webnovel

Jangan Khawatir, Aku Hanya Akan Mematahkan Satu Kaki!

Editor: Atlas Studios

Di bawah tatapan waspada, pintu kelas terbuka, dan lelaki kurus muncul di pintu, menjulurkan tangannya untuk membuka pintu.

Lelaki itu sekitar 180 cm, rambut panjangnya berdiri tegak seakan tersetrum. Bahkan diantara gaya rambut 'shamate', ini yang paling keren.

Ada lingkaran hitam seperti mata panda, seperti memakai smokey-eye makeup? Itu gaya di zaman dulu- di zaman itu selebriti dunia memiliki riasan seperti itu.

Semua mahasiswa menatapnya tanpa berkedip.

Diserbu tatapan waspada, dengan malu lelaki itu menggaruk kepalanya sambil tertawa ia berkata, "Keliatannya kalian sedang di tengah pelajaran, maaf mengganggu kalian."

"Siapa kau?" Kapur yang dipegang Profesor Smith patah terbelah 2 seraya ia bertanya dalam bahasa inggris. Profesor Smith sangat marah; konsekuensinya akan parah!

"Orang putih?" lelaki kurus itu melambai dan berkata, "Minggir dulu, aku akan pergi ketika aku sudah menemukan seseorang. Aku tidak akan mengganggu kalian lama-lama."

Urat-urat Profesor Smith terlihat di dahinya- ia bersiap-siap menghajar lelaki kurus ini.

Namun, seraya lelaki kurus ini melambaikan tangannya, tiba-tiba Profesor Smith tersadar ia tidak bisa bergerak, seakan tubuhnya diam di tempat. Tidak hanya ia tidak bisa bergerak, bahkan bibir dan lidahnya tidak bisa bergerak. Matanya tidak bisa bergerak! Akhirnya, pikirannya mulai membatu.

Lelaki kurus itu melihat ke seluruh kelas , terlihat sedang mencari seseorang.

Semua orang menatapnya dengan ternganga… kecuali Song Shuhang- ia melihat gagang pintu rusak dengan 'dorongan'. Firasat buruk mulai muncul; mendorong pelan menghasilkan gagang pintu rusak… itu pasti bukan manusia normal, kan?

Setidaknya, seorang pendekar yang menggunakan ramuan itu untuk melakukan itu.

'Lelaki ini, apakah dia Tabib?'

Shuhang langsung menggelengkan kepalanya dengan paksa,

'Tidak, tidak mungkin! Tabib di grup itu, meskipun jarang berbicara, terlihat senior yang bisa diandalkan, bagaimana ini dia?'

Sayangnya, hidup membuat apapun yang kau takuti menjadi kenyataan.

"Shuhang, keluarlah, aku Tabib!" lelaki itu menatap Shuhang, tertawa dengan lepas dan melambaikan tangannya dengan paksa.

Tiba-tiba, semua mata tertuju pada Song Shuhang.

Tatapan mereka sangat tajam dan rumit…

Song Shuhang menepuk wajahnya- ia tidak bisa melewati hari-harinya dengan tenang lagi.

Lebih lagi, bagaimana Tabib bisa tahu dimana ia berada tanpa menelponnya? Apa dia memakai mantra untuk mencarinya?

Akhirnya, Song Shuhang ogah-ogahan menyambut Tabib.

"Profesor, aku minta izin untuk tidak masuk 2 jam pelajaran." kata Song Shuhang dengan malu kepada Profesor Smith.

Mata Profesor Smith tidak berkedip sekalipun, bahkan kesadarannya mati. Ketika ia sudah tersadar nanti, ia berpikir hanya kehilangan fokus… ia tidak akan tahu satu muridnya sudah meninggalkan kelas di hadapannya.

"Apa dengan omong kosong itu, cepat dan ikuti aku." kata Tabib seraya menyeret Song Shuhang.

"Tubo, tolong bereskan buku-bukuku." teriak Song Shuhang sebelum ia ditarik keluar oleh Tabib.

Dari belakang kelas, kebingungan, Tubo berkata, "Itu bukan kurir yang lain, kan?"

"Terlihat bukan." Gao Moumou mendorong kacamatanya seraya berkata, omong-omong, waktu itu, orang itu terlihat bukan kurir juga."

Dijalan, Song Shuhang bertanya, "Senior Tabib, bagaimana kau menemukanku?"

Pelayanan berdasarkan lokasi, aku bisa menemukanmu hanya dengan memasukkan nomormu. Lalu, aku bisa melihat siapa yang meminum ramuan di kelas dan aku tahu siapa yang kucari. Setelah meminum ramuan itu, perbedaan antara kau dan orang biasa sangat terlihat." kata Tabib dengan puas.

Song Shuhang merasa khayalannya di dalam otaknya dihancurkan lagi- jadi ternyata ia menemukan Song Shuhang dengan menggunakan ponselnya, bukan dengan mantra dari kejauhan?

'Tapi bukannya pelayanan berdasarkan lokasi perlu disetujui olehku sebelum orang lain bisa memyelusuri posisiku? Apa Tabib itu hack yang handal juga, dan memecahkan program di ponselku untuk melihat posisiku?

"Aku tidak pernah terpikir, kau akan berpakaian modis, Senior Tabib." kata Song Shuhang.

Modis? dalam rangka apa? kata Tabib, terlihat kebingungan.

Contohnya, gaya rambutmu? balas Song Shuhang.

"Oh, tentang itu. Sebenarnya itu karena aku naik pedang terbang dari Provinsi Haibei langsung ke area Jiangnan kemarin, melewati 2 provinsi. Apalagi, anginnya sangat kencang diatas sana, jadi rambutku tertiup seperti ini." kata Tabib dengan malu.

"…" Song Shuhang terdiam sejenak, menolak untuk menyerah. "Bagaimana dengan smokey-eye makeup Senior?"

Smokey-eye makeup? Oooh, aku tahu itu. Muridku membicarakannya belakangan ini, itu seperti artis bernama Avril Lavigne, kan? Tapi ini bukan smokey-eye makeup, ini hanya lingkaran hitam biasa. Kami, peramu obat, perlu begadang semalam suntuk untuk membuat ramuan obat. Kadang, kami terus menerus selama berminggu-minggu tanpa makan dan tidur. Lama-lama kantung mata terbentuk. Sampai sekarang, aku masih sering membuat 10 hari lebih, jadi kantung mata ini masih belum hilang. Mungkin ketika aku naik tingkat, lalu kantung mata ini akan menghilang." Tabib tertawa terbahak-bahak.

Song Shuhang merasa 10.000 alapaca berlarian kemana-mana di pikirannya.

'Dibandingkan kesan Tabib yang ada di grup, dimana ia terlihat mencari kata-kata seperti emas, Tabib di kehidupan nyata suka berbincang, dan bahkan suka tertawa dengan bebas dan sepenuh hati. Kesan pertamaku benar-benar hancur.'

Asrama lelaki.

"Jadi disini kau tinggal, huh? Dimana ruang tempat membuat ramuan?" tanya Tabib.

"Ruang membuat ramuan… hampir tidak dihitung, tapi disini." Song Shuhang menunjuk ke arah dapur.

"Ini bukannya dapur?" Tabib mengerutkan dahinya, "Masuk akal, sejak kau bilang kau menggunakan kompor induksi dan panci untuk membuat ramuan, itu hanya bisa di dapur."

Dapur, oh Tuhanku. Tiba-tiba Tabib terlihat kecewa, dan tidak bisa berbuat apa-apa tapi menghembuskan napas panjang.

Tapi, cepat-cepat ia mengatur emosinya kembali.

"Shuhang, bisakah kau membuat ramuan itu sekali lagi, dan membiarkan aku melihatnya?" tanya Tabib.

Kemarin, melalui simulasi, ia mengikuti arahan Song Shuhang untuk membuat ramuan dan menemukan beberapa bagian yang menarik.

Tapi, simulasi pembuatan adalah hanyalah simulasi, banyak yang perlu ditinjau kembali, jadi ia masih ingin melihat Shuhang membuatnya sekali lagi untuk menyakinkan seberapa detail.

"Sekarang?" Song Shuhang melihat jam- pelajaran ke 3 sudah berjalan setengah, sekarang sudah pukul 9:30 lewat sedikit.

"Apa ada masalah?"tanya Tabib, bingung.

"Tidak cukup waktu, 1,5 jam lagi, kelas pagi akan berakhir dan akan makan siang." jelas Song Shuhang.

"Oh, aku hampir lupa, orang biasa perlu makan. Repot, pendekar hanya perlu obat untuk menyelesaikan masalah kecil itu." gumam Tabib. Sesaat itu, ia bertanya lagi, "Shuhang, kau punya waktu siang ini? ayo kita buat ramuan bersama di siang ini?"

"Siang… aku ada kelas?" kata Song Shuhang. Ia bisa meminta izin, lagipula, ia sudah mempersiapkan surat izin.

"Kau ada kelas? Aku hampir lupa kau pelajar. Jadi siapa dosen kelas siangmu?" tanya Tabib dengan santai.

Pertanyaan ini membuat Shuhang tidak nyaman!

"Senior, maaf sebelumnya. Meskipun aku percaya kau senior yang terhormat, tapi aku mau tanya, apa kau berpikiran untuk mengirim dosenku ke rumah sakit?" tanya Song Shuhang dengan serius-kejadian-kejadian yang si Bulu Lembut perbuat seperti baru terjadi kemarin! Oh, bukan, itu lusa kemarin.

"Ahaha, kau berpikiran seperti itu juga? Bukankah itu ide yang bagus? Jika kau mengirim dosen ke rumah sakit, kau akan ada waktu kosong di siang hari, kan? Jangan kuatir, aku bisa mengatur kerusakan, mematahkan 1 kaki tidak masalah." kata Tabib seakan itu hal yang biasa.

Mengirim seseorang dosen ke rumah sakit karena patah kaki dengan muka datar, apa ini tradisi grup Sembilan Provinsi Nomor Satu?

Next chapter