6 Kesal

Warning +18

Terdapat Sedikit Adegan Dewasa

_____________________

Setelah mengantar Cindi sampai ke depan dan menunggu cindi menghilang dari pandangan, akupun langsung kembali ke kamar untuk membuka titipan map coklat yang di berikan Govinda padaku. Sesampainya dalam kamar, aku melihat Tandri sedang memegang map coklat pemberian Cindi tadi dengan wajah yang terlihat sangat menyeramkan.

Saking menyeramkan sampai aku melihat kegelapan telah berkumpul di sekitarnya, suhu ruangan menurun drastis sampai ke titik 0°c. Aku merasa kedinginan hampir mati.

'Kenapa aku merasa sedang syuting film horor yah?'

Aku memberanikan diri untuk mengambil map coklat yang berada di tangannya.

"Jangan menyentuh milik orang lain seenaknya." Kataku.

"Siapa dia?" Apa maksudnya?

Aku menatapnya bingung, "Apa maksudmu?"

Aku sangat terkejut ketika melihat Tandri menatapku dengan tatapan membunuh.

"Siapa.dia?!!!"

Merasa ada yang salah, akupun membuka map coklat dan melihat isi di dalamnya. Oh astaga ini,

"Govinda menemukanya!" Ucapku dengan penuh semangat, "Dia, gadis ini. Aku menyukainya."

Elen, "...?" Eh, ada apa dengan tatapan membunuh itu?

Aku menggaruk kepalaku yang sama sekali tidak gatal dan bergumam pelan, "Kenapa dia harus mengirimnya melalui map sih, kenapa tidak melalui WhatsApp saja!"

Elen, "Ini, gadis ini aku bertemu dengannya pertama kali di bioskop, pada saat..."

"Aku tidak bertanya."🔥

Elen, "..."Kenapa dia terlihat sangat marah? Apa aku baru saja menyinggungnya?

Aku berpikir dengan keras dan mengulang-ulang kejadian yang membuatnya marah dan ... Aku menyadarinya....dia.

Sialan, dia menyukai gadis yang sama denganku. Kenapa jadi kebetulan seperti ini.

Aku menatapnya dengan jengkel, "Sejak kapan kamu menyukainya?"

"Apa maksudmu?"

"Sejak kapan kamu menyukainya!!!" Aku mulai meninggikan suaraku karena kesal. Bagaimana tidak, aku selalu saja terjebak cinta terhadap gadis yang sama dengannya. Sewaktu SD dia menyukai dan mendekati gadis yang sama denganku, bahkan dia sampai memberi bunga mawar di hari falentine untuk gadis yang aku kagumi. Dan sekarang, aku terjebak dengan gadis yang sama lagi dengannya.

Memikirkan ini saja membuatku merasa sangat jengkel. Huuueee... Aku tidak mungkin bisa bersaing dengannya.

Elen, "Sudah lupakan saja."

Setelah mengatakan itu, akupun berbalik menuju pintu. Namun baru saja beberapa langkah ke pintu, akupun di tarik dengan kasar olehnya, dan di hempaskan di atas tempat tidur.

"Apa yang kamu lakukan?" Tandri berjalan ke arahku dengan wajah datarnya. Merasa terancam, akupun dengan cepat turun dari tempat tidur, akan tetapi kaki kananku sudah ditarik lebih dulu olehnya, dan membuatku kembali jatuh di tempat tidur. Tandripun menindihku dan memenjarakanku di kedua lengan kuat miliknya, tidak lupa dengan pergerakannya yang cepat dia membuat kedua kakiku mengangkang di antara kedua pahanya.

Aku menatapnya dengan sangat panik.

"Menurutmu apa yang akan aku lakukan padamu?"

"A–a, aku tidak tahu?" Dasar mulut bodoh, kenapa kamu menjawabnya dengan suara yang bergetar. Ah tidak, kenapa aku harus menyalahkan mulutku sendiri.

"Apa kamu ingi tahu?"

Mendengar perkataanya itu, akupun dengan cepat menggelengkan kepala.

Dia tersenyum padaku dan menurunkan kepalanya untuk meraih bibirku, refleks akupun memalingkan wajahku ke samping.

Tandri kembali mengarahkan wajahku untuk menatapnya, "Jangan menolakku."

"Kamu, ah tidak ... Aku ..."

"Apa kamu gugup?"

Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi suaraku sama sekali tidak bisa keluar. Alhasil aku hanya membuka dan menutup mulutku tanpa mengatakan apa-apa.

Tandri, "Kiss me baby."

Belum sempat aku merespon ucapannya barusan, kini Tandri sudah mengangkatku dan mendudukanku di atas pangkuanya. Jujur saja aku merasa sangat malu, duduk mengangkang di pangkuan seseorang dengan jenis kelamin yang sama.

Dan yang lebih gilanya lagi, dia mengeras. Miliknya mengeras tepat di bawah bokongku, hal ini membuatku tidak berani untuk bergerak walaupun sedikit.

"Tandri"

"Hmm" Jawabnya sambil menatapku dengan sangat intens.

"Kamu, kamu mengeras."

"Kamu yang membuatku mengeras. Jadi kamu harus tanggung jawab."

Tandri meraih belakang kepalaku dan menciumku dengan sangat intens, walaupun aku menutup bibirku dengan sangat rapat, tapi tetap saja dia mampu menerobos belahan bibirku, dan dengan sangat lincah dan cepat dia berhasil mengobrak abrik isi mulutku. Tidak sampai di situ saja, dia mengambil salah satu tanganku dan memasukannya kedalam celana trening selutut miliknya.

"Um." Aku terkejut, tanganku telah sampai pada miliknya. Ini sangat besar. Dia menuntun tanganku dan menaik turunkan tanganku di area kepemilikannya.

Blang...

Itulah yang saat ini aku rasakan.

Cepat dan semakin cepat.

"Grmmm...grmm"

Aku terkejut ketika mendengar suara deheman di depan pintu kamarku.

Tandripun menghentikan aktifitas cumbuannya padaku dan menatap ke arah pintu kamar.

"Sangat mengganggu." Ujarnya.

Sedangkan aku sudah mati gemetaran di atas pangkuannya, aku berusaha menarik tanganku yang berada di dalam celana milik Tandri, namun si pemilik celana tidak mengizinkannya. Alhasil, aku di pergok oleh kakaku sedang berbuat mesum di dalam kamar. Ingin mengelak, tapi bukti sudah di depan mata.

1. Bibir bengkak.

2. Napas terengah-engah.

3. Tanda kiss mark pada leher.

4. Tangan berada di dalam celanan.

Reni, "Sepertinya aku baru saja mengganggu aktifitas panas kalian... Kalian berdua lanjut saja sampai tuntas. Kakak akan menunggu kalian di bawah."

Elen, "..."

Sehabis mengatakan itu, kakakku pun keluar dan menutup pintu kamarku kembali.

Aku pikir setelah di tangkap basah oleh kakakku dia akan menghentikan aktifitas panasnya. Tapi dugaanku ternyata salah, pria gila ini malah melanjutkan aktifitasnya kembali sampai dia dan aku cum bersamaan.

Aku terengah-engah dalam pelukannya, aku menaruh kepalaku di bahu kokoh miliknya. Aku sangat yakin wajah dan telingaku pasti sangat merah.

"Ganti semua pakaianmu, dan turun ke bawah."

Tanpa mengatakan apapun, aku langsung berdiri dari pangkuannya menuju ke lemari pakaian, dan kemudian berjalan menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

.....

Di ruang tamu aku masih dalam keadaan linglung. Apakah aku harus membelah diri dan menjelaskan kepada kakak Reni, kalau apa yang dia lihat tidak seperti yang dia bayangkan.

Tapi tidak masuk akal, bukti sudah di depan mata.

Dan ini semua gara-gara pria gila dan mesum ini... Hoeehh... Rasa-rasanya aku ingin sekali menendangnya sampai mati. Sialan.

"Kakak ingin menitip Rembulan pada kamu (Elen). Ehem...sebenarnya kakak sudah menelponmu 7 kali sebelum datang kemari. Tapi telponmu tidak aktif."

"Ponselku lobet."

"Umm begitu. Akhirnya kakak menelpon Tandri deh."

Sialan, dia mengetahui kalau kakakku akan datang ke rumah. Apa pria gila ini sengaja melakukannya?

Aku menatapnya dengan sangat kesal. Lihat wajahnya yang terlihat tidak berdosa itu, bermain dengan baby Rembulan seperti tidak terjadi apa-apa barusan. Apa dia sama sekali tidak memiliki rasa malu setelah kepergok oleh kakakku tengah berbuat mesum pada adiknya.

Kenapa aku harus memikirkan dia punya rasa malu atau tidak? Jelas saja jawabanya, pria gila ini memang tidak memiliki rasa malu yang tertanam dalam dirinya.

"Ada apa dengan tatapan itu? Kamu seperti ingin memakanku."

"Ia, aku ingin memakanmu."

"Tunggu setelah kakakmu pergi, dan kamu boleh memakanku sepuas hatimu."

Tunggu dulu, kok kedengaran sangat ambigu.

"Jangan memberi contoh tidak senonoh pada anaku, dia baru saja berusia 8 bulan. Jika kalian berdua mau melakukan seks, tunggu sampai anaku tidur."

Elen, "..."

Rembulan, "Bwaaa, bwaa, aaa."

Tandri, "Rembulan mengizinkan kakak meniduri kakak Elen sampai pingsan dan tidak bisa berjalan ke esokannya?"

Elen, "...!!"

"Awa...aaa, bwaa."

"Ok. Sebentar malam kakak tandri akan melakukannya."

Reni, "...??"

Orang gila ini apa yang dia katakan.

.

.

.

Bersambung . . .

avataravatar
Next chapter