11 Foto-Foto Kiriman

Bab 11

Nirmala menutup kembali tubuhnya dengan selimut tebal kamar yang terkesan mewah itu. Dan mencari pakaiannya yang dia lihat berserakan di lantai.

Dalam benaknya dia bersedih, apa malam itu seseorang telah merenggut mahkotanya. Tapi tidak, dia tidak merasakan apa-apa dari dirinya.

Nirmala memeriksa anggota tubuhnya. Tidak ada yang berbekas dimanapun. Segera ia kenakan pakaian nya.

Dia teringat tentang malam itu. Nirmala di bantu dua orang pria yang memberinya minuman non alkohol, dia tidak mabuk setelah meminumnya. Tapi saat berjalan menuju kamar yang berderet di belakang bar dia sudah tidak sadarkan diri.

"Mereka pasti melakukan hal buruk terhadapku. Dan Lea? Dimana Lea saat aku mencarinya tadi malam. Ditelepon tidak diangkat. Dichat tidak dibalas juga. Apa dia baik-baik saja. Atau hal buruk sudah menimpanya. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya."

Nirmala melihat jam dinding kamar menunjukkn pukul 06.30 pagi.

"Sudah mau pukul 07.00? Papa pasti mencemaskan ku." Fikir Nirmala dan segera merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan.

Segera dia keluar dari tempat itu, dan mencari taxi untuk cepat sampai dirumah. Dalam perjalanan Nirmala menghubungi Lea. Lea menjawab panggilannya.

"Assalamualaikum hallo Lea?" Sapa Nirmala pada nomer yang tertera.

"Hallo Kak, Kakak dimana? Papa dan mama mencemaskan kakak dari tadi malam," jawab Lea basa basi

"Kakak tadi malam mencarimu Lea, kamu ada dimana tadi malam. Dan keadaan mu bagaimana baik-baik saja kan?" Lagi tanya Nirmala masih mengkhawatirkan adiknya.

"Sudahlah cepat pulang!" Lea menutup panggilan dari Nirmala secara tiba-tiba.

Nirmala masih berfikir apa yang dilakukan dua orang tadi malam terhadapnya. Apa mereka tidak melakukan apapun terhadapnya.

"Kenapa mereka melepas pakaiannya tadi

malam. Apa motif dibalik semua ini. Apa ini semua rencana Lea dan mama Wira?" Fikiran Nirmala berkecamuk dalam hati. Hatinya tidak tenang sekarang sebelum dia mengetahui apa yang terjadi tadi malam.

Sampailah Nirmala dirumah Besar Sony Dwi Kuncoro Papanya.

Seluruh keluarga menunggu kedatangan Nirmala. Raut muka Papa Nirmala bagai ingin membunuh gadis nya itu. Dari wajah Papanya terlihat ingin mengeluarkan kemurkaan.

"Dari mana saja kamu Nirmala semalaman tidak pulang, tidak memberi kabar papa. Perempuan macam apa kamu ini pagi baru pulang?" Tanya Sony dengan wajah merah padam

Tangan melipat dada, menunggu jawaban Nirmala yang belum membuka mulutnya.

"Tadi malam saya mencari adik Lea Pa," jawab Nirmala dengan menatap Lea yang dari wajahnya tidak menunjukkan kegelisahan.

"Aku tadi malam dirumah saja Kak, tanyakan pada mama! malah Mama menyuruh aku buat nyariin Kakak. Aku hubungi teman-teman Kakak tidak ada yang tahu keberadaan Kakak Nirmala," jawabnya ketus.

"Kenapa anak itu jadi memutar balikkan fakta," gumam Nirmala dalam hati

Dia berdoa semoga tidak terjadi apapun setelah ini. Kelicikan Lea dan Wira terlihat dari sorot mata dan wajahnya.

"Lama bener sih yang mau nganter foto itu? Harusnya sekarang ini adalah waktu yang paling bagus buat melihat foto-foto itu didepan Papa mama dan dia," gumam Lea sebentar-sebentar melihat kearah pintu yang terbuka.

Tidak menunggu lama ada seseorang kurir mengantarkan sebuah paket ditujukan untuk Bapak Sony Danuarta.

"Siapa Bi Ijah?" Tanya Wira yang melihat juga pengirim berteriak.

Bibi Ijah masuk kedalam dan menunjukkan barang yang ia bawa.

"Ini untuk Tuan Besar Sony Nyonya Wira, tapi tidak ada nama pengirimnya," Jawab Bibi lagi dan menyerahkan pada Sony yang berdiri dengan wajah murkanya.

"Siapa pagi-pagi ngirim paket untukku, aku juga tidak membeli apapun dari toko online," gerutu Sony

"Sudah Pa, buka saja. Siapa tahu penting!" Jawab Wira dengan berusaha membantu Sony membuka pembungkus kertas.

Sebuah kardus berwarna coklat dengan gambar yang masih menempel. Dibukanya segera.

Beberapa lembar foto yang menghadap kebawah. Sony segera membalikkan foto-foto itu.

Lea dan Wira bersiap untuk drama ini. Mereka akan melihat Nirmala diusir dari rumah ini karena foto-foto buatan itu. Bagaimana tindakan papa nya setelah dia tahu Nirmala berubahenjadi gadisalam seperti itu.

Lea menutup sebelah matanya, dan terkejut ketika Sony menghantam kursi dan melemparkannya kedinding dengan keras. Untung tidak ada siapapun disana. Kalau Samapai mengenai seseorang tamat hidupnya.

"Apa-apaan ini Nirmala! Kelakuanmu seperti perempuan malam!" Teriak Sony masih sibuk mengamati foto-foto selanjutnya segera dia membuang begitu saja foto-foto itu kelantai.

Wajahnya kali ini benar-benar merah padam. Kemarahannya sudah diambang batas. Satupun tidak berani berbicara. Apalagi Wira, meski terlihat girang. Dia juga merinding ketakutan. Tidak pernah dia menjumpai suaminya semarah ini.

"Kamu mau jual diri Nirmala, hah? Apa kurang uang yang papa berikan padamu?" Tanya Sony memarahi habis-habisan putrinya.

Nirmala duduk dan memunguti foto-foto itu, melihatnya dengan tidak percaya. Atas apa yang dilihatnya difoto yang ia pegang. Itu foto dirinya bersama seorang pria. Di Bar tadi malam dan diruangan itu.

Air matanya mengucur deras. Terisak-isak tidak percaya. Atas apa yang menimpanya tadi malam.

Dia berdiri dan mencoba menjelaskan semua pada papa Sony.

"Pa dengarkan aku. Aku sama sekali tidak mengetahui ini. Aku dijebak Pa, dua pria itu yang memberiku obat tidur. Hingga aku pingsan. Aku tidak sadarkan diri," jelas Nirmala pada papa Sony.

"Hah, dijebak? Kamu lihat sendiri. Itu fotomu masih sadar saat meminum minuman haram itu!" Sony membuat Nirmala tidak bisa memberi jawaban.

"Mereka memberiku minuman non alkohol Pa. Aku mendengarnya sendiri dari bartender." Jawab Nirmala

"Kalau kamu pingsan berarti kamu mabuk Nirmala. Bagaimana kamu bisa sampai ketempat itu. Dengan siapa kamu pergi?"

Sony menjejali dengan seribu pertanyaan.

"Adik Lea tadi malam menghubungikumm ma., katanya dia ada dalam masalah di Bar itu. Aku kesana untuk mencarinya. Tapi adik tidak ada disana. Sampai akhirnya disana ada dua orang menjebakku." Jelas Nirmala.

"Kapan aku menelepon Kakak, aku kan sudah bilang kalau aku dirumah." Lea berkilah dan Sony percaya.

"Sudah cukup Nirmala! Aku muak mempunyai anak sepertimu. Kamu telah mencoreng Nama Papa. Pergi kamu dari rumah ini. Aku tidak ingin mengenalmu lagi!" Umpat Sony mendorong tubuh Nirmala yang memegang kaki Sony hingga jatuh tersungkur.

Nirmala tidak bisa meyakinkan papanya untuk percaya padanya. Tidak alasan kuat untuk Nirmala membela dirinya.

Nirmala terus mendekati Sony untuk percaya. Tapi kali ini Sony benar- benar akan mengusirnya.

Seribu kata-kata Nirmala tidak membuat Sony mengubah keputusannya.

"Berhentilah menangis. Dan cepat kemasi batang-barangmu. Cepat pergi kamu!" Sekali lagi perkataan kasar Papa Sony di lontarkan untuk Nirmala. Anak yang selama ini dia sayangi.

Kedua iblis hanya tetawa dalam hatinya dia merasa sukses mendepak Nirmala dari rumahnya. Sudah tidak ada saingan untuk anak-anak Wira.

avataravatar
Next chapter