41 Story 41 : Dari Andara Untuk Algar.

Andara menghapus sisa air matanya dengan penuh emosi, dasar lelaki tidak punya hati! Andara melanjutkan langkahnya menuju rumah, setelah dirinya selesai berkunjung ke makam tante Lea dan mendapatkan seorang tamu yang tidak diundang.

Andara membanting pintu rumahnya karena jujur saja perempuan itu masih sedikit kesal. Andara tidak melihat sepatu milik bundanya, itu artinya bundanya belum pulang dari bekerja.

Andara menatap telapak tangannya yang sedikit memerah akibat menampar Elvan sebelumnya. Apakah tamparan Andara sesakit itu? Andara merasakan tangannya yang masih lumayan panas. Andara tidak bisa membayangkan sesakit apa pipi Elvan saat ini.

Tapi, entah kenapa Andara berani melakukan itu, Andara berani menampar Elvan. Andara juga tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, tiba-tiba saja emosinya memuncak dan tangannya seolah bergerak sendiri untuk mewakili seluruh perasaannya.

Andara sedikit terkejut ketika mendengar suara ketukan pintu, perempuan itu membukanya dengan ragu. Andara merasa lega ketika mendapatkan bundanya yang baru saja pulang. Andara langsung mencium tangan bundanya.

"Baru pulang, sayang?" Andara mengangguk kecil.

"Iya, bun. Tadi ada urusan sebentar." Bundanya tersenyum kemudian memasuki rumah.

Bunda Andara menyuruh Andara untuk berganti pakaian dan bersiap untuk makan malam. Apa Andara harus bilang pada bundanya tentang Elvan yang sudah bebas? Andara hanya takut bundanya itu khawatir. Andara tidak ingin menambah beban pikiran bundanya.

Setelah selesai mandi, Andara bergegas ke dapur untuk membantu bundanya memasak.

"Bun, malam ini aku aja yang masak. Bunda tunggu di meja makan aja," ucap Andara membuat bundanya menaikkan satu alisnya.

"Tumben banget kamu, ada apa?" Andara menggeleng ragu.

"Gak ada apa-apa kok, bun. Udah sekarang bunda tunggu di meja makan, oke?" Bundanya terkekeh kecil kemudian mengangguk. Bunda Andara langsung meninggalkan dapur dan menunggu di meja makan.

Saat di kamar mandi, entah kenapa Andara kepikiran untuk membawakan Algar makan siang besok, jadi Andara barus mencoba memasak menu yang akan ia berikan pada Algar besok.

Andara memasukkan beberapa bumbu penyedap hingga harum masakannya sampai di Indra penciuman sang bunda. Andara merasakan rasa masakannya sudah cukup pas. Kalian tahu Andara masak apa? Yes, tumis cumi-cumi. Sangat harum hingga menggoda perut Andara sendiri.

Ketika sudah selesai, Andara langsung menyajikannya di sebuah mangkuk. Andara langsung melesat menghampiri bundanya.

"Wah, anak bunda masak apa ini?"

"Tumis cumi-cumi, bun. Coba bunda cicipi gimana rasanya?" Bundanya menaikkan kedua alisnya.

"Boleh, boleh," jawabnya kemudian mengambil sendok dan mencicipi masakan Andara. Bunda Andara mengangkat kedua ibu jarinya tinggi-tinggi, Andara sangat senang melihatnya, itu berarti masakannya terasa enak. Kira-kira Algar akan menyukai masakannya tidak, ya?

"Tumben kamu masak yang kayak gini," cetus bundanya. Andara berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

"Se-sebenernya aku mau masak buat Algar, bun ..." Bundanya tertawa kemudian menggenggam tangan Andara. Andara terdiam.

"Bilang dong, sayang. Bunda pasti bantu kamu, kok." Andara tersenyum kemudian mengangguk kecil.

"Jadi gimana rasa masakan aku, bun? Ada yang kurang?" Bunda Andara terdiam sebentar.

"Udah pas kok, sayang. Kamu emang hebat banget kalau udah soal masak." Andara tersenyum malu atas pujian yang bundanya berikan.

"Ya udah, kita makan malam dulu. Besok bunda bantu kamu masak, ya." Andara mengangguk setuju. Andara sangat tidak sabar, semoga saja Algar menyukai hasil masakannya.

Andara hanya ingin membuat lelaki itu senang walaupun hanya sekali. Andara tidak ingin selalu membebaninya, jadi kali ini Andara akan membuat lelaki itu senang, semoga saja.

♡♡♡

Dering alarm membangunkan Andara dari tidur nyenyaknya. Andara mengulurkan tangannya untuk mematikan alarm itu. Andara mengubah posisinya menjadi duduk kemudian mengucak kedua matanya.

Andara bangun jam 05.00, perempuan itu harus memasak dulu sebelum berangkat ke sekolah, oleh sebab itu Andara menggunakan alarm untuk bangun lebih pagi.

Andara langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai, perempuan itu langsung memakai seragamnya dan bergegas menuju dapur, bundanya sudah menunggu di sana.

Andara tersenyum kepada bundanya. Keduanya mulai memasak pukul 05.20. Cukup memakan waktu karena bumbu yang dipakai lumayan banyak sehingga membutuhkan waktu untuk meresap.

Setelah selesai, bunda Andara menyuruh Andara untuk menyicipi sedikit, dan rasanya sangat luar biasa enak. Andara tidak sabar memberikan ini pada Algar nantinya.

"Enak banget, bun." Bundanya mengangguk kemudian memindahkan masakan itu ke dalam peralatan makan yang akan Andara bawa.

Waktu menunjukkan pukul 06.10, Andara langsung berpamitan pada bundanya dan langsung berlari menuju sekolahnya. Andara sangat-sangat tidak sabar, sejujurnya Andara sudah membayangkan wajah Algar nantinya. Itu hanya membuat Andara senyum-senyum sendiri saja.

♡♡♡

Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Andara kini sedang menunggu Algar di perpustakaan. Sebelumnya, Andara juga membuat janji dengan Algar akan bertemu di sini pada jam istirahat.

Andara menarik napasnya panjang kemudian membuangnya perlahan, demi apa pun Andara sadang deg-degan saat ini.

"Ra? Sorry lama." Suara bariton itu sedikit mengejutkan Andara. Andara langsung menoleh dan tersenyum canggung pada Algar.

"I-iya ... belum lama, kok." Algar mendaratkan bokongnya di samping Andara dan menatap perempuan itu.

"Kenapa? Kok gugup?" Andara membulatkan kedua matanya, kemudian membuang mukanya.

"Engga kok, gak gugup," alibinya. Algar menaikkan satu alisnya.

"Terus? Kenapa lo manggil gue ke sini?" Andara menyatukan kedua tangannya gelisah.

"Em, sebenernya ... gu-gue mau ngasih lo ini." Andara memberikan sebuah kotak bekal pada Algar. Algar menerimanya dengan ragu karena tidak biasanya Andara memberikan sesuatu.

Algar membuka kotak bekal itu dan membulatkan kedua matanya ketika mendapatkan tumis cumi-cumi yang sangat harum, begitu menggoda perutnya.

"Tumis cumi-cumi? Buat gue?" Andara mengangguk kecil tanpa melirik Algar.

Tanpa Andara lihat, Algar tersenyum sangat lebar. Lelaki itu kemudian memeluk Andara dengan sangat erat, seperti tidak akan melepaskannya. Andara yang kaget hanya bisa pasrah dan menyembunyikan rasa malunya.

Setelah melepaskan pelukannya, Algar mengambil sendok dan memasukkan satu suapan tumis cumi-cumi buatan Andara ke dalam mulutnya. Algar langsung mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi. Andara hanya tertawa ketika melihat Algar menyantap tumis cumi-cumi itu dengan sangat lahap.

Algar menyodorkan satu sendok tumis cumi-cumi di depan wajah Andara. Perempuan itu menaikkan kedua alisnya.

"Buka mulut lo!" perintahnya. Andra mengernyitkan dahinya.

"Hah? Ngapain?" Algar menepuk dahinya.

"Lo tuh bego apa tolol, sih?" Andara merasa emosinya mulai memuncak. Kalau saja mereka sedang tidak berada di sekolah, Andara pasti sudah menampar dan memukul lelaki di hadapannya ini.

"Udah cepet buka aja mulut lo, tangan gue keburu pegel!"

Andara berdecih kemudian membuka mulutnya perlahan. Dah, yah, satu suapan berhasil masuk ke dalam mulutnya. Andara cukup terkejut karena Algar berani melakukan hal ini padahal mereka masih di area sekolah.

Andara tidak bisa berkata-kata lagi! Jantungnya sudah seperti berlari maraton. Kalian tahu bagaimana rasanya disuapin oleh pacar? Rasanya sungguh seperti terbang ke langit ke-7!

avataravatar
Next chapter