19 Part 19

Di ruang tamu yang mewah itu beberapa orang tengah berkumpul suara tawa sesekali mengiringi obrolan yang terjadi diantara mereka. "Jadi ini dia gadisnya?" Catalina bertanya antusias sambil menatap selembar foto yang menunjukkan seorang gadis berseragam SMU tengah tersenyum ceria.

"Dia sangat cantik dan terlihat sangat ceria. Apakah dia adalah putri kalian?" Catalina bertanya sambil menatap Mariana Hartanto.

Mendengar pertanyaan Catalina, Mariana tersenyum lalu menatap suami dan sang ayah.

" Sebenarnya kami sangat ingin agar putri kami bisa berjodoh dengan putra kalian tapi sayang sekali karena putri kami saat ini sudah memiliki pilihan hatinya sendiri dan kami sudah terlanjur menyetujui bertunangan putri kami dengan kekasihnya sebelum pembicaraan pertunangan ini dibicarakan oleh ayah kami" Mariana menjawab penuh penyesalan.

Catalina mengernyitkan alisnya tak mengerti, begitu pun halnya dengan Adrien dan Aezar Greco. "Jadi begini, sebenarnya gadis yang ada di foto itu bukanlah putri dari Kuswandi dan Mariana tapi putri dari Roselin Wijaya putri bungsu saya jadi tuan Greco sekeluarga tidak usah merasa khawatir, bagaimana pun saya sudah berjanji akan menikahkan salah satu cucu kesayangan saya dengan cucu tuan Greco." Barli Wijaya menjawab sambil tersenyum.

"Kalau gadis ini bukanlah putri kalian lalu di mana orang tuanya? Bukankah seharusnya mereka yang ada di sini sekarang? Karena bagaimana pun ini masalah masa depan putri mereka?" Adrien bertanya penuh selidik.

Meyadari kecurigaan Adrien, Barli kembali tersenyum " Sebenarnya Rose dan Fathir tadinya ingin datang tapi sayang sekali karena Dya sedang tidak sehat jadi mereka tidak tega meninggalkannya dalam keadaan sakit seperti itu maklum saja mereka sangat menyayangi Dya dan dalam keadaan sakit seperti itu biasanya Dya sangat manja dan tidak ingin berpisah dengan orang tuanya walau hanya sebentar." Jelas Barli.

"Dya?" Catalina bertanya sambil mengernyitkan alisnya.

"Iya Dya, Arindya Puspita gadis yang berada di dalam foto itu. Calon tunangan tuan muda Kris." Mariana menjawab cepat.

"Benarkah? Sakit apa? Apakah sudah dibawa ke dokter?" Catalina bertanya khawatir.

Mendengar nada khawatir yang kentara dari suara Catalina, Barli tersenyum penuh arti.

"Nyonya tenang saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Dya hanya demam biasa saja kok." Mariana menenangkan Catalina.

"Maaf tapi yang dikatakan istri saya benar meskipun Dya hanya demam tapi tetap saja sekarang dia adalah calon anggota keluarga Greco dan kami tidak ingin mengambil resiko yang mungkin akan kami sesali nanti."

"Saya tau ke khawatiran tuan Adrien dan nyonya Catalina, tapi seperti yang sudah dikatakan oleh putri saya Mariana tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dokter keluarga saya sudah memeriksanya beberapa saat sebelum kami kemari tadi. Hal ini pulalah yang melatar belakangi ketidak hadiran Dya beserta ayah dan juga ibunya di sini saat ini."

"Syukurlah kalau begitu bagaimana pun mulai saat ini Dya adalah bagian dari anggota keluarga Greco jadi semua masalah mengenai dirinya adalah tanggung jawab keluarga Greco. Meski pun saat ini dia masih tinggal di kediaman kalian tapi anggap saja kami hanya menitipkan Dya pada kalian sampai acara pernikahan dilaksanakan adapun mengenai biaya hidup atau pun pendidikannya mulai saat ini akan menjadi tanggungan keluarga kami." Kata Aezar Greko tak ingin dibantah.

Mendengar ucapan mutlak Aezar Greko, sebuah senyum kemenangan tersungging di bibir Barli. Tidak berbeda jauh dengan Barli, Mariana dan suaminya pun menyunggingkan senyum bahagianya.

Flashback Off

∞∞∞

Kris kembali memandangi foto yang ada di tangannya, "Apakah kau tahu sejak pertama kali pertunangan kita di deklarasikan maka sejak itu pula kau adalah milikku. Tidak akan kubiarkan siapa pun merebutmu dariku apalagi hanya pria brengsek sepertinya. Tunggu aku sayang sebentar lagi hanya tinggal sebentar lagi kita akan segera bersama." Ucapnya sambil tersenyum memandangi foto yang masih berada di tangannya.

***

Setelah Dani menutup panggilannya Sam ayah Dani merasakan sesuatu yang tidak beres dengan segera ia memanggil sang istri, Dya dan seluruh anggota keluarga Kusuma yang berada di Jepang.

"Ada apa dad?" Tanya Dian sang istri saat mereka sudah berkumpul di ruang tamu kediaman keluarga Kusuma.

"Maaf tapi kita harus segera meninggalkan kota ini sekarang juga."

"Ada apa? Apakah sesuatu terjadi?" Tanya Irwan kakak Dya.

"Entahlah aku pun belum tahu pasti ada apa, tapi barusan Dani menghubungiku kalau kita semua harus pergi sekarang juga. Sebenarnya tadi ia menghubungi Dya namun karena Dya tak mengangkat maka ia menghubungiku." Ucap Sam sambil menatap Dya yang masih terdiam mencerna situasi saat ini.

"Oh maaf dad sejak tadi aku tidak tahu dimana keberadaan ponselku." Jawab Dya penuh penyesalan.

" Tak apa tapi yang penting adalah kita harus pergi dulu dari kota ini beberapa orang kepercayaan Dani sudah dalam perjalanan menuju kemari untuk menjemput kita agar bisa pergi ke tempat yang aman. Dan melihat prosedur yang dilakukan oleh Dani, maka ini bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan jadi aku harap kalian harus bersiap sekarang bawa yang penting saja." Ucap Sam mengingatkan. Setelah pembicaraan mereka semua anggota keluarga Kusuma beserta mommy dan daddy Dani segera menyiapkan keperluan mereka. Dengan perasaan cemas dan gelisah mereka menunggu orang-orang kepercayaan Dani.

"Apa daddy benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi?" Tanya Dian mommy Dani ditengah kegelisahannya.

"Dani sama sekali tidak menjelaskan apa-apa dia hanya minta daddy membawa kalian semua ke tempat yang aman. Dia sendiri yang akan datang menjemput kita untuk kembali ke Indonesia tapi untuk sementara kita harus mengikuti orang-orang kepercayaan yang sudah ia minta untuk menjemput kita."

"Apa paman sama sekali tidak punya bayangan tentang apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Irwan yang dijawab dengan gelengan oleh Sam. "Sejak tadi aku sudah mencoba untuk memperkirakan apa yang terjadi namun sama sekali tak mendapatkan jawaban. Aku hanya tahu Dani bukanlah orang mudah panik dan gegabah dalam bertindak namun mendengar nada bicaranya tadi dan tindakan yang diambilnya aku sangat yakin kalau …"

Ucapan Sam terpotong oleh dering ponsel Irwan menandakan adanya panggilan masuk. "Halo, Assalamu alaikum?" Sapa Irwan.

"...…."

"Kakak juga tidak tahu tapi sebaiknya kalian ikut saja dulu dengan mereka. Karena kami pun diminta melakukan hal yang sama." Kata Irwan pada orang yang berada di seberang.

"...…"

"Baiklah hati-hati kita akan bertemu nanti agar semuanya lebih jelas." Ucap Irwan kemudian menutup panggilannya.

"Ada apa? Tadi siapa yang menghubungi?" Tanya Rose dengan nada gelisah yang sangat kentara.

"Yang tadi adalah Melda sepertinya Dani memerintahkan hal yang sama untuk mereka yang ada di Roma. Saat ini ia, Arman dan keluarga mereka sudah dijemput oleh orang-orang kepercayaan Dani. Mendengar penjelasan Irwan membuat mereka semakin dilanda rasa khawatir.

"Kak…." Cicit Linda yang diselingi air mata yang mulai menggenang akibat ketakutan.

"Tenanglah semuanya akan baik-baik saja percayalah Dani pasti akan melindungi kita." Ucap Dya sambil memeluk dan berusaha menguatkan sang adik.

Melihat kegelisahan dan ketakutan di mata orang-orang terkasihnya membuat Irwan berusaha kuat. "Benar yang dikatakan Dya Dani pasti akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kita semua." Ucapnya yang diangguki oleh Sam ayah Dani yang juga mencoba menguatkan sang istri yang mulai panik.

***

avataravatar
Next chapter