2 Bab 2.Kemarahan Mahesa

-Terjebak Menjadi Simpanan-

"Kau benar-benar wanita jalang rupanya."

Mahesa tidak pernah berpikir akan terjebak dalam situasi seperti ini. Jauh dari apa yang ia alami selama ini.

Sebagai seorang pimpinan besar di Danaswara Grup. Tentu banyak yang mengincarnya. Jebakan demi jebakan bukan hanya dilayangkan oleh para rekan dan musuh bisnisnya. Tapi juga dari wanita-wanita liar yang ingin merayunya.

Selama bertahun-tahun ia selalu lolos dari jebakan itu tapi tidak kali ini. Bahkan Mahesa tidak pernah berpikir kenapa wanita kelas rendah seperti itu bisa menjebaknya sedemikian rupa.

'Orang dalam.'

Mahesa yakin jika wanita itu dibantu oleh orang yang posisinya kuat. Bahkan wanita itu berani merekam aksi keduanya tadi malam. Sudah pasti ada yang menjebaknya.

Damn it!!

Mahesa menggeram pelan. Laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya. Menatap nanar ke arah wanita yang berdiri canggung sambil memeluk selimut yang membungkus tubuhnya.

Rahangnya tiba-tiba menegang. seluruh kepalanya dipenuhi dengan kekesalan.

"Serahkan rekamannya atau kau akan tau akibatnya sendiri," Mahesa berseru dingin. "Menjebakku saja sudah merupakan kesalahan dan kau dengan bodohnya merekamku."

Kirana tidak menjawab. Wanita itu merasakan kedua kakinya bergetar hebat.

"Jawab aku sialan!!"

Kediaman Kirana membuat Mahesa kehilangan kendali. Laki-laki yang sudah kesal sedari tadi itu kembali menggeram. Dengan cepat ia melangkah mendekati Kirana.

"Kau ingin bermain kasar rupanya, hah!"

Degh...

Kirana langsung mendongak. Wanita itu ingin membuka suara, tapi Mahesa dengan cepat menarik kedua tangannya dengan kasar.

"L-lepas, ini sangat sakit," Kirana mendesis pelan.

Mahesa terkekeh, kemudian kembali menatap wanita yang kini semakin ketakutan. Ia menyeringai dengan kasar.

"Siapa yang menyuruhmu. Katakan saja. Aku akan melindungimu dengan syarat kau katakan semuanya. Aku tidak punya waktu banyak untuk berurusan dengan wanita jalang sepertimu."

Ada hantaman keras yang tidak terlihat tepat di hatinya. Kirana tidak tau harus sakit hati atau diam saja mengingat sikapnya saat ini memang pantas dikatakan sebagai wanita jalang.

"Aku tidak diperintahkan siapapun."

Dia melakukan ini karena dendam, menjebak Mahesa adalah langkah awalnya agar bisa menghancurkan keluarga Atmaja dari kesombongan mereka. Tidak mungkin ia mengatakan itu langsung.

Mahesa benar-benar akan membunuhnya detik ini juga.

"A-aku serius, Ma-mahesa."

Degh ...

Kirana meringis saat merasakan genggaman Mahesa semakin erat. Dia tidak tau harus apa lagi. Lepas dari cengkraman laki-laki di depannya itu adalah sesuatu yang mustahil.

Ketika Kirana mendongak. Terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu, membara oleh kemarahan.

Degh ...

Mahesa mengangkat dagu Kirana dengan kasar, menatapnya sekilas, kemudian mendecih seolah wanita itu orang paling hina di dunia ini.

"Kau mengucapkan namaku dengan enteng," serunya. "Dengar! Aku tidak pernah kasar pada wanita sebelumnya. Tapi sikapmu membuatku hilang kesabaran."

Mahesa menarik Kirana dengan kasar ke arah balkon. Laki-laki itu mendorongnya tepat di pinggir pembatas balkon.

"Kau ... akan kubunuh," desisnya tertahan, dengan cepat kedua tangan Mahesa mencekik leher Kirana dengan kasar.

Kirana refleks memberontak. Kakinya langsung menendang Mahesa sampai cengkraman tangan laki-laki itu terlepas.

Mahesa dengan cepat menariknya lagi. Ia mendorong tubuh Kirana dengan cepat. Membuat wanita itu tidak seimbang dan nyaris jatuh dari lantai dua puluh.

Mahesa membanting ke belakang beberapa langkah. Tubuhnya terbentur ke lantai yang dingin.

Kirana meringis kesakitan.

"Kau berubah pikiran?" Mahesa mengurungnya seraya menekan kedua tangan Kirana dengan kasar. Laki-laki itu tidak peduli dengan tubuh kecil Kirana yang ditekannya.

Kirana meringis pelan. Punggungnya terasa sakit, tubuhnya tidak bisa bergerak ditambah lagi dengan tubuh besar Mahesa yang membuatnya tidak bisa bernapas dengan normal.

Laki-laki itu mendesis beberapa kali. Tidak ada kelembutan sama sekali. Ia menatap Kirana seolah ingin membunuh dan mencabiknya.

Benar-benar seorang predator, pembunuh berdarah dingin.

"Dimana rekamannya. Kau akan kumaafkan dan bisa hidup dengan tenang setelah ini. Tentu saja setelah kau mengatakan siapa yang menyuruhmu."

Kirana memejamkan matanya. Kepalan tangannya sama sekali tidak berguna ketika Mahesa justru menekannya lebih kasar.

Kirana bisa merasakan detakan jantung memburu dan juga helaan napas keduanya. Bahkan aroma khas campuran antara musk, mint dan sedikit aroma anggur yang ia hirup tadi malam menguar kembali memenuhi kepalanya.

Kirana tersenyum tipis, sedikit getir. Wanita itu membuka matanya perlahan. Pandangannya bertatapan langsung dengan manik sehitam kelam yang sangat memikat.

Wanita itu menggeleng pelan. "Aku tidak akan mati sebelum memilikimu," Kirana berseru.

"Tidak ada yang lain yang kuharapkan. Sebanyak apapun kau bertanya tidak akan ada jawaban. Karena tidak ada yang menyuruhku sama sekali, " lanjutnya.

'Bohong!'

Mahesa bukan anak kemarin sore yang tidak tau apapun. Laki-laki itu jelas melihat raut dan pandangan mata dari wanita yang berada di dalam kurungannya itu.

Wanita itu jelas tidak mencintainya. Tatapan itu bukan tatapan wanita yang sedang jatuh cinta, melainkan tatapan penuh ambisi dan dendam.

Mahesa menghela nafas panjang. Laki-laki itu bangkit. Berdiri, kemudian mengusap wajahnya dengan cepat.

"Kenapa kau begitu keras kepala."

"Rekamannya tidak ada padaku. Temanku yang menyimpannya. Dia mengontrol dari jarak jauh."

"Shit."

Mahesa tidak suka dengan apa yang Kirana katakan. Itu artinya ada yang melihat secara tidak langsung dengan apa yang mereka lakukan tadi malam. Laki-laki itu mendengus pelan.

"Apa maumu. Kau mau uang? Atau kedudukan?" Mahesa berseru rendah sambil mengambil dompetnya yang tergeletak di atas meja dekat tempat tidur. Mengambil sebuah cek kosong dan melemparkannya pada Kirana.

"Isi berapapun yang kau mau. Setelah ini semuanya usai. Jangan pernah berurusan lagi denganku. Juga serahkan semua rekaman itu."

Kirana diam. Wanita itu mengamati cek kosong yang baru saja dilemparkan laki-laki tampan yang angkuh di depannya itu.

Bibir kecilnya tersungging, seolah menertawakan dirinya sendiri.

Semua orang kaya itu sama. Mereka angkuh dan sombong. Selalu memandang rendah orang lain hanya karna mereka memiliki banyak uang dan kekuasaan.

Kirana memejamkan matanya beberapa saat. Kemudian meremas kertas cek itu dengan perasaan kesal luar biasa.

Degupan jantungnya memburu. Nyaris berteriak jika ia tidak ingat dengan tujuan awalnya.

"Kenapa? Masih kurang?"

Kirana mendongak. Matanya menyipit, kemudian mengeling pelan.

"Aku menginginkan yang lain."

Mahesa mengerutkan dahinya. "Apa yang kau inginkan? Sekretarisku bisa menyelesaikannya setelah ini, jika-"

"Nikahi aku."

Degh...

Kirana memotong tawaran Mahes dengan cepat. Membuat laki-laki itu langsung terdiam. Alisnya terangkat sebelah dengan mata melotot.

Kirana ingin tertawa ketika melihat ekspresi itu. Jelas tidak biasa. Seolah laki-laki itu tidak menduga jika ia akan mengatakan hal di luar nalar.

Hanya berselang beberapa detik sampai Mahesa menetralkan kembali ekspresi terkejutnya.

"Kau gila!"

"Tidak. Aku ingin kau menikahiku, memberikanku kemewahan, hanya itu. Aku sama sekali tidak peduli jika menjadi simpananmu."

To be continued....

avataravatar
Next chapter