8 BAB 1.CHAPTER 1.7 『DI BALIK BATAS』

"Duaarr..."

Angin berhembus berkeliling di sekitar geng sempit sampai menemukan celah jalan keluar menuju jalan raya, Masyarakat sekitar terkejut ketika bertemu dengan angin dahsyat yang berpusat dari serangan Kapten.

Debu menutupi geng, Hingga Link dan Kapten tidak terlihat karena tertutup, Butuh beberapa detik hingga debu meninggal kan mereka, Firald terkejut melihat hasil ledakan yang di hasilkan serangan kapten, Di sana terkapar Link karena serangan, Dan Kapten yang entah kemana tiba-tiba menghilang, Sekilas Firald berfikir Kapten sudah mengejar Vina dan Elena, Tapi fikiran itu terhenti ketika mendapati Kapten terhempas ke langit dan segerah jatuh di dekat Link, Tidak ada yang tau apa yang terjadi, Tapi lengan kanan Kapten putus entah terhempas kemana. Kapten Marino cukup kuat untuk berdiri kembali setelah terhempas jatuh dari langit, Firald kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi, "A...Apa yang terjadi?, Bukannya Kapten tadi menyerang Anak itu?, Lantas apa yang terjadi setelah itu?". Kapten Marino berhasil berdiri tegap, Darah lengan kanannya tumpah bercucuran sangat banyak, Nafas nya terengah-engah, Dengan wajah kaget, Sekilas Kapten berfikir tentang wajah misterius yang baru saja menyerang balik, Sudah di pastikan itu adalah Link, Tapi, Wajah dan Auranya sangat berbeda dengan Link yang terkapar di tanah.

"Apa-apaan barusan itu?" Ucap Kapten dengan nafas terengah-engah sambil menatap Link.

"Kapten, Lengan mu!" Firald berfikir Kapten tidak menyadari lengan yang putus, Tapi itu tidak sepenuhnya salah, Kapten tau betul lengan kananya jadi puntung, Tapi dia belum tau tentang kekuatan yang menahan serangannya.

Setelah mendengar panggilan Firald, Kapten memalingkan pandangannya ke arah lengan kannya, Melihat darahnya tumpah, Dengan cepat merobek baju miliknya dan segerah membalut lengannya.

"Sialan, Kekuatan apa itu tadi, Baru pertama kali Saya liat yang seperti itu!" Fikiran Kapten mulai tak karuan. Tapi, Tidak ada yang sangkah, Link mulai bergerak setelah serangan Kapten barusan. Link sedikit demi sedikit menggerakan badannya, Lengannya, Lalu kakinya, Hingga akhirnya berhasil bangkit meskipun sekujur badannya bergetaran tak karuan.

"Berani sekali...Berani sekali...Mencemari nama Liqand!" Saat itu Aku tidak mengingat sedikit pun tentang kejadian itu, Tapi, Menurut saksi mata(Firald), Aku bangkit dari pingsan dan berbicara dengan sangat angkuh di hadapan kapten, Mataku berubah menjadi Merah pekat, Aura yang sangat mengerikan keluar dari tubuhku, Bagai kabut hitam menutupi sekitarku, Firald gemetaran karena tekanan, Jelas Kapten paham akan kondisinya, Dia bisa merasakan marabahaya yang segerah menerjangnya. Itu terlihat bukan seperti diriku, Jelas saat itu Aku di rasuki oleh sesuatu yang tertidur sejak lama dalam diriku, Angin berhembusan sangat kuat, Hingga mampu menumbangkan Kapten karena tekanan itu.

"A...Apa ini, Mana apa ini, Auranya sangat dahsyat!!"

"TIDAK APA, KELUARKAN SAJA, KERAH KAN SELURU KEKUATAN MU, BIARKAN KAMI YANG MENGONTROLNYA!"

Menggema dalam kesunyian, Penglihatan Link hanya hitam pekat hampa, Akan tetapi suara yang menggema dimana-mana mengintruksikan Link untuk tetap diam, Suara-suara itu jelas tidak di kenali Link, Akan tetapi mereka sangat mengenal Link, "KELUARKAN SAJA, KELUARKAN SAJA, LUAPKAN AMARAHMU, KAMI ADA DISISI MU!" Menggema-menggema, tidak berhenti menggema hingga membuat kepala Link terasa ingin pecah.

"K...Kap...Kapten, Apa yang sebenarnya terjadi?"

Sadar akan kematian yang menantinya, Dia tidak ingin berdiam diri menyambut kematian itu, Firald memanggil Kapten Marino agar pergi menjauh dari Link.

"Auranya, Auranya menekan sekujur tubuhku, Badan ku tidak ingin menuruti ku lagi!"

Gigi Kapten Marino bergetaran hingga mengeluarkan suara bising di antara telinganya, Sekujur tubuh yang gemetaran membuatnya berfikir bahwa tidak ada lagi jalan lain selain pasrah untuk menjemput kematiannya.

Link yang berdiri tepat di hadapan Kapten, belum bergerak sama sekali, sekali-kali matanya mengarah ke Kapten, Sekali-kali mengarah ke Firald, dan sekali-kali matanya menatap keduanya secara bersamaan hingga membuat kedua bola matanya berlawan, Kejadian ini sudah berlangsung selama 2 menit tetapi bagi mereka berdua sangat lama merasakan tekanan yang dahsyat itu.

"Si...Si...Siaaaaal...,Kau fikir dengan ancaman seperti ini, Saya akan kalah dari bocah ingusan seperti mu...?, jangan melawak di saat seperti ini!!!"

Kapten Marino menusuk lengannya agar rasa sakit bisa meredahkan ketakutannya, Hingga akhirnya tubuhnya terbebas dari tekanan, Dalam sekejab Kapten sudah berada di hadapan Link dan siap untuk memisahkan kepala dan tubuh Link. Kedua pedang berkecambuk dengan percikan api, semua orang mengakui kecepatan berpedang kapten sangat lah cepat dan gesit, tapi semua serangan nya mampu di patah, semua serangan di tahan dengan serangan balik, Firald yang melihat kejadian itu tidak percaya denga napa yang di lihatnya, kecepatan kapten Marino tertandingi bahkan dapat memberikan serangan balik.

"LEPASKAN, LEPASKAN, LEPASKAN…LEPASKAN AMARAHMU"

"AAAaaaaaaaaarrrrrrrgggggghhhhhhhhh…"

Lengan kiri terhempas, pedang nya ikut terhempas namun tetap menerjang serangan menggunakan mulut, selanjutnya terlihat kedua kaki ikut terhempas, setelahnya tubuh bagian bawah, tubuh bagian atas, dan terakhir kepala.

Dari matanya Dia (Firald) tercermin anggota tubuh Kapten terhempas dan darah yang bercecer membuat keringatnya bercucuran, melihat pemandangan ini membuatnya mual hingga ingin rasanya pergi dari tempat ini. Tapi tidak semudah itu, di balik hamparan debu di hadapannya, Link masih berdiri dengan mata yang bercahaya biru nanterang.

"Aaah, Sepertinya sudah giliran ku~

Haha…Haha…Haha…"

Sekujur tubuhnya gemetaran, tidak ada tempat untuk kabur, dia tau itu.

Satu ayunan pedang terhempas kearahnya, membuat tubuhnya terbelah menjadi beberapa bagian hingga akhirnya meledak layaknya bomb tubuh. Geng sempit di penuhi warna merah bahkan terjadi hujan darah sekejab mata.

Di sisi lain, Link masih mengambang di ruang hampa nangelap, mencampakkan tubuhnya yang di luar kendali berkeliaran di kota dengan nafsu membunuh yang sangat dahsyat.

teriakan mulai terdengan di mana-mana, layaknya monster, Siapapun yang di lihatnya, di tebas tampa pandang bulu, anak-anak,remaja,dewasa,lanjut usia, semua dibinasakan hingga membuat perkotaan menjadi lautan api layaknya neraka.

avataravatar