3 Episode 3

"Senang bertemu dengan mu lagi" kata Kairay yang sekarang sudah melangkah mendekati Tiara.

Tiara menelan ludahnya. Mengapa pria yang sudah ia lupakan dengan susah payah sekarang berdiri di hadapannya? Apakah ini sebuah hukuman?

"Mengapa kau diam saja?" tanya Kairay.

"Maaf jika hanya karena ini Anda memanggil saya, saya pikir saya harus kembali ke ruangan saya" kata Tiara berusaha menutupi semua luka dan perasaan terkejutnya.

"Mengapa terburu-buru sekali? Aku ini atasanmu, jadi kau hanya boleh pergi ketika aku memerintahkan kau untuk pergi" kata Kairay tegas.

Tiara menunduk. Mengapa cara bicara Kairay seperti itu? Mungkinkah Kairay tidak pernah mengenang semua masa indah mereka? Ataukah memang ia dulu pergi karena memang karena tidak menginginkan dirinya lagi?

Tiara benar-benar sudah tidak tahan lagi, ia ingin menangis mengingat masa-masa ia ditinggal oleh Kairay begitu saja.

"Apakah kau tidak ingat apa yang telah kau lakukan? Kau meninggalkanku tanpa sebab, kau menghilang begitu saja. Kau tahu betapa hatiku hancur?" Tiara tidak sanggup menahan semua perasaannya.

Sekarang ia menangis di hadapan Kairay.

"Kau hancur? Hatimu hancur? Oh maaf aku tidak tahu" kata Kairay meminta maaf tanpa ada arti tulus dalam ucapannya.

Tiara kembali mengangkat kepalanya, menatap mata Kairay. Itukah laki-laki yang ia kenal dulu? Mengapa ia berkata seolah-olah ia tidak bersalah.

"Mengapa kau berkata begitu? Mengapa kau berubah? Apa salahku padamu hingga kau meninggalkanku dan sekarang kau bersikap seolah-olah dulu kita tidak punya hubungan?".

"Aku tidak berubah, dan kau tidak salah apapun" jawab Kairay santai.

Bagaikan batu, hati Kairay tidak terlihat tersentuh sedikit pun ketika melihat tangis dan derita yang di alami oleh Tiara. Siapapun yang melihat Tiara saat itu, pasti ia tahu bahwa Tiara sedang sangat sedih dan terluka.

"Aku sudah melupakanmu tapi mengapa kau muncul lagi di hadapanku?" tanya Tiara menahan sejuta luka dihatinya.

"Tidak ada alasan yang disengaja. Mungkin kita memang harus bertemu lagi. Bukankah begitu sayang?" tanya Kairay dengan nada bicara yang dibuat lembut.

"Kau bukan Kairay yang ku kenal. Aku membencimu".

Tiara langsung berbalik badan dan keluar dari ruangan Kairay, meninggalkan Kairay yang masih tersenyum sinis.

Hati Tiara hancur berkeping-keping. Mengapa ia harus dipertemukan kembali dengan Kairay? Perasaan siapa yang tidak sakit ketika sang kekasih pergi begitu saja tanpa kata perpisahan.

Kairay memang tidak mengkhianatinya dengan perselingkuhan, justru kepergiannya yang tanpa sebab itulah yang membuat Tiara semakin sakit.

Sekarang satu-satunya orang yang ingin ia temui adalah Ghali. Pria itu adalah orang yang selalu ada ketika Tiara butuhkan, di saat duka maupun suka.

Tiara mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ghali. Setelah telepon terhubung, Tiara menyapanya dengan suara yang dibuat ceria.

"Ghali, apakah kau bisa menjemput ku ke kantor sekarang?" tanya Tiara to the point.

"Mengapa mendadak? Bukankah kau sedang bekerja dan kita sudah janjian nanti malam?" tanya Ghali heran.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya rindu" jawab Tiara.

"Baiklah sekarang aku akan berangkat ke sana. Kau tunggu aku di sana. Ok".

Begitu sambungan telepon ditutup, Tiara kembali ke ruangannya. Ia berjalan dengan langkah yang cepat. Ingin sekali rasanya ia pergi secepatnya dari kantor itu. Tiara juga akan berbicara pada Ghali tentang niatnya mengundurkan diri dari perusahaan milik Kairay.

Tiara mengambil tas, ponsel dan bukunya yang terletak di atas meja. Dengan cepat ia berbalik dan mengunci pintu ruangannya.

* * * *

Mobil merah terparkir di depan halaman gedung kantor yang besar. Di dalam mobil itu Ghali sedang duduk menunggu Tiara. Begitu mendengar Tiara ingin dijemput, Ghali langsung pergi dari kampus untuk menjemput kekasih hatinya.

Tak butuh waktu lama, Tiara keluar dari gedung kantor. Wajahnya terlihat muram dan matanya sembab. Ghali mengerutkan kening melihat wajah Tiara. Apakah gadis itu memiliki masalah kantor? Begitulah pikir Ghali.

"Hai Ghali" sapa Tiara sambil membuka pintu mobil di samping kursi pengemudi.

"Tiara apakah kau baik-baik saja?" tanya Ghali menatap manik-manik mata Tiara.

"Aku baik-baik saja. Ayo berangkat" jawab Tiara bohong.

Sebenarnya Ghali tahu Tiara sedang berbohong, tapi ia memilih untuk pura-pura percaya karena tidak mau menyudutkan kekasihnya itu.

"Kau mau makan apa?" tanya Ghali yang sekarang sudah mulai melajukan mobilnya meninggalkan ngedung kantor.

"Apapun itu yang penting enak" jawab Tiara.

Mobil merah milik Ghali melaju dengan kecepatan rendah karena jalan di Jakarta macet. Pada awalnya suasana hati Ghali masih baik, tapi itu berubah karena sebuah mobil yang ada di depan. Beberapa kali Ghali menginjak pedal rem karena mobil sport warna hitam di depannya selalu mengerem mendadak.

"Apa mau mobil hitam itu? Sepertinya dia sengaja" kata Ghali kesal.

"Biarkan saja, mungkin dia hanya iseng" kata Tiara menenangkan.

Ghali berusaha mengatur amarahnya. Ia tidak ingin memancing keributan.

Ghali sengaja mengurangi kecepatannya, tak lama kemudian mobil hitam itu juga melakukan hal yang sama. Ghali tancap gas untuk menyalip, tapi mobil hitam itu tidak memberi jalan. Karena merasa dipermainkan, Ghali membunyikan klakson panjang. Ia sengaja membenturkan mobil bagian depannya dengan bagian belakang mobil hitam itu.

Tak lama kemudian kedua mobil itu sama-sama berhenti di pinggir jalan. Ghali dengan segala kekesalannya keluar dari mobil. Tiara juga ikut keluar karena takut terjadi keributan.

Dengan amarah yang meluap-luap, Ghali berjalan mendekati mobil hitam dan menggedor kaca mobil hitam dengan keras.

Sang pemilik mobil hitam membuka pintu. Dengan santai dan penuh wibawa, ia keluar dari mobil sportnya. Ia tersenyum lebar penuh rasa sinis.

Tiara membelalakkan matanya melihat siapa pemilik mobil hitam itu.

"Kairay?" Tiara merasa jantungnya berpacu dengan kecepatan tinggi.

"Hai Tiara" sapa Kairay berpura-pura lembut.

Ghali menatap Tiara dan Kairay secara bergantian.

"Tiara, kau mengenal pria ini?" tanya Ghali.

Tiara diam saja, ia masih menatap mata Kairay dengan penuh kebencian. Berbeda dengan Tiara, Kairay terlihat biasa saja. Bahkan ia terlihat sangat sombong dan berusaha memancarkan kewibawaannya. Ia mengulurkan tangan pada Ghali.

"Aku Kairay, mantan kekasih Tiara" kata Kairay dengan santai.

Ghali langsung menatap tajam pada Kairay. Tiara pernah bercerita tentang mantan kekasihnya yang telah meninggalkan dirinya begitu saja. Sekarang Ghali tahu bagaimana wajah pria sialan yang sudah menyakiti hati kekasihnya itu.

"Ups aku salah bicara, maksudku, kekasih Tiara" lanjut Kairay.

'Bukk!!'

Satu pukulan dilayangkan oleh Ghali tepat pada wajah Kairay.

"Jangan kau sebut nama Tiara dengan mulut busukmu itu" tariak Ghali penuh amarah.

Kairay memegang pipi sebelah kirinya. Pukulan dari Ghali cukup membuatnya sakit. Tapi bukannya marah, Kairay malah tersenyum.

"Apakah aku salah? Aku tidak mengatakan putus pada Tiara. Lalu salahku di mana?" kata Kairay dengan nada mengejek.

"Ghali, orang ini sudah sinting. Lebih baik kita pergi" kata Tiara langsung menarik tangan Ghali kembali ke mobil.

"Ternyata namanya Ghali. Tiara, lihat saja apa yang bisa aku lakukan" kata Kairay tersenyum sinis setelah mobil Tiara dan Ghali hilang dari pandangan.

avataravatar