1 Prolog (Kartu Favorit)

Bertemu di jalan

Tapi aku tidak bisa tahu dengan jelas

Apakah itu dia

Karena bulan tengah malam

Awan telah menghilang

Murasaki Shikibu (Hyakunin Ishuu,57)

"Aku selalu berfikir saat aku bertemu dengannya, diapun hilang lagi entah kemana, seorang teman yang selalu ditunggu tunggu"

"Ibu"…..imbuh sang anak dengan wajahnya yang masih polos, umurnya genap 4 tahun. Namun dia terlihat sebagai anak yang pintar. Menghampiri ibunya yang masih sibuk memotong wortel diatas talenan kayu bewarna coklat yang tidak terlalu tebal. Sepertinya sang ibu hendak menyiapkan makan malam.

"Hmm ?" jawabnya dari seorang wanita yang dipanggil ibu tadi, sang ibu yang memakai Bib apron berlatar bunga sakura dan rambut panjangnya yang diikat kebelakang, masih belum menoleh kepada putra kecilnya yang berada disampingnya sekarang. Matanya masih sibuk pada kegiatannya saat ini.

"Ibu aku boleh bertanya tidak?" pinta sang anak sambil mencoba menggapai ujung baju ibunya yang lebih tinggi darinya. Tangan kecilnya terus mencoba menarik nya walaupun kekuatannya belum seberapa, tujuannya hanya ingin sang ibu menghentikan sejenak pekerjaannya.

"mm? memangnya Ken mau nanya apa sayang? Sambil menghentikan pekerjaannya dan mencoba untuk jongkok menyesuaikan tinggi badannya dengan sang anak. Ken nama yang cukup indah untuk seorang anak laki-laki yang tingginya belum mencapai 100 cm, memakai baju orange serta bergambar panda, kulitnya yang putih, matanya yang tidak terlalu sipit, dan rambutnya yang hitam pekat.

Merasa berhasil kali ini untuk mendapatkan perhatian ibunya yang sejak tadi sibuk di dapur, ia pun tersenyum dengan wajah polosnya yang begitu menggemaskan.

" Nee, Ken penasaran kenapa ibu dulu jadi atlet renang? Tanyanya dengan wajah berbinar binar khas anak kecil yang lagi penasaran akan sesuatu.

"kata kakek, tidak ada seorangpun di keluarganya dulu jadi atlet renang kecuali ibu" lanjutnya sambil tetap mempertahankan wajah penasarannya.

"ehh??" kata sang ibu sambil bingung dan memasang wajah sedikit merona, dia tidak menyangka sang anak akan bertanya hal ini, awalnya dia kira mau menanyakan sesuatu seperti apa yang mau dimakan hari ini atau yang lainnya . Dia tahu putranya ini seorang yang berpikiran lurus dan sangat pintar, jadi bukan saatnya bingung melihat ia bertanya hal ini.

"mmm" sang ibu pun berfikir, sebenarnya ia tidak berniat untuk menanggapi pertanyaan putranya tersebut dengan serius tapi melihat wajah sang anak yang begitu penasaran dan hal tersebut begitu manis menurutnya, ia pun tidak ingin mengecewakan putranya ini.

Sang ibu pun tersenyum sambil memasang wajah malu dan pipi yang agak memerah

"Apa itu karena ayah?" lanjut Ken yang melihat ibunya tersenyum-senyum begitu. Ya dia tahu ayah dan ibunya ini adalah mantan perenang yang sudah go internasional, tapi dia tidak pernah tahu alasan keduanya jadi begitu hebat.

"Aaa,,hhee,, bukan begitu,,karena apa ya? Jawab sang ibu sambil berdiri yang sudah mulai kehilangan kata katanya, tersenyum sambil terus memikirkan apa yang akan mau dijawabnya.

"mm?" pikir Ken yang bingung terhadap tanggapan ambigu dari ibunya ini, merasa tidak puas. Ken memanggil manggil ibunya yang sudah bingung sambil senyum senyum ini.

"Bukan begitu" jawab sang ibu sambil kembali menyesuaikan tingginya dengan putranya itu.

"Waktu itu ibu hanya berfikir ingin jadi terkenal, mungkin dengan mencoba sesuatu yang berbeda, ibu bisa mendapatkan apa yang diinginkan serta pengalaman yang menyenangkan" jawab sang ibu dengan wajah tenangnya sambil tersenyum manis dan mengusap lembut rambut hitam putranya itu.

" Ingin jadi terkenal? Apa itu untuk membuat banyak orang mengakui dan mengenal kita?...tanya polos ken pada ibunya

"Iya, salah satunya begitu" jawab sang ibu sambil berdiri kembali dan hendak memulai kembali aktivitasnya yang sempat tertunda tadi.

"Ken,, bukannya sekarang waktunya kamu main karuta dengan kakek, bukankah kalian sudah janji kemaren untuk berlatih karuta, katanya Ken mau ikut pertandingannya akhir tahun ini"…..Tanya sang ibu sambil kembali memotong wortel yang masih bersisa.

"Iya, tapi tadi kakek lama sekali, aku jadi malas menunggunya jadinya aku kesini, palingan juga tadi kakek habis main game di kamar…" jawab ken sambil melipat kedua tangannya dan memasang wajah cemberut khas anak kecil yang mungkin lebih terlihat menggemaskan.

"Hahaha... kamu mengajarkan bermain game padanya sih, jadinya ya begini"

sahut sang ibu sambil tertawa.

"kalau begitu aku mau ke kamar kakek dulu ibu" ucap Ken dan mulai meninggalkan ibunya di dapur.

"mm selamat berlatih, kalau sudah saatnya makan malam nanti ibu panggil ya" sahut sang ibu

"Baikk" jawab ken yang sudah beranjak hendak menuju kamar sang kakek.

Hari itu, di sebuah rumah yang lumayan bagus, berlantai dua dengan cat putih dan taman di depan yang berbentuk simetri serta cukup luas, juga terdapat tempat parkir mobil dengan pintu berwarna abu abu.

Sesuai janjinya dengan sang kakek, Ken pun mulai berlatih dengan kakeknya. Di ruang keluarga yang cukup luas, terdapat satu TV di depannya serta bunga dengan Vasnya bercorak burung merak terletak disamping TV tersebut. Dan alas tikar Tatami yang sengaja digunakan waktu itu untuk bermain Karuta. Permainan karuta adalah permainan tradisional jepang yang sering diadakan pada akhir tahun, terbagi atas dua jenis permainan yaitu Iroha Garuta yang biasanya dimainkan oleh anak kecil yang baru belajar huruf dan Uta Garuta yang berisi 100 puisi dari 100 penyair yang terpilih atau biasa disebut Hyakunin Ishuu, ini biasanya dimainkan oleh remaja dan dewasa yang sudah lancar membaca.

Sang kakek pun mulai mengajarkan dan memperkenalkan permainan Iroha garuta pada sang cucunya itu, karena ini baru pertama kalinya bagi Ken bermain Karuta. Anak itu hanya ingin mengikuti festival tahun baru nanti bersama teman-temannya dengan bermain karuta di acara tersebut. Selain memperkenalkan dan mengajarkan bermain Iroha garuta, sang kakek pun juga memperkenalkan 200 kartu dari Uta garuta.

"Itu yang Uta garutanya ya kek" Tanya Ken pada sang kakek yang sedang membuka kotak persegi yang tidak terlalu besar, warnanya hijau kecoklatan dan didalamnya berisi banyak kartu-kartu yang pada saat itu Ken yakin itu isinya adalah 100 puisi yang dimaksud.

"Iya, bentuknya mungkin tidak seperti baru lagi, karena ini dibeli pada saat ibumu masih kecil." Jawab sang kakek

Kartu untuk permainan Uta Garuta sedikit berbeda dengan Iroha Garuta karena disini kita bermain dengan salah seseorang bertugas membacakan puisi dari kartu Yomifuda atau kartu baca dengan isi puisi lengkap dan tugas kita serta lawan adalah mencari sambungan puisi yang tepat dari yang dibacakan yang disebut kartu Torifuda yaitu kartu ambil berisi 2 bait puisi lanjutannya. Sedangkan Iroha Garuta biasanya berisi pribahasa yang dibacakan seseorang dan beberapa anak yang bermain mencari gambar yang sesuai dengan pribahasa tersebut, seseorang yang paling banyak mengumpulkan kartunya adalah pemenangnya.

Sang Kakek pun mulai meletakan 100 kartu Yomifuda satu persatu diatas Tatami tersebut menyusunnya dengan sepuluh baris dan kolom. Kartu itu berisi Puisi dengan susunan 5-7-5-7-7 lengkap dengan gambar dari penyair puisi tersebut. Sang kakek hanya ingin memperkenalkan kartu Hyakunin Ishuu ini pada cucunya karena dia tahu cucunya ini adalah anak yang selalu penasaran dan juga pintar, dia senang dengan hal itu.

"Waah, banyak sekali, ini semua isinya puisi kan, aku belum pandai membaca Kanji apa kakek mau memberitahuku makna semua puisi di kartu ini" ucap Ken antusias sambil memandangi kartu karuta yang ada dihadapannya itu.

"Hahaha, aku sudah tua, ingatanku tidak terlalu baik kali ini, aku tidak bisa menjelaskan seluruh makna puisi ini" jawab sang kakek dengan senyum hangat pada cucu kesayangannya itu. Ia sangat bangga cucunya ini memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

"yaa,,,kupikir kakek membuka kartu ini dan memperlihatkannya padaku dengan tujuan ingin menjelaskan nya " ucap Ken sambil memasang wajah cemberutnya yang begitu menggemaskan.

"Jangan kecewa begitu, aku menunjukkannya padamu agar kau bisa memilih kartu favoritmu"ucap sang kakek

"Kartu favorit?"Tanya ken sambil memiringkan kepalanya tanda ia bingung.

"Iya, kartu yang kau suka dan menjadi kisah nyata hidupmu nanti, kau akan memulainya dari sini" ucap sang kakek sambil tersenyum hangat

"Tapi aku belum tahu makna puisi nya, bagaimana bisa aku memilih," ungkap Ken dengan rasa percaya diri.

"haha benar juga,,kalau begitu jadikan ini tugas pertama dariku, anggap saja ini bagian dari latihan karuta kita hari ini, Ken bisa memikirkannya nanti jika sudah mengerti ya" pinta sang kakek

"Tapi dulu ibumu, waktu pertama kali ku perkenalkan karuta padanya ia bisa memilih kartu favoritnya." Lanjut sang kakek

"Ehh benarkah" sahut Ken yang mulai kembali antusias, anak ini memang selalu tertarik terhadap kisah ayah dan ibunya.

"Iya, ini kartu favorit ibumu" tunjuk sang kakek pada karuta di depanya, ia masih ingat kartu favorit putri semata wayangnya itu. Kartu karuta yang ditunjuknya yaitu bernomor 57 sesuai dengan yang tertera pada kartu tersebut.

"memangnya kartu ini maknanya apa, apa kakek tahu?" Tanya Ken sambil mengambil kartu yang ditunjuk kakeknya tadi

"kalau soal itu, Ken bisa tanyakan sendiri pada ibumu" senyum sang kakek sambil merapikan kembali kartu karutanya dan berniat untuk memasukkannya kembali ke dalam kotak.

"Yaaaaaaaa" sahut Ken dengan rasa kecewa.

"Ibu selalu saja memberi jawaban yang tidak bisa kumengerti kalau soal cerita masa lalu" ucap Ken dengan raut wajah yang kurang puas sambil membantu kakeknya merapikan kembali kartu karuta tesebut. Hari ini Ken selalu dapat jawaban yang tidak memuaskan padahal hari ini adalah hari spesialnya.

Seorang wanita, yaitu ibunya Ken yang dari tadi sibuk di dapur menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya itu. Sepertinya ia masak banyak karena ingin mempersiapkan pesta kecil malam ini untuk sang putranya yang sedang berulang tahun.

"kartu favoritku, kartu 57 Meguri ai te, waktu itu kurasa kartu tersebut yang menggambarkan isi hatiku dan membuatku melangkah dijalan yang benar benar asing bagiku namun ini yang kuinginkan, puisi yang menggambarkan hilangnya seorang teman yang sudah ditunggu lalu hilang lagi sekejap mata" ucap wanita tersebut dalam hatinya dengan senyum yang lirih, sambil mencoba meletakkan beberapa hidangan yang sudah ia buat tadi diatas meja makan yang tidak terlalu besar dengan desain gambar seperti pucuk teh yang indah,. Beberapa saat yang lalu saat putranya menanyakan tentang masa lalunya dan hendak ingin bermain karuta, ia menjadi begitu teringat kembali dengan perjuagannya untuk menggapai sesuatu.

"ibu tidak perlu memberi tahumu Ken, kenapa dulu ibu menjadi perenang, karena kau sendiri sudah menjawabnya" wanita itu pun tersenyum indah dan berniat untuk memanggil keluarga kecilnya itu untuk makan malam spesial hari ini.

"Hari ini ulang tahun kuuuuu" Teriak Ken girang.....

avataravatar
Next chapter