19 Chapter 19

"Masalah tidak selesai begitu saja. Apa hanya aku yang merasa semuanya tidak akan semudah ini?" tanya Edith cemas.

"Lagipula, bukankah aneh? Brown kukuh ingin memberitahu siapa dalangnya sementara Korsakov mati-matian menutupinya?" tanya Edith menambahkan.

Marco dan Kyle yang duduk di sofa tepat didepan Edith mengangguk membenarkan perkataan Edith. Kopi yang tadinya hangat tanpa sengaja dibiarkan tak tersentuh hingga menjadi dingin.

"Setuju, aku pun begitu. Lagipula kita belum menjatuhkan dalangnya. Ah, kau juga, Ed, mengapa hingga sekarang kau masih tidak menunjukkan pada kami foto dalang yang diberikan Brown? Tell us!" jelas Dixie diikuti nada pinta karena rasa penasaran telah menggerogotinya sejak Edith pulang bersama Kyle dengan wajah pucat setelah tragedi bunuh-membunuh antara Brown dan Korsakov.

"Aku teringat sesuatu, Marco pernah diganggu Ariene, sampai dia hampir tersiram air panas ditoserba" ucap Edith mengalihkan pembicaraan.

Kyle yang menyadari itu memutar bola matanya jengah, karena saat mereka sudah sampai diapartemen kemaren ia juga mendapat perlakuan yang sama saat ia mencoba menanyakan siapa sebenarnya orang difoto yang katanya foto dalang dari semua ini.

"Betul juga" tak disangka Dixie terkecoh.

Marco menghembuskan nafas geram melihat Dixie yang mudah terkecoh.

"Aku merasa Ariene ada sangkut pautnya dengan ini semua" tambah Edith.

Dixie yang tiba-tiba tersadar menepuk bahu Edith sedikit keras dan melemparkan tatapan mautnya.

"Kau mengalihkan pembicaraan lagi"

"Aa,,,em" Edith tergagap, tak tahu lagi mau berlaku seperti apa untuk menolak memberitahu orang-orang dihadapannya ini tentang foto keramat itu.

Marco dan Kyle yang juga kesal memberi tatapan menuntut dengan kedua lengan dilipat didepan dadanya.

"Sekarang tunjukkan pada kami foto itu, tidak ada bantahan!" Perintah Dixie tak menerima penolakan.

Edith menurut seperti seorang anak yang ketahuan berbuat salah, lalu meraih dompet dan mengambil secarik foto dengan sedikit noda darah disudut.

Dixie merebut foto itu dengan cepat sebelum Edith kembali berubah pikiran, lalu sedetik kemudian Dixie membelalalakkan matanya.

"Are you sure? Kau tidak salah mengambil foto dari dompetmu?"pekik Dixie

***

Apartemen yang dulunya sepi kini dipenuhi suara tangisan ataupun tawa bayi yang khas.

Rutinitas tiap harinya selalu sama bagi wanita yang satu ini. Namun, kali ini sedikit lebih berbeda.

Dion sedang sibuk memilih ini dan itu, menyiapkan banyak hal terkait pernikahannya dengan Dawn. Meskipun terkadang sulit melakukan hal itu sambil merawat bayi kesayangannya, tapi hatinya merasa sangat senang.

"Kau yakin menggunakan gaun berwarna merah?" Tanya Down dengan secangkir teh ditangan kiri dan bayi laki-laki dengan mata yang indah itu dalam gendongannya.

"Yeah, kau tidak menyukai ide itu?" Tanya Dion was-was

"No, it'll be great, i think you will look so much beautiful in that red gown" komentar Dawn

"Give me a kiss" pinta Dion tiba-tiba

Dawn sempat kaget namun tetap melakukannya dengan senang hati.

"Akhir-akhir ini aku sering cemburu kalian buat" ujar Dion

"Ohh, jadi ibu cantik yang satu ini minta sama-sama dimanja seperti baby kita, hm?"

"Yeah, one more time" Dion memanyunkan bibirnya siap menerima kecupan lainnya.

Namun, tiba-tiba sebuah tangan kecil menghambat masing-masing bibir ibu dan ayahnya itu.

Dawn dan Dion terkejut menatap putra mereka lalu sesaat kemudian tertawa sampai perut keduanya sakit. Dering ponsel memotong momen menyenangkan yang mereka alami.

Dion mendekati nakas tempat ponsel itu berada, meraihnya lalu mengangkat telepon yang ternyata berasal dari Edith itu.

"Hei, Ed, What's up?"

"Jika waktu kalian luang, aku perlu kalian datang keapartemenku sekarang juga, Dion, please" pinta Edith

Dion mengerutkan keningnya bingung.

"Oh, yeah, sure" jawab Dion lalu sedetik kemudian berbunyi tiga kali tanda sambungan telepon sudah terputus.

"Edith?"tanya Dawn memastikan sembari merangkul pinggang Dion.

Dion bergumam membenarkan Dawn.

"Dia perlu kita datang keapartemennya, segera"

***

"Hei, little boy, come on play with me, karena sepertinya pembicaraan orangtuamu dengan tante dan om itu sepertinya akan tidak pantas untuk kau dengar" ucap Marco meraih putra Dion seakan bayi kecil itu bisa mengerti ucapan orang dewasa.

Dion dan Dawn heran mendengar ucapan Marco, merasa ada yang tidak beres terjadi disini, tetapi sebelum Marco pergi membawa bayi laki-laki itu kebalkon, ia melemparkan tatapan seakan mengatakan semua akan baik-baik saja.

"Dawn, Dion kemarilah" ajak Dixie yang melihat kedua calon pasangan suami-istri itu sudah sampai.

"Apa pembicaraan kita akan sangat berat?"tanya Dion

"Tidak ada masalah kan?"Dawn juga melakukan hal yang sama, padahal jelas-jelas keadaan sudah menggambarkan bahwa suatu masalah telah terjadi.

Setelah semuanya duduk disofa, Edith berdehem sebelum berbicara.

"Kurasa kalian sudah mendengar dari Dixie soal Brown dan Korsakov yang sama-sama meninggal karna saling menyerang"

Seakan sesuatu sedang tersangkut ditenggorokannya, Edith sangat sulit untuk melanjutkan ucapannya, tetapi tetap berusaha menyelesaikan.

"Satu hal yang belum kalian ketahui, aku mendapatkan foto dalang dari Brown sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya"

Edith meletakkan foto itu diatas meja kaca yang berada ditengah-tengah mereka semua.

Dion dan Dawn sama terkejutnya saat melihat siapa yang ada difoto itu.

"Kau yakin?"tanya Dion memastikan

"Kau menanyakan pertanyaan yang sama dengan Dixie dan ya, aku yakin, sayangnya kau harus mempercayai apa yang kau lihat, sekarang kami juga mempercayai apa yang kami lihat"jawab Edith

"Aku juga mengira Edith salah meraih foto dari dompetnya, kukira ia salah mengambil foto itu alih-alih mengambil foto orang lain"

"Jadi orang yang menyuruh Korsakov untuk menjadikanku milik dalang itu adalah Gano?" tanya Dion tak menyangka.

"Now, this make sense, kalian ingat foto berisi tanggal dirumah Gano? Itu juga tanggal lahir Dion bukan? That bastard" maki Dawn sambil menggenggam tangan Dion menyadari pasangannya itu mengalami shock.

"Selama ini Gano sama sekali tak menunjukkan bahwa ia orang yang akan berbuat sekejam ini" kata Edith

"Pantas saja cara dia membuka kemasan shampo sangat brutal, kukira itu tak berarti apa-apa dulu, aku pernah memakai kamar mandi Gano saat party kecil-kecilan itu dan menemukan kemasan sampo hancur-lebur"

"Aku bahkan tak tahu harus memikirkan atau berbuat apa sekarang"ucap Kyle.

Edith terdiam, sementara Dion masih shock dengan Dawn yang berusaha menenangkan wanita itu disebelahnya.

"Lalu apa sangkut paut Ariene dengan semua ini?"tanya Dixie

🦋15 September 2020🦋

avataravatar