15 Part 15

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam sejak beberapa jam yang lalu Dya tertidur di kamarnya. Ia bahkan melewatkan makan malamnya, ia merasa seluruh tubuhnya sakit, penerbangan panjang lebih dari 20 jam membuatnya merasa benar-benar lelah ditambah lagi beban kerja yang selama ini ia paksakan. Setelah dua tahun akhirnya Dya bisa tertidur dengan nyenyak tanpa terganggu sedikitpun. Dengan perlahan Dani melangkahkan kakinya memasuki kamar yang temaram itu hanya cahaya dari sebuah lampu tidur yang membuatnya bisa menatap wajah seorang gadis yang tampak bergelung di balik selimutnya. Dengan perlahan Dani mendekati gadis itu dan menatap gadis yang sangat dirindukannya itu dengan penuh kerinduan.

Dani memindahkan beberapa anak rambut yang tampak menutupi wajah Dya,"Hai sweety bagaimana kabarmu? Aku sangat merindukanmu dan aku tidak akan pernah lagi membiarkanmu pergi dariku." Bisiknya sambil mencium kening Dya lalu turun ke kedua kelopak mata yang tertutup itu dan berakhir pada bibir gadis itu. Dani tersenyum geli mengingat reaksi wanitanya bila tahu apa yang baru saja dilakukannya. Dani membuka baju kemudian celana bahan yang digunakannya menyisakan sebuah bokser yang melekat di tubuhnya yang menjadi kebiasaannya disaat akan tidur. Perlahan-lahan ia naik ke ranjang dan berbaring di sisi Dya, membawa gadis itu ke dalam pelukannya kemudian menutupi tubuh mereka dengan selimut. "Selamat tidur sweety jangan lupa mimpikan aku!" Bisiknya kemudian kembali mencium kening gadis itu lalu menyusul gadisnya itu ke alam mimpi.

Silau mentari yang memasuki tirai jendela mengusik tidur Dya, ia bergerak gelisah dan berbalik menyebunyikan wajahnya di dada bidang seseorang yang kini masih mendekapnya di balik selimut. Dya yang belum sepenuhnya sadar melingkarkan tangannya ke pinggang orang tersebut dan semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang itu. "Sweety jangan terlalu banyak bergerak, kau membuat sesuatu yang ada di bawah sana terbangun." Ucap seseorang dengan suara seraknya khas bangun tidur.

Hm….Dya berguman menjawab ucapan tersebut. Namun tak berapa lama matanya tiba-tiba terbuka dan langsung menengadahkan wajahnya menatap seseorang yang saat ini sudah membelai rambutnya. "Aaaaaaargh...." Teriak Dya yang membuat Dani langsung menutup mulutnya dengan tangan. "Sweety jangan teriak nanti kau bisa membangunkan orang yang ada di kamar sebelah." Bisiknya sambil mencuri ciuman dipipi Dya yang membuat Dya melotot tak percaya. Dya berontak meminta Dani melepaskan tangannya dari mulut Dya. "Aku akan melepaskan tanganku kalau berjanji tidak akan berteriak." Tekannya. Setelah Dya mengangguk Dani segera melepaskan tangannya. Namun baru saja Dani melepaskan tangannya Dya sudah kembali berteriak.

"Aaaaaa...Juli tol" Teriakan Dya terhenti karena Dani sudah kembali menutup mulutnya dengan tangan. Sekali lagi Dya berontak, "Sweety aku mohon jangan berteriak aku akan melepasmu tapi kalau kau kembali berteriak maka aku akan menghukummu." Bisik Dani yang diangguki oleh Dya. Dani kembali melepaskan tangannya dari mulut Dya, baru saja Dya akan berteriak lagi namun bibir Dani sudah membungkam bibirnya. Mata Dya semakin melotot berusaha melepaskan diri namun Dani sudah menahan tengkuknya memperdalam ciuman mereka mencecap segala rasa dan mengeksplor apapun yang ada di dalam mulut Dya sampai Dani melihat wanitanya itu hampir kehabisan nafas barulah ia melepaskan ciumannya.

Dya meraup udara dengan rakus, dadanya kembang kempis karena berusaha mengisi paru-parunya dengan udara. "Kau ingin membunuhku?" Tanyanya dengan ketus. Dani tersenyum dan membawa Dya kembali ke dalam pelukannya. Dya memberontak dan baru menyadari sesuatu. Dengan segera ia membuang tatapannya ke arah lain dan ia berusaha menjauh dari Dani namun Dani malah semakin mengeratkan pelukannya. "Ada apa sweety kenapa kau selalu ingin menjauh dariku? Apakah kau sama sekali tak merindukanku?" Tanya Dani dengan wajah sendunya. Merasakan kesedihan dalam nada suara Dani, Dya kembali menatap wajah Dani, "Bukankah kau yang memintaku pergi darimu? Aku hanya mewujudkan keinginanmu. Aku sadar siapalah aku bila dibandingkan dengan dirimu! Aku hanyalah seorang gadis yang tidak pantas untuk dicintai oleh dirimu ataupun orang lain jadi untuk apa lagi kau mencariku." Ucap Dya dengan suara yang mulai meninggi dan mata yang berkaca-kaca.

Mendengar ucapan Dya Dani semakin mengeratkan pelukannya pada gadis yang amat ia rindukan itu. Dengan penuh rasa bersalah Dani menyembunyikan wajahnya di balik punggung Dya. Dya berusaha melepaskan diri namun Dani semakin erat memeluknya,"Maaf." Kata Dani dengan penuh penyesalan dan air mata yang mulai membasahi punggung Dya. "Maaf…" Sekali lagi Dani berkata lirih sambil mengeratkan pelukannya. "Maaf….aku memang bodoh karena kecemburuan dan keegoisanku aku sudah menyakitimu."

Dya diam tak menjawab air mata sudah jatuh membasahi pipinya. Ingin rasanya ia berbalik dan membalas pelukan Dani namun apalah daya bayangan akan luka di masa lalu seakan menjadi momok yang selalu mewarnai hidupnya. "Jangan buang air matamu hanya demi seorang gadis sepertiku, bagi gadis sepertiku kau adalah bintang yang hanya bisa ku lihat dan ku nikmati keindahannya tapi tak bisa untuk ku miliki. Ada banyak gadis diluaran sana yang jauh lebih pantas untukmu. Lupakankanlah kau pernah mengenal gadis sepertiku anggaplah kisah yang pernah ada diantara kita adalah mimpi buruk yang harus kau lupakan dan buang jauh." kata Dya berusaha tegar. Ucapan Dya membuat Dani semakin tidak sanggup melepaskan gadis itu ketakutan akan kehilangan lagi tiba-tiba hadir membuat keringat dingin mulai membasahi pelipis, leher dan bahkan seluruh tubuhnya.

Merasakan gelagat yang aneh Dya melepaskan tangan Dani yang memeluknya dari arah belakang kemudian berbalik menatap wajah Dani namun apa yang terlihat di hadapannya saat ini membuat jantung berdetak tak karuan. Wajah Dani tampak pucat badannya gemetar dan keringat dingin mengucur membasahi seluruh tubuh Dani. Dya yang panik segera memeluk tubuh Dani seakan tak perduli lagi dengan keadaan Dani yang masih setengah naked. "Dani….Dani, " Panggil Dya berusaha menyadarkan Dani.

Mendengar suara teriakan dan pekikan Dya membuat Julia Asistennya yang berada di kamar sebelah segera berlari memasuki kamar Dya dan betapa terkejut dan shoknya ia melihat seorang pria setengah naked berada di ranjang Dya dalam keadaan tidak sadar. "Jul apa yang kau lakukan kenapa hanya diam cepat bantu aku." Bentak Dya menyadarkan Julia.

"A….o iya maaf." Panik Julia kemudian ia kembali bingung, "A…aku harus bantu apa?" Tanyanya kebingungan.

"Ya Allah Jul cepat cari ponsel Dani di kamar ini." Pekik Dya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"O… iya aku…m.. baiklah." Jawab Juli dengan semakin panik.

Dya masih memeluk Dani dan berusaha menenangkannya. Meski hatinya dilanda kekalutan dan ketakutan ia berusaha untuk tenang. Namun air mata yang terus berlinang membuktikan hal yang lain. Beberapa saat menunggu Julia tak juga menemukan ponsel yang dimaksud membuat Dya yang masih memeluk Dani semakin panik." Ya Allah Jul mana ponselnya?" Bentak Dya tidak sabaran. "I…ini." Ucap Julia sambil menyerahkan ponsel yang baru saja ditemukannya itu pada Dya. Dengan segera Dya menghubungi seseorang, "Jack ku mohon cepatlah kemari Dani terkena serangan lagi."Dya berteriak histeris pada Jack dengan air mata yang sudah menganak sungai kemudian dengan segera ia mematikan panggilan itu tanpa mendengar jawaban dari seberang.

Tak sampai dua puluh menit Jack tiba bersama seorang dokter yang selama ini sering membantu Dani saat ia mengalami hal seperti ini. Setelah diberikan suntikan akhirnya Dani terlihat tenang, Dya jatuh tersungkur dan sesegukan di samping ranjang sambil menggenggam tangan Dani. "Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini, kau memintaku pergi harusnya kau baik-baik saja sekarang." Lirihnya disela isak tangisnya. "Dasar kau memang bodoh, egois kenapa kau membuatku semakin membenci diriku sendiri dengan melihatmu seperti ini. Ayo bangun bodoh kau bilang kau mencintaiku tapi kau membuatku tersiksa seperti ini." Parau Dya sambil meremas dadanya yang terasa sesak karena rasa persalah dan penyesalan.

Jack dan Julia hanya bisa terdiam menatap Dya terus saja menyalahkan dirinya. Sedangkan sang dokter sudah pergi beberapa menit yang lalu setelah memberikan resep obat yang harus di tebus di apotik. "Dya maaf aku tinggal ke apotik dulu untuk menebus obat Dani." Pamit Jack pada Dya yang masih setia menggenggam jemari Dani. Setelah Jack pergi ke apotik Julia pun meninggalkan kamar Dya untuk menyiapkan sarapan dan mengurus beberapa hal terutama mengenai jadwal Dya. Karena kelelahan menangis akhirnya Dya pun tertidur sambil menggenggam tangan Dani.

Dani membuka matanya dan menatap kearah Dya yang tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Dengan perlahan Dani bangun dari tidurnya kemudian mengangkat Dya dan membaringkannya di tempat tidur. Kemudian ia segera mengenakan pakaiannya lalu duduk dan menggenggam jemari Dya,"Maafkan aku membuatmu khawatir dan menangis lagi. Maafkan bila menggunakan cara ini untuk membuatmu kembali berada disisiku. Aku benar-benar tidak sanggup bila harus kehilanganmu lagi. Tahukah engkau betapa menyesalnya aku membuatmu terluka?" Bisik Dani kemudian mencium kening Dya.

Ceklek….

Pintu terbuka Juli masuk dan membawa nampan yang berisi bubur dan makanan untuk Dya. "Sebaiknya anda sara.."

"Sssssttt." Ucapan Juli terpotong karena Dani memberikan isyarat dan meminta untuk tidak berisik.

Juli yang kebingungan hanya bisa mengangguk kemudian meninggalkan kamar Dya. "Aneh.., tadi dia terlihat sangat mengenaskan tapi kenapa sekarang justru terlihat baik-baik saja seakan tak terjadi apa-apa!" Gumam Juli dengan rasa penasaran yang besar.

"Jangan terlalu masuk campur dengan urusan mereka." Ucap Jack yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping pintu sambil melipat tangannya di dada.

"Oh iya maaf, memangnya tuan yang di dalam sakit apa?" Tanya Juli dengan tampang bloonnya.

Jack menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya,"Bos dan asistennya kok bisa sama sih bloonnya." Ucap Jack kemudian berlalu meninggalkan Juli yang masih tercengang dengan ucapan Jack barusan.

avataravatar
Next chapter