11 Part 11

"Huh....aku benar-benar heran deh 'yang' Angel kan putri kita kok dia malah lebih mirip sama kak Dya sih?" tanya Bryan suami Melda adik Dya saat mereka sudah merada di jalan menuju ke mansion mereka.

Melda tersenyum mendengar pertanyaan sang suami. "Mungkin karena sejak di dalam kandungan kak Dya selalu memprioritaskan dirinya." Jawab Melda sekenanya.

"Iya juga sih, dan satu hal yang aku syukuri dari kak Dya, ia tak seperti kebanyakan orang yang tak ingin dilangkahi oleh saudaranya." Ucap Bryan.

"Ia aku juga tahu akan hal, namun satu hal yang sangat aku sesali darinya bagaimana bisa dia bertahan untuk satu cinta yang mungkin saat ini sudah merasakan kebahagiaan bersama orang lain. Padahal kisah mereka sama sekali tak bisa di katakan indah. Baru seminggu bersama tapi semuanya harus berakhir hanya karena kesalah fahaman yang seharusnya tak perlu terjadi." Sesal, Melda.

"Jangan bicara seperti itu Yang, mungkin bagi orang lain kisah mereka tidaklah indah tapi bagi mereka itu adalah kisah terindah dan kenangan terindah yang telah terjalin dintara mereka. Kita tidak tahu bagaimana dalamnya perasaan cinta seseorang. Karena yang namanya perasaan cinta tidak bisa diukur dengan waktu atau apapun, banyak orang yang berhubungan hingga bertahu-tahun namun nyatanya semua itu hanya topeng untuk menutupi niat mereka sebenarnya." Jelas Bryan.

"Iya deh yang lagi curcol…." Sindir Melda. Bryan tersenyum mendengar sindiran sang istri. "Kamu kan tahu sendiri gimana aku saat pertama kali ketemu sama kamu, aku benar-benar beruntung karena pada akhirnya pilihan cintaku untukmu tidaklah salah dan bahkan kini kita sudah punya princess kita yang cantik ini." Ucapnya sambil mecubit pipi gembil sang putri yang sedang tertidur di car seatnya.

Sebelum menikah dengan Imelda Kusuma, Bryan Marchetti adalah seorang pengusaha berkebangsaan Italia. Ia menduda selama bertahun-tahun dan sangat membenci makhluk yang namanya perempuan. Hal ini terjadi akibat trauma masa lalunya yang membuat kehidupannya benar-benar berada di titik terendah sampai ia bertemu dengan seorang Imelda Kusuma seorang gadis cuek yang terkesan tomboy dan selalu blak-blakan mengatakan apa yang dirasakannya. Meski awalnya saling membenci namun semenjak satu tahun setengah yang lalu mereka memutuskan menikah.

Dua tahun yang lalu ia memboyong semua anggota keluarga Kusuma ke Negaranya demi keselamatan mereka. Entah mengapa dan siapa orang-orang yang tega menyerang Arman dan sejak beberapa lama keluarga mereka telah menerima ancama pembunuhan. Awalnya mereka hanya menganggap ancama itu adalah angin lalu namun bersamaan dengan malam berakhirnya hubungan Dya dan Dani mereka dikejutkan dengan berita penganiayaan yang dialami Arman bahkan ia mengalami koma selama beberapa bulan dan sempat mengalami lumpuh beruntung kini semuanya telah kembali seperti seharusnya.

Bahkan semenjak tiga bulan yang lalu ia sudah menikah dengan wanita pribumi yang kini menemaninya mengurus perkebunan Anggur miliknya. Sementara Irwan kini tinggal di negeri sakura Jepang bersama sang istri dan anaknya yang baru saja lahir dua bulan yang lalu. Roselin ibu mereka dan Arlinda adik bungsu mereka lebih memilih mengikuti Irwan di Jepang.

Dya berjalan memasuki mansion sang adik senyum sumringah terpancar di wajahnya sebuah boneka teddy bear berukuran besar berada di pelukannya. "Angel....mama's here!" teriaknya memanggil sang keponakan.

"Kak Dya kapan sampai?" tanya Melda yang baru saja turun dengan Angel digendongannya.

"M…ma," ucap gadis kecil itu sambil menjulurkan tangannya meraih teddy bear yang masih di dalam pelukan Dya.

"Baru aja dari bandara langsung ke sini." Jawab Dya sambil menyerahkan boneka teddy bear yang terlihat lebih besar dari tubuh Anggel.

"Honey hati-hati nanti kamu tertindih lo sayang." Peringat Dya yang kini membetulkan posisi duduk keponakannya itu agar tak tertindih boneka teddy bear yang dibawanya tadi.

"Kak, Angel jangan terlalu dimanjakan nanti kebiasaan lo…." Kata Melda sambil duduk disamping sang kakak dan putrinya itu.

"Nggak kok Mel kan jarang-jarang kakak bisa ketemu ama dia jadi sekali-kali ngasih ole-ole kan gak apa-apa."

"Apanya yang sekali-kali kak mainan Angel aja yang dari kakak udah bejibun gitu di kamarnya." Bryan yang sudah berada di samping mereka ikut menimpali.

Dya tersenyum mendengar gerutuan sang adik ipar. "Ternyata kau sudah menjadi lebih cerewet dari yang aku kira Bryan!" Gurau Dya.

"Mungkin kelamaan bergaul dengan adik kak Dya yang cerewet ini," Jawabnya sambil mencubit pipi sang istri dengan gemas.

"Ih…..dad sakit tau, ia aku emang cerewet tapi biar cerewet gini tapi kamu cinta kan?" Tanya Melda sambil tersenyum.

Dya tersenyum dan bahagia melihat kebahagiaan yang dirasakan adik-adiknya. "Biarlah segala luka dan penderitaan aku yang menanggungnya asalkan orang-orang yang kucintai bahagia. Terima kasih ya Allah untuk semua kebahagiaan ini. " Bathin Dya bergumam.

"Kak….." Panggil Melda dengan ragu.

"Hm…..ada apa Mel?" tanya Dya.

"Sebelumnya aku minta maaf tapi apa kakak benar-benar tidak berniat membuka hati untuk orang lain?" Tanya Melda dengan hati-hati.

Dya tersenyum getir mendengar pertanyaan sang adik." Kakak bukannya tak ingin membuka hati tapi apa benar ada seseorang yang akan mencintai kakak dengan sepenuh hatinya? Kakak tak ingin terluka lagi Mel sudah cukup luka yang kakak rasakan selama ini." Jawabnya sambil mengusap air mata yang entah sejak kapan kembali terjatuh.

"Maafkan Melda kak, gara-gara aku luka lama kakak kembali terbuka." Sesal Melda sambil memeluk sang kakak.

"Kakak gak apa-apa kok, lihat kalian semua bahagia kakak juga ikut bahagia."

"Sudah dong jangan nangis-nangis lagi nanti kalau Angel liat pasti dia lebih nangis lagi." Ucap Bryan memecah suasana haru yang ada diantara mereka.

"Oh iya kak kakak nginap di sini kan?" Tanya Bryan tiba-tiba.

"Ya iyalah dad kak Dya nginap di sini kalau tidak mau kemana lagi." Kesal Melda.

"Nggak Mel kakak nggak bisa nginap, sebenarnya sekarang kakak sudah harus pamit." Ucap Dya setelah melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Lho kok gitu sih kak, kalau kakak gak nginap di sini terus kakak mau nginap di mana?" tanya Melda dengan khawatir.

"Sebenarnya kakak udah beli rumah di Verona cuma kakak juga pamit bukan untuk ke sana sih tapi kakak harus segera berangkat ke USA kebetulan sekali salah satu komik yang kakak tulis ada seseorang yang tertarik untuk menjadikannya film jadi kakak harus segera berangkat ke sana untuk membicarakan mengenai detail kerjasama itu. " Jelas Dya panjang lebar.

"Jangan terlalu memaksakan diri kak. Bagaimana kalau orang-orang jahat itu mengetahui identitas kakak, aku tidak mau mereka menyakiti kakak seperti yang mereka lakukan pada Arman." Peringat Melda sambil memeluk Dya.

"Kau tenang saja lagi pula suamimu ini kan mempunyai banyak anak buah yang sangat pandai dalam mengubah identitas seseorang. Lagi pula selama kakak tidak tampil di depan kamera kakak rasa tak ada seorangpun yang akan mengetahui identitas asli kakak." Ucap Dya menenangkan hati adiknya itu.

Bryan mendekap dan mengusap punggung istrinya, berusaha memberi ketenangan kepada sang istri. "Benar kata kak Dya, lagi pula kak Dya kan tidak pergi sendirian orang-orang ku akan selalu melindunginya." Ucap Bryan menenangkan.

"Ingat kak jangan memaksakan diri, jangan sakit, selalu kirim kabar dan kalau ada apa-apa segera hubungi aku." Ucap Melda melda mengingatkan sang kakak.

"Iya, iya bawel ah bunda aja kalah bawelnya sama kamu dek." Cibir Dya kemudian beranjak meninggalkan mansion sang adik.

Sebelum memasuki mobil sekali lagi Dya berbalik menatap sang adik dan suaminya yang masih setia menunggu hingga dirinya pergi. Sedang sang keponakan sudah terlelap dengan boneka teddy bear yang ada di dalam pelukannya. Sebuah senyuman yang disertai lambaian tangan mengiringi keberangkatan Dya hari ini.

Semenjak memutuskan meninggalkan Indonesia hidup Dya banyak mengalami perubahan, ia benar-benar berubah menjadi menjadi gadis yang sangat dingin terutama jika harus berhadapan dengan makhluk yang bernama laki-laki. Tak ada lagi Dya yang mudah bergaul dan murah senyum. Yang ada hanyalah Dya yang dingin tak tersentuh.

Senyuman bagi Dya adalah barang yang sangat langka. Ia hanya akan tersenyum disaat bersama dengan orang-orang terkasihnya. Sedang di hadapan orang lain ia tak pernah menunjukkan senyumnya bahkan di hadapan orang-orang yang bekerjasama dengannya. Beruntung karya-karya yang dihasilkannya merupakan karya yang bermutu hingga banyak orang yang ingin bekerjasama dengannya.

Semenjak memutuskan pergi identitas keluarga Kusuma telah dirubah menjadi keluarga Sujaya diambil dari gabungan marga sang ibu dan ayah mereka. Kini Dya bekerja sebagai seorang penulis komik. Karya-karyanya banyak diminati dan selalu menjadi best seller bahkan sudah dua karyanya yang dijadikan film dan menjadi box office.

***

avataravatar
Next chapter