webnovel

PROLOG

Rasanya seperti melayang di udara lalu terjun bebas ke bumi. Sakit sekali ketika tubuhku menghantam tanah. Aku membuka mata, meringis menahan nyeri di siku sambil perlahan duduk. Sekelilingku dipenuhi pepohonan. Hijau. Rumput cina yang kududuki masih menyisakan embun. Ini masih pagi. Tapi~ini di mana?

Tubuhku terasa sakit ketika aku bangkit. Gaun putihku basah, di beberapa bagian tertempel rumput, kubersihkan. Tidak ada orang di sekitar sini. Apa ini taman? Atau hutan kota? Karena setelah berjalan beberapa meter, aku dapat melihat gedung-gedung tinggi.

Bagaimana bisa aku berada di sini? Apa aku turun dari langit? Ah, salah, turun bukan kata yang tepat. Jatuh sepertinya lebih pas. Jadi~hey, siapa aku sebenarnya? Aku bahkan tidak bisa mengingat namaku sendiri. Apa aku bidadari? Yah, tidak mungkin! Mana ada bidadari yang jatuh tersungkur sepertiku tadi.

Aku sampai di tepi jalan besar. Di seberang sana banyak sekali pertokoan. Aku menyeberang. Butiran kerikil menusuk-nusuk telapak kakiku yang telanjang. Sakit sekali. Aspalnya pun panas, padahal masih pagi. Aku berjinjit sampai ke seberang.

Karena lelah, aku terduduk di tepi trotoar. Kepalaku berdenyut-denyut ketika aku memaksa otakku membuka laci-laci memorinya. Aku mengerang frustrasi, masih tidak ada apa-apa di sana. Rasanya sangat membingungkan ketika kau tidak mengingat apa pun tentang dirimu. Juga lingkunganmu.

Aku menunduk, menyembunyikan wajah dalam kungkungan kedua tangan, berpangku pada lutut, lalu menangis di sana. Aku merasakan tatapan dari orang-orang yang lewat, tapi mereka tidak berniat menegur. Setidaknya bertanya mengapa aku menangis. Tampaknya mereka sibuk hingga tidak ada waktu barang semenit membantuku. Atau mereka hanya tidak peduli pada orang asing.

Entah berapa lama aku menangis hingga suara langkah sepatu yang mendekat masuk ke telingaku. Langkah itu berhenti. Aku mengintip, sepatunya berhenti di depanku. Kemudian pemilik sepatu itu berlutut dengan satu kaki. Aku mendongak. Ada perasaan familiar yang asing ketika aku melihatnya. Sorot cemasnya mengabsen wajahku. Aku mengerjap saat dia mengusap pelan rambutku dengan ekspresi lega.

"Kamu dari mana aja, Zefanya?"

Next chapter