1 0. Pagi Hari.

Alarm berbunyi pukul setengah lima pagi, matahari belum naik sepenuhnya, tapi ia dipaksa bangun oleh kebiasaannya.

Perempuan itu terbangun dari tidurnya, ia agak kesal karena alarm mengganggu ia dan mimpinya.

Hari ini hari biasa, dan perempuan itu akan melakukan hal biasa juga.

Perempuan itu mengucek matanya, ia berjalan setengah sadar untuk membuka jendela.

Udara di pagi hari sangat sejuk. Perempuan itu menikmati udara di pagi hari dengan damai.

Setelah puas menghirup udara, perempuan itu mengambil seragam sekolahnya di lemari dan meletakan nya di atas kasur.

Terdapat nama di lengan kiri bajunya. Athena Naidhruf Arleth nama lengkapnya.

Athena menguap, sebelum kembali mengantuk ia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Seperti hari biasa pada umunya, Athena akan mandi dan memakai seragamnya, lalu memakan sarapan sambil menonton televisi.

Ia perempuan biasa yang memiliki dua orang tua yang masih lengkap. Namun sayangnya, kedua orang tua Athena jarang berada dirumah karena urusan pekerjaan.

Athena terbiasa bangun pagi hari, walau sekolahnya termasuk dekat dengan rumah, ia tetap tak mau berangkat siang ke sekolahnya.

"Membosankan." Athena memutar bola matanya dengan malas.

Tangan kanan Athena digunakan untuk menyuapi dirinya makan, sedangkan tangan kiri Athe gunakan untuk mengganti saluran televisi yang sesuai dengan keinginannya.

"Selalu saja tak ada film." ucap Athena lagi.

Athena menyerah, ia mengganti saluran televisi biasa menjadi saluran film online.

Ia menonton film slice of life tanpa semangat.

Athena sudah berhenti makan bahkan sebelum makanannya habis, ia merasa kenyang dengan melihat saluran televisi yang berisi berita tidak penting.

"Kenapa ada orang yang seperti itu?" tanya Athena ketika melihat pemeran utama di film yang sedang ia tonton.

"Menggelikan, dunia berputar di sekitarnya. Memang ada yang seperti itu?" tanya Athena lagi.

Athena tak menyalahkan keadaan, mungkin ini memang nasibnya. Ia hanya kesal mengapa nasibnya agak berbeda dengan orang lain.

Setelah tiga puluh menit menonton film dan kini waktu menunjukan pukul enam lewat sepuluh pagi. Athena merapikan bekas makannya, ia mematikan televisi, memastikan bajunya tidak kusut dan pergi dari rumah kesekolah setelah mengambil tas miliknya.

Athena berjalan di trotoar kompleks perumahan nya, ada beberapa orang yang lari pagi, ada juga anak sepantarannya yang pergi ke sekolah.

Sekolah Athena hanya berjarak satu kilo meter dari rumahnya, ia memerlukan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di sekolah.

Athena menggerutu setelah berpapasan dengan seorang anak kecil. Ia merasa kesal tapi merasa kalau ia tak seharusnya kesal.

"Memang aneh jika mata ku berwarna biru dan hijau?! Dasar anak kecil." gumam Athena yang merasa kesal.

"Aku kan tidak sepenuhnya asli negara ini, mama dan papa berasal dari negara yang berbeda." ucap Athena.

"Harusnya tak ada yang aneh dengan itu, kan?!" Athena agak frustasi, ia blasteran, dan sering dipandang aneh oleh sebagian orang.

"Tidak, yang aneh itu kau. Bicara sendiri di pagi hari, kau mau disebut gila?" seseorang memukul pundak Athena dari belakang.

"Arina! Berhenti datang tiba-tiba." geram Athena.

"Berhenti memanggilku Arina, aku ini Karina." ucap teman dekatnya Athena.

Dia Deliya Karina Aggata, teman Athena sejak kelas sebelas—satu SMA.

"Sama saja." ucap Athena malas.

"Sudah kesal pagi-pagi, kenapa?" tanya Karina.

"Anak kecil sangat menyebalkan." jawab Athena.

"Lagi?" Karina seakan tau apa yang anak kecil itu lakukan sampai membuat Athena marah.

"Yah, anak kecil melakukan itu lagi." jawab Athena.

"Sudah dua tahun kau pindah kesini, kita juga sudah kelas tiga SMA. Kau masih saja kesal dengan hal seperti itu?" heran Karina.

Athena menghela napas, Karina adalah orang asli negara ini, mana tau rasanya di pandang aneh oleh orang lain.

"Terserah kau saja." Athena mempercepat jalan nya, meninggalkan Karina di belakang.

Karina tertawa kecil. "Jangan tinggalkan aku di belakang, dong!" Ucapnya sambil lari mengejar Athena.

[——————————————————–—–——————]

Karina dan Athena sampai di kelas mereka berdua dilantai ketiga.

Sudah lumayan banyak orang yang datang, itu artinya Athena sedikit terlambat.

"Ini semua salah mu." Athena melirik Karina dengan tajam.

"Apa lagi?" tanya Karina tidak mengerti.

"Aku jadi tidak dapat duduk di kursi tengah." jawab Athena.

Dengan terpaksa, perempuan blasteran itu duduk di bagian belakang kelas.

"Kan sama saja, aneh." Karina ikut duduk disamping Athena.

"Kalau aku duduk di belakang, suara guru tidak terlalu terdengar." jelas Athena malas.

"Aku kan sudah bilang ini berkali-kali pada mu." lanjut Athena.

"Kau bisa mencontek pada ku, kawan." Karina mengacungkan jempolnya dengan wajah polos yang tergolong menyebalkan.

"Dasar titisan setan." ucap Athena malas.

Athena mengambil handphone di tasnya. Karina langsung mendekat untuk melihat apa yang teman dekatnya lakukan.

"Mau kumpul keluarga?" tanya Karina.

"Gak tau ni, gak jelas." jawab Athena.

"Pasti nanti kau ditanyain ini-itu sama keluarga besar." Karina tertawa kecil.

"Pasti. Apalagi aunty Bella." Athena mengangguk mengiyakan perkataan temannya.

"Si paling bener itu?" Karina menatap Athena.

"Iya. yang paling benar, yang paling sempurna tanpa cacat, yang banyak judge orang." ucap Athena agak kesal.

"Gak boleh gitu, kena karma nanti. By the way, masih kurang kalo soal aunty Bella mah." Karina memang contoh teman yang akan mengajak mu berbuat hal baik dan berbuat hal buruk di saat bersamaan.

"Harusnya aku gak pernah nganggap kamu orang baik." ucap Athena.

Karina tertawa lagi, ia tak pernah sakit hati dengan perkataan teman dekatnya.

"Ina, Thena, kalian piket pulang sekolah." ucap ketua kelas mereka— Amaya Natalia.

"Siap, bos!" Karina mengangkat tangan nya, ia hormat kepada Maya.

"Iya." balas Thena tak terlalu peduli.

"Jangan lupa, Thena. Kamu paling sering bolos piket." setelah mengatakan itu, Maya pergi kembali ketempat duduknya di bagian depan.

"Aku sering piket, kok." balas Athena kesal.

"Iya-iya, lupain aja. Omong-omong gimana soal acara keluarganya?" Karina mengalihkan pembicaraan agar Athena tak terlalu kesal.

"Besok, disuruh pergi ke tempat mama." jelas Athena.

"Ohh, luar negeri dong?" Karina memastikan.

Athena mengangguk.

"Berarti negara ini negara asal papa mu, ya?" tanya Karina.

"Iya." jawab Athena singkat.

"Aku di ajakin gak jalan-jalannya?" tanya Karina sambil tertawa garing.

"Enggak. Nanti aja kalau mau jalan-jalan." jawab Athena.

"Kenapa enggak??" tanya Karina dengan nada kecewa.

"Nanti repot, ini pasti bakal bahas sesuatu. Soalnya mendadak banget." jelas Athena.

"Bahas apa kira-kira?" tanya Karina.

Athena menggidikkan bahunya, "Gak tau deh, mungkin warisan." tebak Athena.

"Widih, mantep banget. Bagi jangan lupa bagi ya kawan." Karina mengacungkan jempolnya lagi.

"Mata duitan."

Athena memasukan handphonenya ke dalam tas, lalu menatap Karina dengan malas.

Sedangkan Karina tertawa sampai memukul bahu teman blasterannya.

avataravatar
Next chapter