1 • Chapter 1 : Awal •

[ 16 Juli 2007 ]

[ 09.26 ]

"Beri aku satu salmon segar!"

"Aku mau nasi daging!"

"Permisi. Bisakah aku dapat segelas beer?"

"Baik! Baik! Tunggu sebentar!"

Namaku Mynor, Mynor Alexius. Seperti yang terlihat, aku juru masak disini. Kedai yang lumayan besar, yang aku dirikan satu setengah tahun lalu bersama temanku Oddie Vederlan. Percayalah, dulu aku sama sekali tidak bisa memasak.

Teriakkan pelanggan yang memesan menu di kedai ku membuat diriku begitu semangat, sampai-sampai aku tak ingin berhenti untuk memasak.

"Mynor, pesanan nasi daging untuk meja nomer 11 sudah siap?" tanya Oddie.

"Sudah! Oh iya, bawa beer ini untuk meja nomer 05" perintahnya.

"Okeey!"

Memang sulit kalau hanya ada aku dan Oddie yang bekerja, tapi itu sudah menjadi keputusan kami berdua. Kecepatan memasak memang bukan hal yang mudah untukku, tapi gerakan Oddie yang cepat dan lincah mampu membuatku sedikit lebih tenang.

[ 20.19 ]

"Yaaa! Aku kenyang!"

"Makanan disini memang nikmat"

"Terimakasih makanannya Mynor, Oddie!"

Mynor dan Oddie membungkukkan badannya di depan pintu kedai.

"Terimakasih juga untuk meluangkan waktunya dan makan di tempat kami" ucap Mynor dan Oddie bersamaan.

Begitulah kira-kira pendapat pelanggan tentang kedai ini. Memang belum terlalu banyak pelanggan yang mengetahui kedai kami, kedai yang tidak terlalu besar tetapi masih pantas dibilang besar. Aku yakin suatu saat kedai kami akan menjadi restoran besar seperti restoran itu.

"Mynor.. Sudah waktunya tutup. Cepat masuk!" suruh Oddie dari dalam kedai.

"Iya.. Iya.. Mengapa kau selalu masuk duluan, sementara aku masih diluar?" tanya Mynor, kemudian masuk ke dalam.

.

.

.

[ 1 tahun yang lalu . 22 Mei 2006 ]

[ 14.22 ]

"Mynooorrr!!"

Teriak seorang pria berparas manis dan tampan, namun tingkahnya kekanakan.

"Ada apa Oddie?" tanya Mynor ketika pria itu menghampirinya.

"Kalau begini terus, kedai kita akan bangkrut!" ujar Oddie sambil menjambak rambutnya sendiri, frustasi.

"Memang sudah bangkrut" ucap Mynor.

"Hahhh..." hela Oddie lalu terduduk. "Kedai ini bahkan belum ada setahun berdiri" ujar Oddie. sedih.

"Sudahlah, ayo pulang. Besok kita kemasi barang yang diperlukan dari kedai"

Oddie bangkit, "Kemasi barang?"

"Ya, aku akan menjual kedai ini" jelas Mynor seenaknya.

Entah sejak kapan, mulut oddie sudah terbuka lebar "Tidaaak!"

.

.

[ Menjelang malam . 18.54 ]

Perjalanan menuju tempat tinggal Mynor dan Oddie tidak terlalu jauh dari kedainya, tapi ini sudah termasuk jam malam, jadi jalan terlihat sepi.

"Mynor.. Apa kita benar-benar akan menjual kedai itu?" tanya Oddie sekali lagi.

"Iya"

Oddie menghela nafasnya, "Hahh.. Aku sudah menduganya ini akan terjadi"

Mynor tetap berjalan sambil melihat langit, "Ternyata memang salah kita membangun kedai"

"Tidak salah jika kau bisa memasak juga" jawab Oddie lemas. Ya, dia sudah sangat lemas sekarang. Dia tidak tau akan jadi apa dia nanti kalau tidak punya pekerjaan.

"Ya..Ya.. Maaf saja kalau aku tidak bisa memasak" kata Mynor.

Krrsk Krssk

Mynor dan Oddie berhenti berjalan, mereka tengah bertatap sekarang. Beberapa detik kemudian mereka menunjukkan gigi mereka, kemudian berjalan kembali.

Krssk Krrsk

Suara itu kembali berbunyi, dan kali ini mereka benar-benar berhenti, bahkan penasaran.

"Aku tak perlu bertanya, kau sudah paham kan?" tanya Mynor dan dibalas anggukan Oddie.

Oddie menunjuk sebuah gang, tepat berada di belakang mereka. Oddie dan Mynor tak yakin apa itu, tapi suara itu seperti plastik yang sedang diacak-acak. Mereka mendekati gang tersebut, Mynor yang memimpin.

"Kenapa aku?" tanya Mynor.

"Yang tua harus memimpin yang lebih muda" jawab Oddie terkekeh.

Mynor berhenti, "Ada bayangan" ucapnya memberi tahu.

"Wah! Mungkin itu seseorang yang kelaparan, ayo kita hampiri, siapa tau dia berguna untuk kedai kita!" ucap Oddie, dia pun jalan mendahului Mynor.

"Oddie tunggu" cegah Mynor.

Oddie tidak mendengar, "Halo! Apa kau lapar? Di kedai kita menyediakan makanan yang en-"

Mynor menarik kerah baju Oddie agar pindah ke belakangnya, ada tangan yang terulur dengan cakar-cakar yang sangat panjang.

CRAT!

Cakar-cakar panjang itu menembus perut Mynor, mengeluarkan banyak darah. Detik berikutnya, cakar-cakar itu tercabut lalu menghilang di kegelapan. Tepat setelah tangan dan cakar-cakar itu menghilang, Mynor ambruk.

Oddie terduduk lemas menyaksikan kejadian barusan, dia menutup mulutnya dan melotot tak percaya.

"M-Mynor! Hey Mynor!!!"

'Haaa.. Apa aku akan mati muda? Bahkan aku belum menjual kedai ku, bagaimana dengan Oddie nanti? Oddie, maafkan aku. Ditusuk ternyata semenyakitkan ini' batin Mynor.

Bersambung..

avataravatar