15 14 | Kesimpulan Sepihak Mikaela

14 | K E S I M P U L A N

S E P I H A K

M I K A E L A

***

Suara pintu diketuk membuat Mikaela berbalik. Gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi setelah latihan yang sangat melelahkan dengan Alexis.

"Mika, apakah aku bisa masuk?"

Mikaela mengenali suara itu. Tentu saja, bagaimana gadis itu tak mengenali pemilik suara yang terdengar lumayan seksi itu. Itu adalah suara Daniel, kakaknya sendiri.

"O-oh, tentu."

Daniel pun membuka pintu setelah mendapat persetujuan dari Mikaela. Mikaela yang duduk di depan meja rias mengenakan kaus berawarna putih polos dengan terusan celana pendek yang hampir tak terlihat di balik bajunya. Rambutnya masih basah, dan salah satu tangannya memegang pengering rambut.

Daniel melangkah masuk yang mendapati Mikaela mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Di situ Daniel sadar, sepertinya perkataan Alexis saat di halaman belakang mansion tadi masih memengaruhi Mikaela. Tentu saja, bagaimana seseorang bisa mengatakan hal yang lumayan tabu seperti itu secara biasa-biasa saja seakan hal itu hanyalah sesuatu yang sangat biasa dikatakan oleh orang lain.

Setelah menutup pintu, Daniel berjalan mendekati Mikaela dan mengluruskan tangannya. "Biarkan aku melakukannya untukmu."

"Hah?" tanya Mikaela yang masih belum mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Daniel. Mikaela mengikuti arah tatapan mata Daniel dan akhirnya mengerti apa maksud Daniel barusan. "Oh, apa kau bisa melakukannya?"

"Tentu." balas Daniel yang langsung mendapat pengering rambut dari Mikaela.

Mikaela berbalik dan menatap pantulan bayangan dirinya dan juga Daniel dari cermin.

Daniel menyalakan pengering rambut itu, mengarahkannya ke telapak tangannya sendiri dahulu untuk mengukur tingkat panas yang sepertinya ia butuhkan sebelum ia mulai membantu mengeringkan rambut Mikaela.

Dengan perlahan dan lembut, Daniel mulai mengeringkan rambut Mikaela. Gerakan mengeringkan rambut dari atas ke bawah yang dilakukan oleh Daniel secara berulang-ulang itu terlihat sangat baik. Sepertinya Daniel memang bisa melakukannya.

Hal itu tentu saja membuat Mikaela bertanya-tanya dalam hatinya, apakah Daniel sudah sering melakukan hal ini kepada wanita lain?

Jika memang begitu, lalu Daniel melakukannya untuk siapa?

Ginny?

Atau mungkin Alexis?

Walau Mikaela tidak tahu kenyataannya, bahwa Daniel hanya mempraktekkan apa yang ia lihat di film. Daniel tak pernah melakukan hal ini sebelumnya.

"Apakah terasa panas?"

Mikaela menggeleng pelan. "Ini cukup baik."

Daniel tersenyum mendengar jawaban dari Mikaela. Mikaela bisa melihat senyum yang ditunjukkan oleh Daniel dari pantulan bayangannya pada cermin di hadapannya. Entah mengapa, melihat Daniel tersenyum manis seperti itu membuat jantung Mikaela berdebar.

Gadis itu kembali merasakan hal yang aneh.

Hal yang menurutnya tak pantas ia rasakan kepada kakaknya sendiri.

Namun, sekeras apapun Mikaela berusaha, ia tak bisa menghilangkan perasaan itu. Semakin ia berusaha menghilangkannya, hal yang ia rasakan dalam hatinya itu malah semakin bertambah kuat.

Benar.

Mikaela menyadarinya belakangan ini.

Bahwa ia, menyukai Daniel. Bukan sebagai seorang kakak, namun sebagai seorang pria.

"Sepertinya cukup." ucap Daniel yang membuat Mikaela memeriksa keadaan rambutnya sendiri dengan telapak tangannya.

"Um … terimakasih."

Daniel menaruh pengering rambut itu setelah mematikannya di atas meja rias yang berada di hadapan Mikaela. Saat melakukan itu, Mikaela bisa merasakan wangi tubuh Daniel karena wajah mereka benar-benar berdekatan, dengan wajah Daniel tepat berada di samping wajahnya.

Daniel pun melangkahkan kakinya ke kasur dan duduk di pinggiran ranjang. Mikaela berbalik dan iapun duduk di kursi di depan meja rias menghadap ke arah Daniel yang duduk di pinggiran ranjangnya.

Daniel terdiam sejenak, membuat Mikaela penasaran apa yang akan kakaknya itu katakan. Alasan apa hingga kakaknya yang belakangan ini selalu sibuk sehingga ingin masuk ke kamarnya.

Walau Mikaela sudah menduga bahwa ada sesuatu yang lumayan penting untuk dibicarakan.

"Entahlah apakah aku bisa mengatakannya padamu."

Mikaela masih diam, ia menunggu Daniel meneruskan apa yang ingin kakaknya itu ucapkan.

"Sepertinya, kita akan berperang dengan werewolf."

"Werewolf?" tanya Mikaela yang sepertinya belum mengetahui bahwa ada ras lain di dunia selain manusia dan vampire. Tapi kenyataan bahwa Mikaela tak terlalu terkejut mungkin karena banyak film yang bertemakan vampire dan werewolf. Tentang werewolf adalah musuh abadi vampire mungkin sudah menjadi pengetahuan umum untuk kebanyakan orang.

"Mereka ras setengah serigala. Meskipun begitu, sepertinya mereka masih berpihak pada manusia." jelas Daniel singkat dan padat.

"Lalu, apakah kau juga akan berperang dengan mereka?"

"Entahlah … " jawab Daniel gantung. "Yang aku pikirkan hanyalah menghancurkan kerajaan vampire secepatnya, membantai mereka semua dan menyelamatkan manusia sebanyak mungkin. Tapi sepertinya tidak akan berjalan sesederhana itu."

Daniel pun menatap Mikaela dengan tatapan yang Mikaela sulit untuk tebak maksud dari itu.

"Apa kau tidak lelah?"

Mikaela mengerutkan keningnya. Daniel membalasnya dengan membuat gestur dengan gerakan kepalanya agar Mikaela berbaring di ranjang.

Dengan jantung yang lumayan berdebar hebar, Mikaela menuruti keinginan Daniel dan bangkit dari kursi di depan meja riasnya. Gadis itu melangkahkan kakinya memutari ranjang dan berbaring di atasnya. Daniel ikut merebahkan tubuhnya tepat di samping Mikaela.

Satu tangan Daniel meraih wajah Mikaela dan mengelusnya lembut. Mikaela tahu bahwa Daniel tak memiliki suhu tubuh, itu sebabnya ia tak bisa merasakan kehangatan tangan Daniel. Namun, hal yang dirasakan hatinya berbeda dengan apa yang dirasakan oleh kulit maupun indera peraba lainnya.

Yang dirasakan hatinya adalah rasa nyaman yang sangat besar.

Meski tak memiliki suhu tubuh, namun belaian tangan Daniel selalu bisa menghangatkan hati Mikaela.

Daniel pun bisa melihat bahwa Mikaela merasa nyaman saat ia memperlakukannya dengan manis seperti ini. Hal itu terlihat jelas dari ekspresi yang saat ini ditunjukkan oleh Mikaela, walau kenyataannya Mikaela berusaha keras menyembunyikan ekspresi di wajahnya itu.

"Apa kau sudah pernah berpacaran sebelumnya?"

Pertanyaan yang begitu tiba-tiba dari Mikaela membuat Daniel sedikit tersentak.

"Maksudku … kau memperlakukanku dengan sangat baik. Bahkan kau bisa mengeringkan rambut untukku. Aku hanya penasaran, apakah kau pernah melakukan hal itu kepada wanita lain sebelumnya?"

Daniel tersenyum dengan pertanyaan Mikaela. Entah mengapa, Daniel merasa bahwa ia sedang diinterogasi oleh pacarnya jika ia pernah memperlakukan wanita lain dengan sangat baik di masa lalu.

Daniel menggeleng pelan. "Semenjak aku berubah menjadi seperti ini, aku tak pernah merasakan emosi apapun selain rasa haus akan membunuh."

Mikaela terdiam dengan jawaban Daniel.

Sebenarnya, Daniel sengaja memberikan jawaban yang cukup ekstrim seperti itu. Hal ini ia lakukan agar Mikaela sadar betapa mengerikannya berubah menjadi seorang vampire. Karena Daniel tahu, cepat atau lambat, Mikaela juga akan meminta Daniel untuk mengubahnya menjadi vampire.

Hal inilah yang dipikirkan oleh Daniel belakangan ini.

Ia tak ingin adik yang sangat ia sayangi ikut merasakan kehidupan neraka yang selama ini ia jalani.

"Apakah itu berarti kau tak merasakan apapun saat aku berada di dekatmu?"

"Maksudmu?" tanya balik Daniel yang belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mikaela.

Kini Mikaela memasang ekspresi yang membuat Daniel entah mengapa merasa sangat tak enak. "Jika sudah tak ada lagi yang ingin dibicarakan, aku ingin beristirahat. Aku sangat lelah, jadi mungkin aku membutuhkan tidur yang tenang."

Daniel terdiam sejenak dan memutuskan untuk meninggalkan Mikaela.

Cupp …

Daniel mengecup kening Mikaela dengan lembut sebelum pergi meninggalkannya. Saat pintu kamarnya sudah ditutup, air mata menetes dari sudut mata Mikaela.

"Kini semuanya sudah jelas. Sepertinya hanya aku yang merasakan hal ini, sedangkan dia tak merasakan apapun." gumam Mikaela dengan air mata yang terus ke pipinya tanpa ia pedulikan.

Mikaela merasa hatinya sangat sakit.

Walau gadis itu sebenarnya tidak tahu.

Bahwa Mikaela adalah alasan mengapa jantung Daniel yang sudah lama mati kini berdetak kembali. Namun gadis itu terlalu cepat menyimpulkan sesuatu.

Ia tak tahu bahwa Daniel juga merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan.

Dan kesalahpahaman inilah yang sepertinya akan semakin memperburuk kesenjangan hubungan antara Daniel dan Mikaela.

Daniel yang terlalu tidak peka, dan Mikaela yang terlalu bergantung pada perasaannya.

***

{{ Semoga kalian suka sama ceritanya. Jangan lupa vote dan ninggalin komentar ya :) }}

avataravatar
Next chapter