takut mengucapkan terima kasih pada Xiao Yan yang melewatinya.

"Ya."

Xiao Yan melirik gadis yang telah kehilangan semua kesombongannya dan memberinya anggukan kecil sebelum menghilang dari tatapan kagum anggota Klan.

Next chapter