webnovel

Rumah Baruku Berhantu

Juli 2012 ....

Waktu itu, aku meminta izin kepada bapak dan ibu kalau aku berencana membangun rumah di lahan milik bapak yang cukup lebar. Tapi, tempat itu memang terkenal angker di daerahku. Kebetulan, adikku sudah menikah jadi mau tidak mau aku harus mencari tempat bernaung selain tinggal di rumah orang tuaku. Lagipula, dana saat itu juga sudah terkumpul. Karena menurut orang Jawa bahwa ada tiga pasangan dalam satu rumah itu tidak diperbolehkan. Hal itu bisa mendatangkan petaka.

Tapi saat itu, bapak berkata, "Nak, apa kamu berani menempati pekarangan itu. Disitu terkenal angker dan sampingnya ada makam lama yang memang dianggap sakral oleh daerah setempat. Pekarangan itu memang banyak ditumbuhi pohon bambu."

Dengan santainya, aku menjawab, "halah, Pak. Selagi aku gak ganggu. Mungkin "dia" juga gak akan ganggu."

Bapak sama ibu akhirnya menyetujuinya. Setelah mencari hari yang baik untuk memulai membuat fondasi, tukang dari suami tetanggaku menebangi pohon bambu yang rimbun terlebih dahulu.

Sambil aku meminta izin, "Mbah, permisi cucumu mau bangun rumah disini. Jangan ganggu ya." Dan tidak terjadi apa-apa.

Akhirnya, kebun bambu itu sudah menjadi tanah lapang yang cukup luas. Besok lusa, baru membuat fondasi dan akhirnya rumah itu dibangun sampai jadi 90 persen. Karena, ada kendala dompet sudah menipis, aku putuskan berhenti dulu. Toh, dalam waktu lima bulan, tinggal atapnya saja yang belum selesai. Sambil mencari uang untuk memasang atap rumahku.

Setiap sore ketika aku pulang kerja, aku pasti menyempatkan diri untuk membersihkan rumahku yang belum ada atapnya itu. Atap itu pasti dipenuhi daun bambu yang berjatuhan yang otomatis mengotori atap dan aku pasti harus membakar daun-daun itu. Di sekeliling rumahku memang terdapat banyak pohon bambu. Walaupun pohon bambu di sekitar lahan bapak sudah ditebang, tapi masih banyak pohon yang belum ditebang.

Di lain waktu, ketika aku pulang kerja jam empat sore, seperti biasanya aku menyapu dan aku sangat lelah. Mungkin karena tempat kerjaku tadi ramai, jadi aku harus mengerluarkan tenaga lebih seharian ini. Di rumahku itu, memang aku kasih tempat buat rebahan apabila waktu capek bisa dibuat untu rehat karena tempatnya lembap dan sangat sejuk. Karena belakang rumah itu langsung berhadapan dengan sungai, jadi masih sangat sejuk.

Waktu itu, aku ketiduran setelah membersihkan rumah. Antara sadar dan tidak sadar, aku di datangi gadis kecil yang kira-kira berusia sepuluh tahunan. Gadis kecil itu memakai gaun putih model lama dengan bawahan mekar. Di belakang gadis kecil itu, ada sosok makhluk tinggi dan besar. Matanya besar dan berwarna hitam. Makhluk itu juga memiliki tanduk di atas kepalanya. Mereka menatapi aku yang sedang rebahan di situ. Aku ingin lari dan teriak tapi tidak bisa....Matanya terus melotot, melihat aku.

Sampai akhirnya, alhamdulilah ibu datang dan membangunkanku, "isya kok belum pulang. Udah gelap ini lho, suamimu udah pulang."

Sambil terengah-engah, aku bercerita kepada ibu apa yang baru saja aku alami. Ternyata, kemarin ibu juga melihat ada sosok hitam besar yang melihati ibu di balik pohon bambu sewaktu ibu sedang membakar sampah di belakang rumahku. Tapi, ibu membiarkannya karena ibu sudah biasa melihat sosok-sosok seperti itu.

Akhirnya, pembangunan rumahku telah selesai. Malam harinya, para anak muda kumpul-kumpul di rumah aku. Pas kumpul-kumpul, eh ada yang berdiri di pojokan. Sosok perempuan yang diam saja sambil melihat anak-anak yang main gaple di teras rumahku. Mereka mengira aku yang sedang berdiri disana.

Salah satu dari anak muda menyahut, "Mbak, kopinya sudah habis. Tolong buatkan lagi. Kenapa kok berdiri di pojokan sana? Awas ada hantunya lo."

Tiba-tiba, sosok itu pergi begitu saja. Kemudian, aku berdiri di belakang anak-anak itu dan berkata, "ada apa kok teriak-teriak?"

Anak muda yang tadi meminta kopi itu langsung kaget, "Loh mbak, kamu gak disitu toh tadi?"

Sambil kebingungan, aku menjawab, "nggak, aku loh di dalam, lagi telpon suamiku."

Semua anak muda disitu saling menatap satu sama lain.

Terus, aku menambahkan, "halah, mungkin ada mbak kunti."

Tidak tahunya, semua pada ketakutan dan lari.

Akhirnya, aku ditinggal sendirian sambil langsung berteriak, "hey, mau kemana semua. Gak jadi jaga disini sampai pagi toh."

Dengan kecewa, aku membereskan cemilan dan sisa kopi yang aku sengaja sediakan untuk anak-anak muda tadi.

Sambil mencuci gelas di dapur, tiba-tiba aku mencium bunga melati yang harum sekali dan baunya menusuk hidung. Awalnya, aku membiarkan tapi pada akhirnya aku tidak kuat dengan baunya. Aku memutuskan pergi ke depan, ke rumah ibu. Sembari menunggu suamiku pulang, aku membeli cemilan lagi.

Setelah pulang, suamiku berkata, "anak-anak kok tidak ada ya?"

Aku bilang, "tadi mereka semua melihat penampakan dan aku juga mencium bau melati. Aku takut terus menunggu kamu di rumah ibu".

Singkat cerita, anak-anakku ikut tidur di rumah baru, jadi aku sudah tidak takut dan aku berpikir kan sudah ada suamiku serta memang tidak terjadi apa-apa. Tepat tengah malam, anakku menangis dan aku terbangun karena tangisannya. Pada saat itu, anakku masih duduk di kelas TK A.

Aku bertanya, "kenapa nangis, nak?"

"Bu, tadi ada yang panggil namaku, aku langsung bangun bu. Tadi ada perempuan cantik diam di depan pintu kamar, terus aku tanya kenapa kok manggil namaku. Setelah aku tanya dia, perempuan itu tersenyum terus lidahnya keluar bu sampai ke tanah," jawab anakku.

Anakku melanjutkan, "Bu, aku takut aku mau tidur sama nenek saja di depan." Lalu, aku langsung mengantar anakku.

Sambil menggumam, aku bilang sama suamiku, "masak sih, Mas? Reyhan sampai ketakutan seperti itu. Anak kecil kan tidak mungkin bohong."

Tapi, suamiku hanya bilang, "halah, mungkin dia mimpi". Tapi, aku tetap percaya kalau anakku tidak mungkin bohong atau dia bermimpi."

Hari pun berlalu dan masih belum ada kejanggalan yang lain. Kemudian, sampai suatu malam, jam setengah satu dini hari aku terbangun. Ada suara yang ramai sekali seperti di pasar. Aku membuka mata dan ingin tahu sumber suara tapi tidak sengaja aku menjatuhkan teko.

BRAKK...

Lalu, aku mendengar tiba-tiba suasana menjadi hening dan tidak terdengar suara hewan sama sekali. Keramaian yang sempat aku dengar hilang ditelan kegelapan malam.Saat aku mau kembali ke kamar, ada suara perempuan menangis tersedu-sedu

HIIIIIIHIIIIII

Suaranya terdengar sangat jelas serasa perempuan itu berdiri di sampingku. Kemudian, aku segera lari ke kamar dan menutupi mukaku dengan selimut sambil memejamkan mata. Tapi, suara tangisan itu tetap tidak hilang sampai aku tidak berani bergerak. Aku hanya menepuk suamiku sampai dia bangun, tapi lagi-lagi suara itu lenyap seakan ditelan gelapnya malam.

Suamiku bangun dan bertanya, "mana tidak ada suara apa-apa. Ah, kamu hanya mengigau sambil tidur lagi."

Tapi, aku tetap yakin perempuan yang barusan nangis tadi adalah mbak kunti. Keesokan harinya, aku bermaksud untuk membuat lubang pembuangan di bagian barat rumah. Paginya, para tukang mulai menggali untuk membuat lubang pembuangan, tapi kerjaan tersebut tidak bisa langsung kelar dalam sehari. Malam harinya, aku kembali didatangi oleh anak kecil pada saat tidur.

Waktu aku ketiduran dulu, dia berkata, "Mbak, rumahku jangan dirusak. Itu rumahku yang mbak buat untuk lubang pembuangan itu. Jangan dirusak rumahku, Mbak."

Aku hanya terdiam. Sampai akhirnya pagi datang dan pak tukang datang untuk melanjutkan pekerjaannya.

Aku bilang, "Pak, jangan dilanjutkan membuat toiletnya."

Pak tukang bertanya ada apa dan aku cerita kalau semalam aku didatangi sama yang punya rumah ini dan dia berkata toiletnya itu persis di rumahnya. Dengan berat hati, akhirnya pengerjaan toilet dilanjutkan di pekarangan yang lain. Tapi, aku meminta pak tukang untuk menutup lubang yang kemarin sempet dibuat dengan tanah bekas galiannya itu.

Ketika pengerjaan toilet berpindah di sebelah timur rumahku, anehnya anak kecil itu datang lagi. Dia tersenyum melihat aku dan berterimakasih karena tidak jadi menghancurkan rumahnya.

Dia berkata, "Mbak, aku disini tidak nakal. Aku hanya nungguin bapak."

Aku bertanya, "Apakah bapakmu yang pernah mendatangi aku pertama kali itu?"

Dia menggelengkan kepalanya sambil berbicara kalau sesungguhnya dia sudah lama tinggal disini sebelum aku lahir. Aku langsung kaget. Dia menjelaskan dia tidak akan mengganggu aku kalau aku juga baik sama dia. Aku bertanya siapa namanya. Dia sedih dan kembali mengelengkan kepalanya, tidak tahu namanya siapa.

Setelah kejadian itu, aku tersadar dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Kalau siang memang rumahku kosong karnea aku dan suamiku berkerja. Anakku kusuruh tinggal di rumah neneknya saja daripada terjadi hal yang tidak diinginkan.

Suatu malam, dia datang lagi dan bilang, "Mbak, si adik aku ajak main ya. Aku tidak nakal kok."

Yang dimaksud adik itu anakku. Aku mengiyakan saja permintaannya. Aku lihat dia dan anakku saling bermain. Di tengah mereka asyik bermain, aku jadi teringat aku melihat rumah yg aku bangun itu seketika berubah menjadi rumah jaman duluyang memiliki empat tiang di dalam rumah.

Aneh..

Padahal, rumahku termasuk bangunan baru. Di dalam mimpiku, aku melihat sosok makhluk menyeramkan yang pernah aku lihat pertama kali ada di depan pagar rumah. Dia yang menjaga rumah ini. Aku terus memandanginya seakan-akan dia juga sosok penjaga anak kecil itu.

Sampai aku mendengar suamiku memanggil namaku. Aku terbangun dari tidur dan suamiku bilang anakku terkena demam. Ini sangat aneh. Malam dimana aku bermimpi anakku bermain dengan anak kecil itu. Paginya, anakku langsung demam dan sampai tiga hari panasnya tidak turun. Aku mulai takut dan mulai mengaitkan kejadian ini dengan mimpi yang kualami. Tidak mungkin semua ini kebetulan. Tapi, suamiku tidak pernah percaya.

Sampai suatu malam, suamiku membangunkanku kalau ada orang yang menangis dan tertawa cekikikan.

Sembari aku berusaha membuka mata, aku bilang, "tuh kan, apa kubilang kamu tidak pernah dengar."

Nah dari malam itu, serentetan kejadian aneh mulai terjadi. Setiap jam setengah dua belas, selalu terdengar suara perempuan menangis sampai jam setengah satu dan habis itu perempuan tersebut ketawa cekikikan sampai jam dua malam. Ada juga televisi mati sendiri, lampu menyala sendiri sampai suara letokan. Kalau kejadian-kejadian tersebut, aku tidak terlalu ambil pusing, aku berpikir mungkin saja ada aliran listrik yang lagi tidak benar.

Tetapi, ada satu kejadian yang meembuat aku dan suamiku takut bukan main. Aku memiliki peliharaan ayam yang selalu tidur di atas pintu. Di samping pintu itu, ada pohon mangga. Biasanya ayamku juga tidur di dekat pohon. Sampai, suatu ketika ayamku mati dengan leher hampir terputus seperti habis digigit.

Tiap malam selalu ada yang menangis dan ketawa cekikikan. Sungguh aneh, padahal ayamku sudah mati, tetapi tetap saja ada yang ketok-ketok.

"Ada kejadian apalagi nih," batinku

Mulai disitu, aku sudah mulai tidak nyaman tidur disitu dan setiap kali aku sama suami kerja, pasti tetangga ada yang bilang kalau aku sedang ada di depan rumah. Ada sosok yang persis menyerupai aku. Tapi, tiap ditegur, sosok itu tidak pernah membalas. Hanya diam saja. Dikira tetangga aku lagi sakit atau apa karena waktu melihat aku, mukaku tampak pucat dengan pandangan kosong.

Suatu hari, tetangga pernah menegurku, "kalau siang, kamu sombong sama tetangga. Disapa tidak mau balas."

Aku hanya kebingungan dan mencoba berkilah mungkin aku tidak dengar. Aku bilang seperti itu supaya tetanggaku tidak takut. Padahal, setiap siang, aku tidak pernah ada di rumah dan rumah selalu aku kunci.

Sampai suatu malam, aku teringat belum shalat Isya. Suami sudah tidur waktu itu. Jam menunjukkan pukul setengah satu malam. Aku mengambil air wudhu di luar rumah dan untung masih tidak ada apa-apa. Walaupun takut, sehabis wudhu aku langsung masuk ke dalam rumah, ambil mukena dan shalat. Rakaat pertama tidak terjadi apa-apa. Pada saat rakaat kedua, baru ada kejadian aneh. Ada yang menghantam tembok keras sekali.

GUBRAKK

Aku kaget tapi tetap melanjutkan shalat. Suara itu tetap ada sampai aku selesai shalat. Sehabis shalat, aku membaca doa istigfar dan ayat kursi. Tiba-tiba, ada suara orang menggeram.

HHHHMMMMMM

Suaranya keras sekali sampai aku ketakutan. Setelah itu, aku melihat ada perempuan duduk di kursi sambil menatap aku. Aku lari dan membangunkan suami. Aku tidak kuat dan meminta suamiku untuk menjual rumah. Walaupun rugi, tidak apa-apa asal bisa pergi dari rumah ini.

Sampai, ada orang yang membeli rumahku dan baru menempatinya semalam, sudah ada penampakan perempuan memakai baju putih dengan rambut panjang merangkak di kolong meja. Orang baru tersebut langsung pindah keesokan harinya dan sampai sekarang tidak ada yang menempati rumah tersebut.

Melalui mata paranormal, bahwa sosok yang ada di rumah tersebut murka karena pohon bambu tempat bersarangnya telah aku tebang habis.

Facebook Author: Latiefa Setiyawan