18 Rahasia Dokter Dan Nirmala

Bab 18

Maaf Sus, saya adiknya. Biarkan saya yang menerima hasil itu?" Kata Brian memohon pada suster.

"Aku juga ingin tahu hasilnya!" Jawab Kevin, mempererat dekapan map yang berisi hasil lab kemarin

"Ya sudah begini saja, suster tolong jelaskan isi dari hasil lab itu, biar kita sama-sama ngerti." Ucap Kevin.

"Begini mas, hasil itu bukan wewenang kami untuk memberitahu pada kalian. Tapi yang saya mau sampaikan bahwa Mbak Nirmala memiliki penyakit yang sangat serius." Jelas perawat dengan mengambil kembali hasil lab itu dari tangan Kevin.

"Kakak saya sakit apa suster?" Tanya Brian khawatir sekaligus sedih. Nampaknya suster sangat mengkhawatirkan keadaan Nirmala juga.

"Maaf Mas, kami tidak bisa memberikan hasil ini kepada kalian. Biar nanti saya yang akan memberitahukan pada pasien sendiri," jawab Suster yang bernama dada Elsa.

"Bukannya kalau Suster memberitahukan pada Nirmala, nanti malah keadaan pasien drop suster. Dia tidak akan sanggup mendengarkan penjelasan tentang penyakitnya itu suster," kata Kevin memberi masukan.

"Maaf, nanti akan saya konsultasi dengan dokter Ridwan bagaimana baiknya," kata suster Elsa mengakhiri pembicaraan mereka.

Suster Elsa meninggalkan mereka, Brian dan Kevin sangat penasaran ingin mengetahui penyakit apa yang sebenarnya diderita Nirmala.

Tapi sayangnya mereka gagal membuat Suster Elsa bicara. Suster Elsa menemui dokter Ridwan dan membicarakan soal pasien yang bernama Nirmala.

"Ada Apa Suster Elsa?" Tanya Dokter Ridwan.

"Dok, saya mau membicarakan soal pasien yang bernama Nirmala." Jawab Suster Elsa dengan membuka hasil lab yang berada di amplop putih.

"Ya Suster, saya sudah membacanya." Jawab Dokter Ridwan. Ada salah satu suster lain yang menyuruh dokter melihatnya.

"Nirmala mengidap Leukimia akut Suster Peralatan diklinik ini tidak bisa membantu Nirmala untuk mengetahui jenis Leukimia yang diderita. Ada dokter spesialis rumah sakit besar yang akan menangani gejala itu. Klinik kita belum bisa memastikan. Tapi kami harap dari pihak keluarga jangan sampai menyepelekan," jelas Dokter Ridwan pada Suster Elsa Yang masih mendengarkan dengan seksama.

"Apa Nirmala bisa disembuhkan Dokter Ridwan?" Tanya Suster Elsa

"Kita berdoa saja ya Suster Elsa. Mudah-mudahan pasien yang bernama Nirmala itu Leukimia yang diderita masih bisa ditolong." Lagi kata Dokter.

"Ya segera saja Pasien yang bernama Nirmala cepat dibawa kerumah sakit diperiksakan kesana, semoga belum terlambat!" Suruh Dokter Ridwan.

"Baik Dokter." Jawab Suster Elsa.

Sementara di depan pintu yang tidak ditutup ada Nirmala berdiri mendengarkan semua penjelasan Dokter Ridwan yang berada di ruangannya.

Air mata Nirmala membasahi kedua bola matanya. Air mata yang ia tahan akhirnya jatuh juga mengalir kepipinya, Nirmala segera mengusap air matanya. Tidak ingin menunjukkan perasaan sedihnya pada orang disekelilingnya. Dia harus bersikap seperti biasanya.

Nirmala mengetuk pintu ruangan dokter Ridwan, dan keduanya mempersilahkan Nirmala masuk.

"Maaf ini mbak Nirmala ya?" Tanya Suster Elsa. Nirmala menganggukkan kepalanya.

"Silahkan masuk Mbak Nirmala!" Dokter Ridwan menyuruhnya duduk didepan kursi yang disediakan.

"Maaf Dok, Sus. Saya sudah mendengarkan semua yang kalian bicarakan tentang penyakit saya," kata Nirmala membuat Suster Elsa dan Dokter Ridwan terkejut.

"Ya Mbak Nirmala, maaf sebelumnya sebaiknya Mbak pergi kerumah sakit. Untuk mengetahui jenis kanker darah yang mbak alami. Kami berharap penyakit itu belum parah dan bisa segera diobati," jelas dokter Ridwan.

"Baik Dokter, saya akan segera kerumah sakit. Tapi saya mohon kepada dokter dan Suster untuk merahasiakan penyakit saya pada siapapun," pinta Nirmala.

"Kenapa Mbak merahasiakan ini. Bukankah jika mereka semua tahu, bisa membantu mbak untuk proses penyembuhan mbaknya sendiri?" Suster Elsa merasa fikiran Nirmala keliru.

"Sudahlah Suster, dokter. Saya mohon," pinta Nirmala.

"Baiklah,, Mbak Nirmala. Ini hasil lab mbak Nirmala kemarin." Kata Suster Elsa dengan memberikan hasil itu padanya.

"Mbak, ini obat sementara buat mbak Nirmala pereda sakit, penurun demam, dan nyeri, lekas diminum ya?" Perintah Dokter Ridwan.

"Baik Dokter terima kasih," jawab Nirmala.

"Mbak Nirmala,saya harap mbak cepat kerumah sakit. Agar mendapat penanganan lebih lanjut. Jangan disepelekan ya!" Peringatan Dokter Ridwan lagi.

"Ya dokter, saya mengerti. Terimakasih sebelumnya." Jawab Nirmala pada dua orang disana. Dia pamit pulang.

Bibi Asih dan Brian berada jauh dari sana, dia tidak bisa mendengarkan pembicaraan mereka. Sebelumnya memang Nirmala melarangnya untuk diantar masuk ke ruangan Dokter Ridwan.

Brian mendatangi Nirmala yang baru keluar dari ruangan dokter Ridwan. Wajah Nirmala makin pucat di lihatnya. Brian Semakin mencemaskan penyakitnya.

"Kak, apa kata Dokter?" Tanya Brian dengan hati berdebar,

Nirmala memberinya seulas senyum, apapun yang ia dapatkan entah kebahagiaan atau kesedihan dia selalu tetap terseyum.

"Kak, kog diam saja. Kakak malah tersenyum gitu, jangan buat kami penasaran dong,"

Bibi Asih dan Kevin ikut menyusul dimana Nirmala berdiri.

"Gadis aneh! Apa yang di katakan dokter padamu, sebenarnya kamu sakit apa. Apa ada yang serius?" Tanya Kevin.

Nirmala hanya tersenyum. Dan menggelengkan kepalanya. Dia melihat Kevin saat itu sangat perduli terhadapnya. Ternyata dianpria yang baik. Fikirnya dalam hati.

"Dasar emang kau ini gadis aneh. Ditanya diam saja. Aku gak butuh senyuman kamu. Aku butuh jawabanmu!" Protes Kevin yang tidak sabar melihat Nirmala terlalu senang basa basi.

"Aku tidak apa-apa. Cuma butuh istirahat. Sudahlah kamu pulang saja. Kamu bukannya mau bekerja? Kenapa kesini?" Tanya Nirmala. Mengacuhkan niatnya yang baik melihat hasil lab kemarin.

"Oh, aku diusir nih ceritanya?" Kevin merasa di sepelekan. Baru dengan Nirmala saja dia bisa perduli pada seorang gadis. Biasanya tidak pernah.

"Maaf Kevin, aku cuma tidak ingin kamu kehilangan pekerjaan kamu karena kesini menemuiku," Jawab Nirmala.

"Baiklah syukurlah kamu tidak apa-apa. Aku bisa pergi sekarang!" Kata Kevin dia berpamitan pada Bibi Asih.

"Yuk Kak, Bi kita pulang!" Ajak Brian dan dua orang perempuan di depannya

Keduanya menganggukan kepalanya. Dengan mobil sport mewah mereka kembali kerumah Bibi Asih.

Saat turun, Nirmala dibantu Brian. Hampir saja tubuhnya terjatuh. Brian dengan sigap menangkapnya. Pada saat itu jarak keduanya begitu dekat. Tidak ada perasaan apapun pada diri Nirmala, namun lain dari Brian. Kenapa dia jadi berdegup hebat saat memandang wajah kakaknya dari jarak dekat.

"Perasaan aneh ini datang lagi. Ayolah kumohon. Janah. Seperti ini. Ingat dia Kakakku," Gumamnya dalam hati.

Sampainya dirumah, Bibi Asih menyiapkan

Bubur ayam untuk Nirmala, dan menyuruh Nirmala segera meminum obat dari klinik tadi.

"Kak, Bik saya pamit pulang dulu ya. Seminggu lagi aku dan Papa kesini untuk menjemput Kakak Nirmala," ucap Brian penuh semangat. Nirmala hanya mengangguk. Rasanya saat ini malas sekali untuk mengeluarkan suara karena bibirnya sangat berat dirasa.

avataravatar
Next chapter