1 Dreamer

**********

Awal Mula Keanehan Part 1

*********

Hari - hari yang berlalu seperti biasanya kini perlahan telah berubah. Keanehan - keanehanpun muncul perlahan. Disaat aku sedang istirahat sepulang kuliah, saat itu jam di tanganku menunjukan pukul 16:00 aku sedang duduk - duduk di teras depan kampus, sambil menikmati angin yang berhembus sejuk aku membuka ponselku dan mulai melihat instagram. Halaman demi halaman telah kulihat, namun seketika itu kumelihat instagram idolaku Runi baru saja memperbaruhi statusnya.

Saat itu aku mulai tertarik untuk melihat postingannya.

"Astaga, idolaku ternyata lucu sekali." spontan terlontar begitu saja dipikiranku.

Wajahnya yang cantik dan gayanya yang lucu membuatku tersipu - sipu saat melihat postingan foto di instagramnya. Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi aku melihat komentar – komentar dipostingan tersebut.

"Astaga ternyata besok lusa dia akan datang sebagai bintang tamu di acara cosplay pada hari minggu." bicaraku dalam hati.

Tepat pukul 16:30 aku mulai berjalan pulang ke kos. Kos tempatku tinggal tidak jauh dari kampus tepat kuliahku, dengan berjalan kaki mungkin sekitar 10 menit aku sampai di kos tempat istirahatku. Kamar yang tidak terlalu besar namun nyaman untuk ku beristirahat dan menghilanghkan penatku.

Sesampai di kos, ku istirahatkan badanku sejenak, seketika mataku mulai terpejam. Dering suara ponsel mulai terdengar akupun terbangun dan kulihat ponsel ku, ternyata sahabatku Rei menelefon.

"Ada apa Rei, kau mengganggu tidurku saja." jawabku sedikit kesal karena tidurku terganggu.

"Ayo cangz." jawab Rei.

Cangz merupakan kata yang sering kita gunakan yang artinya cangkruk atau berkumpul, biasanya kita cangz di cafe dekat tempat kuliah Rei. Tempatnya agak jauh dari kosku namun demi sahabatku dimanapun akan ku datangi.

"Ok siap, tunggu saja ditempat biasanya ya sebentar lagi aku meluncur ke tempat." jawabku.

Setelah Rei menutup telfonya aku mulai bergegas mandi dan bersiap - siap untuk berangkat. Setelah semuanya siap aku mulai bergegas untuk segera berangkat.

Sesampainya ditempat, Rei pun menyambutku.

"Hei Ryo, sini cepat." Rei menyapaku dengan nada riang. Seolah - olah dia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku.

Setelah kuparkir kendaraanku dan memesan secangkir kopi aku bergegas mendatangi meja dimana Rei berada.

"Ada apa Rei, sepertinya kau lagi senang kali ini." ucapku sambil sedikit mengejek.

"Iya, ada kabar gembira ni." balas Rei.

Seketika aku memikirkan sesuatu, apa yang akan Rei bicarakan kali ini.

"Hmm.... Soal event minggu besok kah?"

Rei pun terkejut dan membalas perkataanku, "Kamu sudah tau rupanya? Iya betul soal event yang akan datang idolamu tu dia jadi bintang tamu diacara besok, kamu datang nggak?"

"Jelas datanglah, kapan lagi aku bisa bertemu dia coba." dengan spontan aku membalas.

"Dasar wibu, hahaha." balas Rei sambil tertawa lepas, "Baiklah, kalo begitu besok kita langsung ketemu di event ya."

Aku membalas obrolan rei dengan sedikit candaan "Besok? Besok masih sabtu bro... Kamu mau bantu - bantu panitia buat persiapan?"

"Astaga... Besok minggu lah." balas Rei dengan sedikit agak kesal.

"Besok masih sabtu woi, sadarlah kau rei hahahaha." jawabku dengan sedikit candaan.

"Terserah lah.... Yang penting kamu senang." balas Rei dengan nada menyerah.

Kami berbincang - bincang mengenai apa yang akan kita lakukan dihari minggu esok. Tak terasa waktu berlalu, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke kos masing - masing.

Setelah sampai di kos, aku mulai mengistirahatkan badanku dan mulai membuka akun media sosialku, tanpa kusadari tiba - tiba mataku mulai terasa berat, pengelihatanku mulai kabur dan suasana disekitar menjadi gelap. Tiba - tiba aku berada disebuah halte bus.

Aku duduk menunggu datangnya bus, entah dengan tujuan kemana aku tak menyadarinya. Seketika aku teringat tentang event yang aku bicarkan dengan sahabatku Rei. Tak selang beberapa lama kemudian sebuah bus datang, tanpa pikir panjang aku berjalan memasuki bus tersebut. Sesampainya didalam bus aku beranjak mencari kursi yang kosong. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah kursi kosong yang terletak hampir diujung akhir bus, tepat didekat jendela terdapat seseorang wanita berambut panjang yang cantik dan manis sedang melihat kearah jendela. Akupun duduk dikursi kosong tepat disamping wanita tersebut, tak lama setelah aku duduk terdengar suara yang lembut dan ramah dari sebelah kiriku.

"Maaf mas, kalo saya mau ke Tunjungan Plaza saya harus berhenti dimana ya?"

Suaranya yang lembut dan merdu membuatku terdiam sejenak. Sektika itu aku teringat Tunjungan Plaza adalah tempat diadakanya event Japan X Cross.

"Tujuan kita sama kok mbak, nanti mbak bisa ikut turun sama saya."

Sekilas aku menatap kearah wajah wanita tersebut dan muncul perasaan bahwa sepertinya aku mengenalnya, namun dengan sebuah kacamata yang dia pakai aku sedikit ragu untuk meyakinkan bahwa aku mengenalnya. Selama perjalanan kami berdua saling terdiam tanpa adanya kata - kata yang terucap. Tak lama kemudian akhirnya sampai juga.

"Mbak, kita sudah sampai kita bisa turun disini."

wanita tersebut sedikit terkejut dan mulai berjalan mengikutiku turun dari bus.

Setelah kami keluar dari bus aku mulai memberanikan diri untuk bertanya.

"Maaf mbak, apakah mbak mau ke acara Japan X Cross."

"Iya betul mas, mas juga mau kesana?"

"Iya mbak."

Selang beberapa saat ketika kami berjalan menuju Tunjungan Plaza tepat didepan pintu gerbang tempat dimana kendaraan akan masuk menuju ke tempat parkir , tiba - tiba sebuah mobil melaju kencang kearahku, untungnya disaat itu aku sempat melihat kearah belakang sehingga tanpa pikir panjang aku mulai menarik wanita yang berada disamping kananku kearah kiriku agar terhindar dari mobil yang melaju kencang. Mungkin karena geraku yang terlalu lambat atau mobil tersebut yang melaju sangat kencangnya wanita yang berada disebelah kananku tadi telah berpindah disebelah kiriku tetapi musibah yang menimpaku, kacamata wanita tersebut terjatuh dan aku terserempet kaca spion mobil tersebut. Tamparan spion mobil tersebut mengenai siku tanganku. Luka akhirnya membekas ditanganku, rasa sakit dan nyeri menjadi satu.

Dalam hati aku berkata "astaga... Apesnya aku..."

Namun sekilas aku terkejut setelah menatap wajah wanita disampingku, ternyata dia adalah Runi seorang cosplayer idolaku. Seketika rasa kagum dan sakit bercampur jadi satu, seketika itu Runi mendekatiku dan langsung menarik tanganku.

"Sini coba kulihat lenganmu."

Mungkin karena suara benturan yang cukup keras tadi yang membuat Runi khawatir tentang tanganku.

"Gapapa kok mbak Runi cuma lecet saja." balasku dengan menahan rasa nyeri yang lumayan sakit.

Seketika itu Runi mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya

"Untung aja aku selalu bawa kotak p3k, sini biar ku obati lenganya."

Runi mengeluarkan sebotol alkohol kecil dan sebuah kapas, dia mulai membersihkan luka ku dengan alkohol dan kapas yang ia keluarkan dari kotak p3knya. Rasa nyeri yang sangat muncul saat Runi membersihkan lukaku.

Seketika aku berkata, "Gapapa kok mbak Runi."

"Kok mas tau aku?" Runi membalas dengan wajah terkejut.

Dengan menahan rasa sakit yang bercampur dengan rasa gerogi aku mulai berkata, "Aku salah satu fans mbak Runi."

Runi sedikit terkejut dan tanpa sadar luka disikuku tertekan cukup keras.

"Astaga... Aku ditolong fansku ternyata." dia menjawab dengan senyuman yang sangat manis.

Namun seketika aku merespon rasa sakit akibat tekanan disikuku, "Aduh..."

Seketika itu Runi mulai sadar bahwa bekas lukaku tadi tertekan dan ia mulai melepaskanya.

"Aduh... Maaf, Kalo boleh tau nama mas siapa ya?"

"Lucky mbak, eh salah.... ryo nama ku mbak Runi."

"Hayooo Lucky apa Ryo?" balas Runi dengan sedikit kebingungan.

Entah kenapa terlontarkan nama tersebut, "Siapa nama Lucky ini? kenapa tiba - tiba aku mengucapkan nama tersebut."

"Halooo... Lagi ngelamun ya?" suara Runi terdengar dan menyadarkanku dari kebingunganku sesaat.

"Ryo mbak nama saya."

"Gak usah panggil mbak, mas Ryo panggil Runi aja." balas Runi.

"Iya Runi, oh ya jangan panggil mas juga ya panggil dek aja gapapa." jawabku sambil sedikit memberi kesan candaan.

"Astaga.... Udah gede gini minta dipanggil dek, dasar Ryo."

"Yasudah ayok Ryo kita masuk, gak enak didepan gini banyak yg ngeliatin dari tadi."

Entah ada angin apa tiba - tiba Runi memegang tanganku dan menariku untuk masuk ke mall tersebut.

Setelah sampai didalam mall, seketika Runi melepaskan tanganku.

"Maaf Ryo aku menarikmu tadi soalnya aku gak nyaman didepan banyak yang ngeliatin."

Astaga perasaan yang bercampur jadi satu membuatku sangat bingung dan sedikit canggung.

"Iya gapapa kok."

"Ayok kita jalan - jalan sebentar aku mau mentraktir mu, ayok kita beli minuman dulu" jawab Runi sambil berjalan.

Seketika itu prasaan aneh dan tak nyaman muncul sekilas dari benak ku, aku tersadar bahwa yang sedang ku alami ini adalah sebuah mimpi. Disaat aku tersadar seluruh orang yang berada disekitarku terdiam. Waktu seolah berhenti namun dari kejauhan terlihat seseorang yang berjalan mendekat kearahku. Dengan sebuah topeng diwajahnya dan pakaian jubah putih panjang seperti yang dikenakan para dokter dilengkapi dengan sepasang sarung tangannya.

Dia berkata " kekuatan yang besar memiliki tanggungjawab yang besar pula".

Dengan sekejap pria tersebut menghilang. Tak lama setelah itu suasana disekitarku terasa aneh, seluruh dinding mall berubah menjadi hitam dan lantai - lantai perlahan mulai berjatuhan. Ingin rasanya bergerak dan berlari namun seluruh tubuhku tak dapat kugerakan hingga akhirnya aku ikut terjatuh bersama lantai - lantai yang berjatuhan.

Aku terkejut dan mulai terbangun. Disaat aku terbangun aku merasakan sebuah perasaan yang aneh bercampur - campur sehingga membuatku menjadi linglung.

Cukup lama perasan tersebut berbaur didekatku, hingga akhirnya aku merasakan rasa nyeri ditanganku. Tanpa pikir panjang aku melihat tanganku, aku terkejut melihat luka yang berada ditanganku. Seketika aku terkejut melihatnya, tanpa pikir panjang aku mulai mencari ponsel ku dan mulai menghubungi sahabatku Rei.

"Hei Rei, semalam aku bermimpi aneh."

"Astaga ni orang.... jam berapa sekarang woi...." jawab Rei dengan nada kesal.

Seketika itu aku mencoba melihat jam di ponselku.

"Astaga... Ternyata masih jam 2 malam, maaf Rei kukira sudah pagi." ucapku sambil merasa bersalah telah mengganggu sahabatku yang sedang tertidur.

"Maaf rei, aku terbangun dari tidurku karena sebuah mimpi yang aneh. Jika kau tak keberatan aku ingin berbagi cerita denganmu nanti, ayo kita cangz ditempat biasa. Aku akan menghubungimu lagi nanti, maaf Rei aku telah mengganggu tidurmu."

Setelah mengakhiri panggilanku, sejenak aku terdiam dan memikirkan apa yang sedang terjadi padaku.

Dinginya malam dan rasa nyeri disiku lengan membuatku tidak dapat berfikir dengan tenang. Ku ambil earphones lalu kuputar lagu diponselku, ku putar lagu - lagu yang dapat menenangkanku. Perlahan demi perlahan perasaan gelisaku mulai menghilang, dan kusandarkan badanku didinding. Tak butuh waktu yang lama hingga mataku mulai terpejam.

Perlahan kubuka mataku suasana yang baru dan tempat yang belum pernah kukunjungi terlihat jelas disaat seluruh mataku terbuka. Tepat dipinggir jalanan yang cukup gelap dengan pencahayaan lampu - lampu jalanan yang redup.

Kutelusuri jalan dan kulihat sekeliling, suasana yang cukup gelap dan sangat hening membuatku semakin bingung. Tidak lama kemudian aku melihat seseorang sedang duduk dipinggir jalan. Kudekati orang tersebut, dari dekat ku amati orang tersebut. Sesosok wanita dengan rambut yang terurai panjang menggunakan pakaian serba hitam sedang menangis. Terdengar suara yang cukup pelan.

"Maafkan aku.... ****, Ini semua salahku."

Seketika setelah wanita tersebut mengucapkan kata - kata, tubuhku terasa kaku dan seluruh tempat tersebut berubah menjadi semakin gelap.

Dari kejauhan terlihat setitik cahaya, perlahan demi perlahan titik tersebut mendekat hingga terlihat jelas titik tersebut adalah seseorang dengan jubah dan pakaian serba putih dan sebuah topeng diwajahnya. Dia mendekat kearahku semakin lama semakin dekat, hingga dia berada tepat dihadapanku. Dia mendorongku cukup keras, seketika itu tubuhku terasa seperti terjatuh. Hentakan dorongan yang cukup keras membuat seluruh aliran darahku terpacu sangat kencang, seketika itu aku terbangun dari tidurku.

"Mimpi yang aneh lagi..." Ucapku dengan terengah-engah.

***********

Awal Mula Keanehan Part 2

***********

Cahaya matahari pagi mulai masuk melalui celah – celah pintu dan jendela kamarku. Perasaan bingung masih menyelimuti pikiranku, seketika itu aku beranjak menuju kamar mandi. Kupikir setelah mandi pikiranku mulai terasa jernih Kembali tetapi tetap saja. Kududuk terdiam, sebesit terpikirkan sesuatu.

"Sebenarnya apa yang sedang terjadi padaku?"

"Siapa orang berbaju putih itu?"

"Apa maksud dari perkataanya?"

"Siapa wanita itu?

"Kenapa dia menangis dan siapa yang dia maksud?" aku berbicara dalam hati sambil memikirkan semua yang telah terjadi padaku.

Kulihat jam di ponselku tepat pukul 08:00, dan kubuka aplikasi chat di ponselku. Ku kirimkan pesan untuk Rei sahabatku.

Rei, sebentar lagi aku berangkat.

Kutunggu di tempat biasa ya.

Tak lama setelah kukirim pesan , ku mulai bergegas menuju ke café tempat dimana aku dan Rei bertemu dan berbagi cerita. Tak lama setelah ku sampai di café , kuparkirkan kendaraanku dan mulai berjalan masuk. Tempat yang begitu tenang dan nyaman, kursi dan meja yang tertata rapi dan bersih. Bersihnya lantai dan aroma wewangian yang membuatku dan Rei betah berlama – lama ditempat ini. Entah itu hanya sekedar berbincang – bincang atau bermain game untuk menghilangkan Stres dan penat kami seharian. Tepat di meja kasir aku memesan secangkir kopi dan camilan.

"Kok tumben pagi sekali datangnya mas?" tanya penjaga café.

"Iya mas, lagi jenuh di kosan." Jawabku sambil mengeluarkan uang pecahan dua puluh ribu untuk membayar pesananku.

Perlahan kuberjalan ke tempat dimana aku dan rei biasanya duduk. Dua baris dari bangku paling pojok, tepat di bawah kipas angin. Sejuknya hembusan dari kipas angin membuatku sedikit mengantuk. Ku ambil ponsel yang berada di dalam tas. Sambil menunggu datangnya Rei aku mulai membuka instagram kulihat postingan Runi. Beberapa postingan foto terbarunya mulai meracuniku, senyumannya yang manis dan gayanya yang lucu dan imut membuatku tersipu – sipu sendiri melihatnya. Kulihat juga komentar – komentarnya, beberapa komentar mengatakan hal yang sama seperti apa yang aku pikirkan. Terlalu asik aku melihat foto – foto dan komentar di instagram Runi membuatku lupa watku.

"Hayoo, lagi mikirin apa kamu?"

suara yang keras dan sentuhan di pundak membuatku terkejut.

"Astaga Rei, kamu ternyata. Ini lagi ngelihatin instagramnya Runi. Gara – gara mimpi semalam aku sampai kepikiran terus."

Seketika itu ekspresi wajah Rei terlihat berbeda mungkin dia teringat sesuatu tentang perkataanku di telfon semalam.

"Oh ya Ryo, memang apa yang terjadi semalam?"

"Aku mimpi aneh Rei."

"Mimpi aneh gimana?" balas Rei.

"Aku mimpi ketemu Runi." jawabku dengan sedikit bingung.

"Cie – cie sampai kebawa mimpi segala. Terus bagian anehnya dimana?" balas Rei dengan nada meledeku.

Akupun menceritakan mimpiku secara detail tentang semua yang aku alami semalam. Berawal dari aku yang tiba – tiba menunggu bus di halte, tepat dimana aku duduk saat di dalam bus, hingga apa yang terjadi di dalam mall.

Aku menceritakanya dengan sangat detail tanpa menambah ataupun memgurangi apa yang aku alami. Hingga akhirnya aku tunjukan bekas luka di sikuku. Seketita ekspresi wajah Rei berubah menjadi cemas dan terkejut.

"Yakin itu bukan luka dari garukan kukumu?" sahut Rei sambil mengamati luka disikuku.

"Aku sendiri gak yakin Rei, tapi kalo itu luka garukan rasa sakitnya gak seperti ini."

"Iya, Tapi bekas luka mu ini memang seperti luka benturan dan goresan lecet."

"Nah disitu bagian anehnya Rei."

"Sebentar Ryo, jika di mimpimu kamu tertabrak dan mengalami luka yang serius apa mungkin…." tanya Rei dengan ekspresi wajah yang sangat cemas.

"Entahlah Rei aku juga gak tau bakalan gimana. Tapi dari bekas luka yang ada ini itu mungkin saja terjadi"

Seketika itu aku mulai berfikir tentang apa yg Rei ucapkan, apa yang terjadi didalam mimpi mungkin akan terbawa disaat aku bangun. Prasaan cemas dan takut tiba – tiba datang menghantuiku.

"Sudahlah Ryo gak usah terlalu dipikirin."

"Gak dipikirin gimana maksudmu? Kalo di mimpi aku sampai mati gimana coba."

"Ya sudah jelas kan, kamu gak bakalan bangun lagi dari mimpimu." balas Rei.

"Bercandamu gak lucu Rei…." balasku dengan nada kesal.

"Maaf – Maaf Ryo, intinya kamu harus berhati – hati di dalam mimpimu. Apapun yang terjadi di mimpimu mungkin akan terbawa dikenyataan."

Dari kejauhan pelayan cafe terlihat mendatangi meja kami dengan membawa sesuatu, "Maaf mengganggu mas, ini pesananya secangkir kopi hitam pahit, kentang goreng dan soda gembira." Kata pelayan cafe sambil menaruh pesanan kami diatas meja.

"Terimakasih mas." balas Rei kepada pelayan tersebut.

Ponsel milik Rei berdering. Sepintas terlihat tulisan Rani memanggil di ponsel milik Rei.

"Hallo iya Ran sudah sampai kah? , Iya sebentar aku segera keluar."

"Aku tinggal sebentar ya Ryo. Temanku sudah sampai di depan." Rei bergegas keluar dari café menghampiri temanya yang sedang menunggu diluar.

Tak lama Rei akhirnya kembali masuk bersama seorang wanita. Mereka berjalan mendekat kearahku.

"Ryo, kenalkan ini temanku Rani."

Aku terdiam sejenak, dalam hatiku berkata. "Cantiknya…"

"Hei… malah diam." bentak Rei padaku.

Bentakan Rei akhirnya menyadarkan diriku yang sedang takjub dan terdiam membisu, aku bergegas berdiri dan mengulurkan tanganku. "Maaf, iya aku Ryo." aku berkata dengan nada gugup.

Rani menjabatangaku sambil berkata, "Saya Rani, salam kenal Ryo."

Potongan rambut yang pendek, wajah yang cantik, dan suaranya yang lembut membuat hatiku semakin berdetak kencang.

"Hei Ryo, mau sampai kapan kamu pegang tanganya?"

Seketika itu aku melepas jabatan tanganya, "Maaf Rani."

"Iya, gapapa kok Ryo." jawab Rani dengan wajah tersenyum.

"Dasar wibu, gak pernah ketemu cewek cantik ya? Sekalinya ketemu jadi salah tingkah." Sindir Rei.

Tapi benar apa yang Rei katakan. Ini baru pertama kalinya aku bertemu seseorang yang luar biasa menurutku.

"Astaga Ryo, sudah salaman nggak mau ngelepasin sekarang dipandangi terus. Woi sadar woi, sampai malu tu orang."

"He…., Siapa yang malu Rei?"

"Astaga Ryo, lihat tu siapa yang km buat malu."

Seketika itu aku tersadar bahwa seseorang di depanku lah yang menjadi maksud dari perkataan Rei. Tanpa sadar aku telah memandangi wajah Rani yang begitu cantiknya.

Dengan wajah tersipu malu aku berkata "Maa Rani aku ngelamun tadi."

"Ih… pasti ngelamun jorok ya?" balas Rani dengan nada mengejeku.

"Eh… bukan begitu. Kamu cantik Rani." Spontan tiba - tiba kata itu terucap dari mulutku.

"Gak salah denger ni?" jawab Rei.

"Makasih, Ryo." kata Rani dengan senyumanya yang begitu manis.

Melihat senyuman Rani yang begitu manisnya membuat jantungku semakin berdetak kencang. Seketika kekhawatiranku tentang apa yang telah aku alamipun menghilang.

"Ada yang lagi jatuh cinta nih." Jawab Rei spontan.

Mungkin memang benar apa yang Rei katakan. Baru pertama kali ini aku merasakanya, perasaan kagum, senang dan malu bercampur menjadi satu.

Akupun mengambil kentang goreng dan mulai memakanya. Namun aku heran melihat ekspresi kedua orang di depanku. Wajah mereka seolah - olah terpanah melihatku yang sedang asik memakan kentang goreng.

"Hei Ryo, kamu sehat kan? Emang gak aneh ya rasanya?" Dengan wajah bingung Rei menanyakan sesuatu yang tidak aku mengerti.

"Sehat kok Rei, memang ada yang salah ya?" Jawabku dengan santainya.

Entah apa yg sedang terjadi aku tidak tau, tetapi mereka berdua tertawa lepas sambil terbahak - bahak.

"Eh… emang ada yang lucu ya?" Tanyaku penasaran.

"Hahahaha, beneran kamu gak sadar Ryo?" Jawab Rei dengan wajah puas tertawa lepasnya.

"Ryo, kentangnya gak pahit?" Tanya Rani kepadaku

Setelah mendengar perkataan Rani aku mulai tersadar, memang tumben kentang goreng yang kumakan rasanya agak pahit berbedar dengan biasanya. Rasa malu yang luar biasa muncul ketika aku menyadari bahwa yang telah membuat mereka tertawa lepas adalah karena tingkahku. Ketang goreng yang seharusnya dimakan dengan saos tomat ataupun mayones, telah berubah menjadi kentang goreng dengan saos kopi.

Aku terdiam sejenak, perlahan kesansarkan kepalaku ke meja. Sambil menahan rasa malu yang luar biasa dan juga menahan tertawa karena tingkaku. Hingga akhirnya aku tak sanggup menahanya.

Kami bertiga akhirnya tertawa berasama - sama. Akibat tingkah kekonyolanku.

Obrolan ringan dan canda tawa mulai terlihat. Beberapa cerita mengenai tempat asal Rani dan bagaimana mereka bertemu.

Takterasa waktupun berlalu. Pertemuan yang singkat ini murupakan kebahagian tersendiri bagiku. Untuk pertamakalinya aku merasakan sebuah kebahagiaan.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter